13. Blood Sweat and Tears

921 133 81
                                    

Previously
"Baiklah ikuti aku tapi hanya satu orang yang boleh masuk." Jawab perawat itu.

"Kau boleh masuk. Tapi hanya kau. Kuharap kau benar - benar memanfaatkan kesempatan ini hyung." Ucap Hyungwon sambil menepuk bahu Wonho.

Minhyuk bangkit dan mencoba menghalangi Wonho untuk masuk hingga akhirnya Minhyuk di tarik paksa oleh Hyungwon dan Hyunwo agar bisa membiarkan Wonho masuk ke ruang UGD.
🍁🍁

Waktu seolah melambat. Dengan baju steril dan penutup kepala, Wonho melangkah masuk ke ruangan gelap yang hanya memiliki satu sumber cahaya. Degup jantung Wonho berdetak lambat namun seolah berbunyi keras hingga telinganya mampu menangkap suara dari ritme jantungnya.

Wonho semakin mendekat ke sumber cahaya di tengah ruangan. Setelah sebelumnya Wonho melewati ruang UGD dengan banyak orang yang sedang mendapatkan pertolongan pertama, Wonho lalu di arahkan ke ruang operasi. Semakin Wonho melangkah semakin jelas bahwa cahaya itu terfokuskan untuk mengarah pada seseorang yang tengah tidur di tempat tidur khas ruang bedah.

Wonho tiba di samping Haneul. Sedetik kemudian dia meraih tangan Haneul dan mengenggam nya erat. Lalu Wonho menatap wajah sayu Haneul yang terlihat begitu pucat dan sangat tidak berdaya. Mata Haneul sedikit membuka saat tangannya merasakan kehangatan gengaman Wonho.

"Haneul -ah" bisik Wonho lalu tersenyum sambil mengelus pipi Haneul dan mencoba menahan luapan airmatanya.

"Oppa" gumam Haneul pelan lalu tersenyum.

Satu tetes airmata mengalir dari sudut mata Haneul. Bahagia dan rasa sakit yang dirasakan bersamaan membuat Haneul tak dapat menahan luapan emosinya.

"Tuan, kami sudah mempersiapkan semuanya untuk operasi caesar. Kondisi nona Haneul sangat lemah. Dan kondisi bayi nya juga semakin tidak stabil. Kita harus segera bertindak." jelas Dokter kandungan Haneul yang fasih berbahasa korea dan berusaha untuk terdengar tetap tenang.

Wonho kembali menatap Haneul. Air mata Haneul semakin tak terbendung namun senyumnya tidak luntur. Wonho mengeratkan genggaman tanganya pada Haneul dan menatap mata Haneul lembut.

"O-ppa, aku tidak ingin operasi. A-aku a-ku ing-ngin melahirkan no-normal" ucap Haneul tanpa melepaskan tautan matanya dengan Wonho seraya meyakinkan Wonho bahwa Haneul benar - benar serius.

"Mohon maaf menyela, tapi melahirkan normal sangat beresiko, nona. Kemungkinan untuk kalian berdua selamat hanya sedikit dan kemungkinan terburuk tidak akan ada yang bisa di selamatkan." bisik dokter itu dengan nada lembut mencoba meyakinkan Haneul.

"Tapi oppa, aku ingin melahirkan bayiku dengan jerih payahku. Aku mohon. Kalaupun ini .. Kalau-pun.. Ini hari terakhirku.. Biarkan aku menjadi ibu yang sesungguhnya.. dengan melahirkan normal, o-ppa." ucap Haneul dengan leraian air matanya.

Air mata Wonho pun tak terbendung lagi. Tatapan mata Haneul yang seolah menusuk relug jantung nya membuat pikiran Wonho terhenti. Wonho mencoba menarik nafas panjang. Gengaman tangan Wonho dan Haneul semakin erat seolah sedang membangun rasa percaya satu sama lain.

"Aku tidak ingin kehilanganmu lagi Haneul." ucap Wonho lembut sambil mengelus pipi Haneul untuk menyeka airmatanya.

"Tapi o-ppa.."

"Ssttt" potong Wonho sambil menaruh jarinya di bibir Haneul.

"Kau yakin ini akan membuatmu bahagia?" tanya Wonho mengeratkan genggaman tangannya.

Haneul mengangguk yakin dengan linangan air mata yang berkelip terkena cahaya lampu.

"Baiklah.." Wonho tersenyum. "Kita lewati ini bersama. Kau sudah berjuang sejauh ini tanpaku, jadi aku yakin kau pasti bisa. Aku disini bersamamu." tutur Wonho lembut lalu mengecup kening Haneul.

"Gomawo oppa" ucap Haneul seraya mengalungkan lengannya di leher Wonho dan memeluk Wonho erat.

Persiapan persalinan normalpun segera dilakukan. Haneul di pindahkan ke tempat tidur yang memiliki penyangga kaki.

Waktu seolah melambat. Peluh keringat menetes di sekujur tubuh Haneul. Setiap tarikan nafas yang Haneul hirup adalah sebuah harapan besar.

Genggaman tangan dengan Wonho adalah kekuatan terbesar Haneul. Wonhopun tidak putus membisikan setiap kata positif di telinga Haneul dan dengan setia menyeka keringat Haneul.

Semua orang kini tengah berharap dengan penuh doa di luar ruang bersalin. Setelah mendapat informasi dari suster bahwa Haneul akan melahirkan secara normal, Eunseo sempat tidak sadarkan diri dan Eunji terus menangis karena takut.

Kepala bayi mungil yang selama ini hidup di rahim Haneul telah berhasil keluar dari rahim ibunya. Satu tarikan nafas yang sangat kuat dan genggaman tangan yang terpaut erat memberikan energi yang begitu besar pada Haneul.

"AAAAAAAAAA" teriak Haneul sambil mendorong bayi kecilnya sekuat tenaga dengan mempertaruhkan nyawanya.












































**


















































Terik matahari bersinar menembus sela-sela daun yang bergesekan tertiup angin. Lembutnya suara angin serta cicitan burung seolah menjadi musik pengiring yang khidmat. Aroma rumput basah berbaur lembut dengan aroma bunga-bunga segar dari beberapa rangkaian bunga yang terpajang rapi di depan rumah duka.

Sepatu - sepatu hitam formal yang di gunakan semua orang mulai melewati halaman silih berganti. Isak tangis terdengar lebih jelas saat orang - orang masuk ke ruangan penghormatan.

Aroma dupa yang cukup menyengat memenuhi seluruh ruangan. Dengan isak tangis yang menjadi backsound, orang - orang mulai memberi penghormatan terakhir secara bergantian.

Begitu juga dengan Minhyuk dan Hyungwon serta Eunseo yang baru saja tiba dengan pakaian serba hitam yang rapi. Mereka memberikan penghormatan secara bersamaan. Airmata tak luput jatuh dari pelupuk mata Eunseo. Dengan membungkuk dalam mereka menyelesaikan prosesi penghormatan terakhir itu.

Kini giliran Haneul dan Wonho. Dengan kimono hitam dan setelan jas hitam yang mereka gunakan dengan rapi, mereka mengambil dupa dan melangkah mendekati altar lalu membungkuk sedalam mungkin.

Air mata Haneul tidak bisa terbendung lagi. Rasa sesak dihatinya membuat airmatanya seolah tumpah. Wonho yang berada tepat di sampingnya mencoba menenangkan Haneul dengan mengelus lembut punggung Haneul.

Haneul dan Wonho menyelesaikan prosesi penghormatan terakhir mereka, lalu kembali bergabung dengan yang lainnya. Air mata Haneul masih terus mengaliri pipinya. Wonho yang melihatnya pun hanya mampu tersenyum dengan makna menenangkan serta mengusap pipi Haneul.

"Gwenchana, kau sudah melakukan yang terbaik, Haneul-ah" ucap Wonho lembut sambil sesekali mengelus rambut Haneul.

"T-tapi..." sanggah Haneul lalu mendapan sebuah pelukan lembut dari Wonho.

"Jangan terlalu banyak berpikir. Aku yakin kau lebih kuat dari ini" gumam Wonho di telinga Haneul.

"Haiss seandainya Changkyun ada disini" gerutu Eunseo yang juga masih terisak ditemani Hyungwon dan Minhyuk.

"Sepertinya prosesi kremasi akan segera di mulai." Intrupsi Minhyuk lalu mereka semua pergi ke ruang kremasi.

TBC

/siap - siap di timpuk massa/
(/ω\)
(╯3╰)
ヾ(≧▽≦*)o

Maaf pendek.
Ini cuma karena kangen kalian.
Makasih udah nunggu.
Selamat kembali menunggu.

Jangan berharap apa - apa ya.
Saling mendoakan saja biar bisa update cepet.
😂😂😂

Love you muach muachhhh
💕💕💕
VotevoteVote

BE THE LIGHT [Wonho Monsta X]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang