2

1K 44 1
                                    

Traktiran seminggu
.
.
.

"Ratu, yuhuuu"Sapa seorang pria dengan postur badan yang cukup bagus bagi seorang laki-laki namun memiliki sifat antonim bagi seorang laki-laki pula.

"Kenapa sih dedet"Ujar quin dengan nada melas.

"Nama bagus-bagus malah di ganti, nama aku putra detia bisa kamu panggil putra atau kamu panggil detia"Ujar dedet memperjelas.

"Nama aku juga quin kenapa di ganti?"Tanya quin pada dedet

"Quin artinya paan?"Tanya dedet pada quin.

"Ratu"Jawab quin

"Terus detia salah gitu manggil quin ratu?"Tanya dedet

"Yah engga, tapikan beda huruf R A T U sama Q U I N"Elak quin

"Bodoh amat dah detia mau manggil ratu aja"Ujar dedet dengan cengiran khasnya.

"Yaudah aku manggil dedet aja"balas quin

"Ratu ngga ke kantin?"Tanya dedet.

"Kenyang"jawab quin.

"Padahal detia mau traktir ra--"Quin langsung menarik tangan dedet menuju kantin tanpa menunggu dedet menyelesaikan ucapannya

"Giliran traktir kenyangnya lupa"Ujar dedet dan di sambut cengiran manis oleh quin.

Quin terus menggenggam tangan dedet saking senangnya karena hari ini ia di traktir. Sebenarnya quin punya uang jajan tapi quin memilih menabung, toh quin sekarang juga tidak terlalu lapar.

Dedet menarik kursi dan bergaya seperti seorang raja dengan tangan kiri di biarkan di belakang dan sambil merungkuk."Silahkan ratu"Ucap dedet

Quin yang notabenya juga bukan seorang pemalu membalas perlakuan dedet dan duduk khas seorang ratu."Terima kasih dedet"Ucap quin dan membuat orang-orang yang ada di sekitarnya tertawa.

Dedet memanyunkan bibirnya beberapa cm karena ulah quin."Seharusnya ratu bilang, terima kasih raja"Ujar dedet sambil duduk di kursinya.

"Nama dedetkan bukan raja"Ucap quin sambil mengibaskan rambutnya kebelakang.

Orang-orang yang ada di sekitarnya kembali tertawa dengan ulah quin.

"Ratu ngga malu di ketawain?"Tanya dedet

Quin mengangkat bahunya."quinkan ngga nyolong kenapa malu"Jawab quin.

Dedet tersenyum bangga melihat quin seperti ini, tampil apa adanya, bersikap bodoh amat, polos, dan tentunya tidak sombong.

"Dedet makanannya mana?"Tanya quin pada dedet.

"Oh iya, detia ambil dulu ya"Ucap dedet dan meninggalkan quin.

Quin duduk sambil memainkan sendoknya. Seseorang menghampiri quin dan duduk tepat di hadapannya.

Quin menatap heran orang itu, terlihat santai dengan tangan yang di lipat di depan dada. Orang tetsebut mengedipkan sebelah matanya seakan merayu quin.
Detik itu juga quin merasa sesuatu menggelitik di perutnya dan seakan ingin muntah melihat orang yang ada di depannya.

Budak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang