🍥BAB 13🍥

4.2K 143 7
                                    

Biana POV'S

Aku menggeliatkan badanku dengan sembari mengerjap kan mataku, saat kedua mataku terbuka, aku lantas mengembangkan senyumku. Suamiku itu kalau sedang berada didalam tidurnya, wajahnya sangat damai seolah-olah tidak ada tanda kesedihan diraut wajah tampan nya itu.

"Mas Adi." Ucapku pelan seraya mengusap kerutan yang timbul didahinya.

Suamiku itu tiba-tiba membuka matanya, dan memandangku dengan senyuman hangatnya. Telapak tangannya yang besar itupun lantas mengusap lembut pipiku dan lalu mengecupnya sayang. "Selamat pagi, istriku." Ucap mas Adi dengan tulus.

"Selamat pagi, mas. Pagi ini mau sarapan apa?" Tanyaku saat mengingat bahwa sekarang jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Pasti suamiku itu sudah merasa lapar, kembali mengingat lagi tentang kejadian tadi malam dimana tiba-tiba buah cinta kami yang sangat menginginkan kuah bakso, dan setelah itu dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk tidak menuruti aksi mengidamku.

Mas Adi membawa kami berkeliling kota Jakarta dan sekaligus menuntaskan keinginan sang buah hati.

"Kita pesan aja, dek. Kamu pasti capek juga habis jalan-jalan tadi malam.." kata mas Adi yang kemudian bergerak mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang. Aku yang berasa malas untuk sekedar bergerak pun hanya menatapnya penuh.

"Tapi emangnya mas nggak lapar?" Tanyaku.

"Mas lapar sayang, tapi daripada kamu masak mending kita pesan aja,"

"Kok gitu?" Ucapku tiba-tiba. Sejenak aku terdiam, apa yang baru saja aku ucapkan ya.

"Gitu, gimana sayang?" Tanya mas Adi. Aku masih diam namun juga menggelengkan kepalaku. "Gitu.. Mas nggak mau aku masakin sarapan buat mas, masakan aku nggak enak ya. Makanya mas milih buat pesan makanan."

Mas Adi seketika tertawa pelan, dan lalu menarikku masuk kedalam dekapannya. Suamiku itu memelukku dengan eratnya sembari membisikkan kata-kata.

"Sayang, masakan kamu enak, enak banget. Mas cuman nggak mau nanti kamu capek kalau mesti masak, kan hari ini kamu harus kesekolah. Jadi kita pesan aja sarapannya, kamu ngerti sayang." Aku tersenyum dan mengangguk didalam dada mas Adi. Aku mendongakkan wajahku dan tersenyum manis menatap mata yang penuh dengan ketulusan tersebut.

"Makasih mas udah khawatir sama aku, aku sayang sama mas..jangan pernah bosan buat khawatirin aku ya mas," kataku dan dibalas dengan anggukan kepala oleh suamiku kesayangan ku itu. Mas Adi mencium penuh sayang keningku dan kemudian menyatukan dahi kami.

"Disaat kamu lelah, dan saat kamu terjatuh karena tersandung kakimu sendiri. Suatu hari disaat mas, tidak berada di samping kamu, tidak sedang menggenggam tanganmu, tidak sedang memeluk erat tubuhmu. Mas mau kamu selalu inget kata-kata mas ini. Nggak apa-apa sayang, sekarang mungkin kamu memang lelah tapi ini demi masa depan. Sabar ya, akan ada hal indah dibalik semuanya." Aku menundukkan kepalaku sembari mengusap airmata yang mengalir di pipiku.

"Mas tahu sejauh rumah tangga kita, mungkin sekecil lubang semut kamu tidak mengatakan kejujuran sama mas. Mas mengerti kamu takut dan cemas, tapi mas nggak mau kamu simpan itu sendiri, mas mau sebagai seorang suami mas juga mengetahui apapun tentang kamu, yang mengganggu pikiran kamu. Mas nggak mau kamu sakit, dan itu akan berdampak dengan bayi kita. Mas mau kalian selalu sehat sayang." Aku menangis terisak dengan berada didalam pelukannya. Aku menangis, menumpahkan seluruh emosional yang ada didalam diriku, pikiranku, jiwaku, dan seluruh yang sebelumnya tertahan didalam diriku.

"Aku takut mas.. hiks.. i am afraid," ucapku masih dengan menangis. Apa sekarang waktunya, untuk waktu yang sebelumnya kembali.

"Mas memelukmu sayang. Lihat, mas sekarang memelukmu, kamu tidak sendiri dek. Ceritakan semuanya, yang membuatmu takut dan cemas. Mas akan mendengarkanmu."

PATIENCE MY-WIFE |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang