22

438 19 0
                                    


"Bunda"Rengek quin yang sedari tadi meminta persetujuan bundanya agar bisa keluar dengan ben. Ellen memang sudah menyetujuinya namun dea yang tidak menyetujuinya.

"Quin di luar dingin"Ucap dea.

"Lagian dea kenapa kamu ofer protektif banget sama adek kamu, biarin dia keluar mumpung lagi ngga jomblo"Ucap ellen pada dea yang sekarang malah merangut

"Kak"Panggil quin saat dea berjalan meninggalkan quin dan ellen.

"Bunda udah nyetujuin kan?"Tanya quin dan di angguki dengan mantap oleh ellen. Quin tersenyum lebar lalu berlari mengampiri kamarnya. Bahkan baru beberapa jarak, nafas sudah seperti berlari lima putaran lapangan.

Dea yang khawatir saat melihat kondisi quin langsung membawa adiknya duduk dan mengambil air di atas nakas lalu memberikan pada quin.
"Separah ini yah dek?"Tanya dea dengan nada khawatir.

Quin menggeleng sambil tersenyum menatap dea. Jujur quin merasa sesak di dadanya.

"Dek"Panggil dea

"Ngga, apa-apa kak"ucap quin.
Quin memosisikan duduknya dan menatap dea memohon.
"Kak, quin boleh pergi yah"Ucap quin

"Dek kakak takut kamu kenapa-napa"ujarnya.

"Kak. Di sana ada ben lagi pula quin ngga bakal ngerjain yang berat-berat kok"Ucap quin meyakinkan dea

"Tapi"

"Kak ini hal pertama yang quin rasain. Kakak bisa mikir kedepan ngga kalau seandainya~"

"Sttt"Dea menyimpan jari telunjuknya di depan mulut quin "iya kakak izinin"Ucap dea dan langsung memeluknya.

"Maaf yah kak"Ucapnya.

Dea menggeleng seraya menyapu kepala quin.

°°°

Quin telah siap dengan pakaiannya. Kali ini dea yang memilih, celana jeans panjang dan di padukan dengan sweter.

"Kak nanti kalau kepanasan gimana?"Tanya quin sambil mengerucutkan mulutnya

"Ngga papa, gimana kalau di tambah syal?"Saran dea.

"Ih kakak, ini aja udah kepanasan masa di tambahin lagi?"Kesel quin. Dea tersenyum saat melihat wajah menggemaskan dari adeknya.

Ellen tiba-tiba masuk kedalam kamar dan menahan tawa saat melihat penampilan quin. "Mau kemana nak? Di luar lagi ngga salju loh" Ejek ellen.

"Tuhkan"Quin menatap dea.

"Tapi ngga apa-apa, di luar cukup dingin. Kamu ngga boleh sakit karena masuk angin, bunda ngga mau anak-anak bunda sakit"

Deg.

Quin dan dea langsung bertatapan, quin tersenyum lalu mengangguk. "Bunda ngapain?"Tanya quin mengalihkan pembicaraan.

Ellen menepuk jidatnya pelan. "Sampe lupa. Teman kamu sudah di bawah"Ucap ellen.

Quin tersenyum dan langsung meninggalkan dea dan ellen di dalam kamarnya.
Ellen tersenyum melihat quin yang tersenyum seperti itu, dea yang menatap tatapan itu hanya bisa menahan sesak di dadanya, benar kata quin. Bagaimana jika kedua orang tuanya tahu.

Quin tersenyum saat melihat ben yang sekarang tengah mengobrol dengan ayahnya.
"Serius banget"Ucap quin.

Rahman melihat penampilan quin dari kaki sampai kepala begitu juga dengan ben.
"Mau kemana emang?"Tanya rahman.

Quin menggeleng

"Kenapa nutup banget"

"Oh ini? Iya di suruh kak dea sama bunda, katanya biar ngga masuk angin. Lebay ngga tuh yah"Adu quin.

Budak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang