🍥BAB 15🍥

3.4K 126 7
                                    

Adi POV'S

Aku membuka mataku, kulihat istriku itu sedang duduk di sofa sambil melipatkan bajuku. Ini sudah satu bulan aku dirawat di rumah sakit yang sangat membosankan. Dan pasti dengan Biana yang selalu menemaniku, aku beruntung memilikinya yang menjagaku dengan tulus dan tidak pernah lelah dengan keadaan ku.

Aku tersenyum lembut di saat matanya beralih menatap kepadaku.

"Mas, udah bangun?" Aku mengangguk dan merentangkan kedua tanganku.

Biana tersenyum merona sembari ia menghampiriku, istriku itu sejenak menatapku dan lalu ia mendekatkan wajahnya padaku, ia mengecup ujung bibirku dan lalu memelukku erat.

Tanganku bergerak mengusap rambutnya, "Dek, apa hari ini mas boleh pulang?" Tanyaku.

"Eum, dokter bilang sore ini mas udah boleh pulang. Untuk biaya administrasi nya udah di bayar sama papa,"

"Ohya, papa tadi kesini. Kok kamu nggak bangunin mas?" Kulihat Biana mengulum senyumnya dengan sedikit salah tingkah.

Aku terkekeh geli menatap pada Biana, "kamu kenapa sayang? Kok senyum-senyum gitu."

"Iya tadi papa kesini, tapi cuman sebentar aja.." ujarnya masih dengan pipinya yang bersemu merah. Ada apa ya dengan istriku?

"Hm, mas?" Aku menatapnya yang juga menatapku dengan sangat dalam.

Sesaat aku menatap tangannya yang menggenggam erat tanganku. Tangan kanan Biana bergerak merogoh kantong di balik jaket kulitku yang ia pakai, matanya berbinar seakan disana ada rasa bahagia dan juga sedih.

"Mas, tadi pagi aku minta papa untuk nemenin aku cek ke dokter,"

"Cek ke dokter, kamu sakit dek?" Tanyaku seraya menyentuh dahinya, Biana tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Enggak mas, aku cek ke dokter kandungan. Dan hasilnya.." aku hanya terdiam menunggu kalimat apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh istriku itu, dan aku berharap semoga kalimat itu adalah kalimat yang baik-baik saja.

Biana tersenyum semakin lebar, "Tada!!" Serunya sembari mengangkat sebuah benda kecil yang panjang, benda itu sedikit membuatku heran namun keheranan ku seakan lenyap saat menatap dua garis merah yang sangat jelas dimataku.

"Ka-kamu hamil sayang?" Biana tersenyum menitikkan airmatanya, aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi. Allah telah mengabulkan doaku, terimakasih atas kebahagiaan yang kembali engkau berikan kepada keluarga ku ya Allah.

Ku dekap ia masuk kedalam pelukan hangatku, ku kecup berulang kali kepalanya dan menatap penuh cinta mata yang sama menatapku.

"Mas sangat mencintai wanita ini,"

..
Mungkin kalian akan bosan saat membaca kalimat ini, aku masih terus tersenyum bahagia mengingat kembali dimana ia yang mempercayakan kami untuk menjaga kembali buah hati kami yang sempat ia ambil sebelumnya. Kebahagiaan masih terus terpancar dimataku sampai dirumah pun aku tidak bisa jauh-jauh dari Biana, aku sangat merindukannya, aku ingin terus memeluknya dan berbicara kepada calon anak kami.

Tidak ada hal yang aku inginkan selain berada di dekat mereka.

"Mas, ini udah sampai di kamar kamu peluk aku terus deh," ucap Biana, aku tahu istriku itu pasti risih karena terus aku peluk apalagi saat di tatap oleh pembantu yang bekerja di rumah kami.

Tapi aku sangat ingin memeluknya, menenggelamkan diriku didalam dadanya itu adalah hal yang sangat nyaman bagiku.

"Sebentar lagi ya sayang. Mas masih pengen peluk kamu," ujarku dengan memeluknya erat. Kudengar Biana menghela nafasnya kuat, aku dan Biana sama-sama terdiam didalam kamar kami itu. Sudah lima menit istriku itu bungkam dan tidak bergerak sama sekali, dan aku tahu ia pasti marah kepadaku.

PATIENCE MY-WIFE |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang