🍥BAB 5🍥

4.9K 178 2
                                    

Biana POV'S

Aku menatap kesal kearah suamiku, itu mas Adi kenapa sih kok malam-malam gini gantengnya nambah banget. Jadi ngeri juga liat kaum hawa yang sedari tadi kami jalan-jalan, mereka terus saja melihat pada mas Adi.

"Mas?" aku menggoyangkan lengan mas Adi. Suamiku itu menengok kearahku dan tersenyum.

"Iya dek, ada apa?" jawab mas Adi dengan lembutnya sembari tangannya itu mengusap peluh di dahiku.

"Mau pulang.." bukannya menjawab, mas Adi hanya menatapku datar seraya mengangkat alisnya.

"Mas?"

Mas Adi tertawa kecil dan lalu mengacak rambutku.

"Iya dek, kita pulang. Kamu nggak mau beli apa-apa lagi buat nanti di hotel?" aku diam memikirkan apa yang perlu aku beli untuk nanti di hotel, pasalnya pasti setelah ini aku sangat malas untuk keluar tapi mas Adi, suamiku itu pasti akan keluar lagi karena pekerjaan dan see aku jadinya khawatir dengan wanita-wanita di luar sana.

Ada yang bisa membantuku?
Menahan mas Adi👀

"Eum..ada sih mas, tapi aku sendiri aja yang beli, mas jangan ikut tunggu di taksi aja." aku mengerti mengapa kerutan di dahi suamiku itu terlihat tiba-tiba.

"Kenapa dek. Emangnya kamu mau beli apa, sayang?"

"Cuman mau beli cemilan aja mas, mas di taksi aja tunggu aku.."

"Kok gitu, mas ada salah ya. Kamu masih marah sama mas soal yang tadi, hm." aku menggeleng saat mas Adi kembali ingin membahas tentang malam itu.

"Nggak mas. Aku..itu aku nggak mau, aku nggak suka mas di liatin sama perempuan-perempuan lain. Mereka liatin mas lengket banget, aku takut.." ujarku dengan pelan dan kedua mataku yang sudah berkaca-kaca.

Kudengar mas Adi menghela nafasnya pelan, dan mas Adi kemudian melangkah dan berdiri di hadapanku.

"Kamu mikir apa sih, dek. Mas nggak mungkin kalau misalnya liat perempuan lain langsung suka. Hati mas cuman buat kamu, mas milik kamu." aku menatap matanya yang juga menatapku lembut, aku lantas memeluk tubuh suamiku itu dan mengangguk.

"Yaudah, tadi katanya mau beli cemilan. Ayok!" aku tersenyum manis saat mas Adi mencubit gemas pipiku dan aku mengangguk lagi. Kami pun kembali berjalan menuju dimana supermarket berada.

"Mas!?" panggilku pada mas Adi, aku dan mas Adi sekarang telah berada di hotel dan kami pun sudah masuk kedalam kamar. Aku saat ini tengah membongkar belanjaan oleh-oleh yang akan ku berikan kepada teman-temanku dan sekarang aku merasa oleh-olehku ada yang kurang.

"Mas!?" panggilku lagi, dan akhirnya suamiku yang ganteng idaman itu kini sudah berdiri di depanku.

"Apa dek?"

"Ini loh mas, kok dodol-nya nggak ada sih!" ucapku keras. Mas Adi menatap kearah dua kantong kresek besar yang telah berantakan dengan kerutan di dahinya.

"Dek, cuman dodol aja kok. Yang lainnya kan ada tuh, coklat, brownies, sama roti-rotinya ada.." aku pun langsung menatap tajam pada mas Adi.

"Mas! Kita itu lagi ada di kota Banjarmasin. Harusnya oleh-oleh khas banjar itu wajib ada, dan itu dodol, mas." aku tidak tahu mengapa aku sampai bersikap begini pada mas Adi, aku terlalu meminta padanya.

Aku menundukkan kepalaku, aku mengusap pipiku yang telah di jatuhi airmata. Kurasakan tangan mas Adi menarik pinggangku dan lalu mendudukkan diriku di atas pangkuannya.

"Jangan nangis, dek. Mas nggak bawa wadah buat nampung airnya.." aku lantas memukul dada mas Adi. Bisa-bisanya suamiku itu menggodaku disaat seperti ini.

PATIENCE MY-WIFE |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang