20

448 21 0
                                    


Quin memoleskan sedikit liptint ke bibirnya agar tidak terlihat pucat. Quin keluar dari kamar dan menghampiri ellen dan dea.
"Ayah mana bun?"Tanya quin

"Ayah semalam ngga pulang, lagi lembur"Ucap ellen

"Dek tumben kamu pake liptint"Goda dea pasalnya quin tidak ingin menggunakan hal semacam ini di bibirnya kecuali hari-hari berhaga dalam hidupnya. Eh.

"Sayang kamu sarapan dulu"

"Ngga~"

"Duduk dek"Dea mengatakan itu dengan datar.

Quin menatap dea bingung dan akhirnya memilih duduk dan ikut sarapan dengan kedua orang yang sangat ia sayangi.

Setelah selesai quin mengambil mobilnya. "Dek"Panggil dea.

"Hari ini mobil kakak bawa dulu, kamu kakak antar dan pulang sekolah kakak jemput"Ucapnya.

"Kak tapi aku~"

"Ngga ada bantahan dek"Ucap dea dan berdiri. Ellen melihat dea dengan tatapan aneh ada apa dengan dea saat ini?

Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu rumah keluarga valeri dan dea langsung menhampiri pintu untuk membukanya.

"Haloo beb, pergi bareng gue yap"Ucap zeline

"Tapi~"

"Gur marah nih"Ucap zeline.

Dea kembali menghampiri quin dan memberikan kunci mobil pada quin.
"Hari ini kakak bareng kak ze, kamu pulangnya jangan kayak kemaring, kalaupun mau mampir kerumah teman harus ngabarin bunda, ayah atau kakak ok?"Ucap dea dan di angguki quin dengan semangat.
'Hari ini aja kak, setelah itu mobil mau di pake kapan aja ngga papa! Seridaknya aku udah tahu penyakit aku'batin quin seraya tersenyum kecut.

♡♡♡

Bel istirat berbunyi. Quin langsung menghampiri UKS karena perutnya terus merasakan perih.sesampainya di UKS Quin meminta obat pada salah satu anggota PMR yang sedang piket untuk memberikannya obat penghilang nyeri di perut.

Siswi itu langsung mengambil obat dan memberikannya pada quin yang sekarang sudah sangat pucat karena dengab keringat yang terus meluncur di dahinya. Quin menerima obat itu dan langsung meminumnya. Quin melipat dengan melingkarlan tangannya memeluk kedua kakinya.

Andai ketika minum obat langsung rasa sakitnya hilang begitu saja. Tapi sayangnya kenyataan tak seindah itu. Quin menidurkan badannya dan terus meremas perutnya.

Quin memejamkan matanya.

"Obatnya?"Suara yang sangat quin kenal siapa lagi kalau bukan ben. Dan di susul seorang lerempuan yang quin yakini adalah kara.

Terdengar langkah kaki mendekat pada quin. Kara mendudukkan tubuhnya tepat di dekat brankar quin."Quin"Panggil kara.

Quin membuka matanya, kenapa harus kara? Ben juga terlihat kaget saat melihat wajah pucat quin

Quin tersenyum kecil menatap kara dan ben.

"Lo kenapa?"Tanya kara.

Quin menggeleng walau perutnya masih sangat sakit.

"Lo udah minum obat?"Kali ini pertanyaan itu dari ben.

Quin mengangguk

"Ben air aku mana, ini mau minum obatnya"Ucap kara

Budak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang