24

407 21 0
                                    


Quin berjalan di koridor sekolah dengan tatapan lesu beserta wajah pucatnya. Bel pulang sekolah telah berbunyi beberap menit yang lalu. Sesampainya di halaman sekolah quin menatap nanar pada mobil hitam yang sedang di tumpangi sosok yang ia sayang. Ben.

Quin tersenyum kecut lalu berdiri di depan gerbang. Mobil hitam itu tidak mengalami pergerakkan sama sekali hingga tiba-tiba mobil sport putih berhenti tepat di depan quin

Quin memicingkan matanya, mobil ini belum pernah ia lihat. Sampai saat seseorang keluar dari mobil tersebut.

Seorang pria tampan yang memiliki lesung pipi yang sempurna menatap quin sambil tersenyum lalu menghampirinya.

"Gimana? Keadaannya"Tanya pria tersebut.

"Baik. Kak aldo kenapa bisa tahu quin sekolah di sini?"Tanya quin bingung pada seseorang yang ada di depannya yaitu aldo, dokter yang merawat quin. Aldo memang masih terlihat sangat muda, bahkan ia sekarang belum berkeluarga

"Tahu dong masa pasien kakak sendiri ngga tahu"Ucap aldo lalu mengacak puncak kepala quin.

Quin merengut lalu memperbaiki letak rambutnya.

"Ingat hari ini hari apa ngga?"Tanya aldo

"Rabu kak"Ucap quin

"Hari ini kamu haru chek quin"Ucap aldo dengan tatapan marah.

Quin membulatkan matanya lalu memukul kepalanya.

"Jangan di pukul"aldo menahan tangan quin

"Ih masa quin bisa lupa yah kak?"Tanya quin.

Aldo menggelengkan kepalanya pada sikap quin yang membuat ia teringat akan adiknya yang memiliki sifat yang persis dengan quin

"Yaudah masuk"Ucap aldo dan di angguki quin.

Quin masuk kedalam mobil lalu di susul oleh aldo setelah itu aldo melajukkan mobilnya.

Mobil yang sejak tadi masih terparkir di sana menatap gerap kedua orang yang telah pergi itu. Ben memukul stir mobilnya kuat. Kara yang tahu ben sedang menahan amarah hanya bisa tersenyum. Kali ini kara tahu apa yang harus dia lakukan.

♡♡♡

"Quin, kak aldo butuh informasi lebih lanjut lagi, Tentang penyakit kamu. Karena gagal ginjal juga biasa di sebabkan oleh gen atau turun temurun. Dan kak aldo harus mengonsultasikan informasi itu langsung pada orang tua kamu atau orang terdekat kamu"Ucap aldo memberikan pengarahan pada quin yang baru selesai di periksa perkembangan penyakit ini.

"Kak dea! Iya kak dea tahu tentang penyakit aku kak"Ucap quin antusias.

Aldo sedikit berpikir lalu menyarankan quin untuk menghubungi dea.

Quin mengambil handphonenya lalu mencari sebuah. Setelah menemukan nama yang tertera di sana  ia menaruh benda pipih itu ke pipinya atau lebih tepat di telanga.

Tidak menunggu waktu lama untuk quin menunggu panggilannya di jawab oleh sang kakak.
"Halo dek? Kenapa? Ada masalah?"tanya dea dengan terselip nada khawtir di sana. Dan tak lupa dengan suara toa milik dea.

Quin yang tidak sengaja memasang loudspeaker dengan cepat menjaukan ke telingannya. Aldo menahan tawa melihat ekspresi quin dan di tambah pertanyaan dea

"Kakak bisa ke rumah sakit ngga?"Tanya quin

"Kamu kenapa? Rumah sakitnya di mana? Sharelock kakak on the way"Ucap dea dan langsung mematikan sambungannya.

Quin menggelengkan kepalanya seraya menyapu-nyapu dadanya.
"Maaf yah kak"Ucap quin pada aldo yang sekarang sedang menahan tawanya

Quin lalu mengetikkan alamat rumah sakit untuk mengirimkannya pada dea.

Selang beberapa menit tiba-tiba pintu ruangan itu di buka dengan sedikit keras hingga membuat dua orang yang sedang asik mengobrol sedikit tercengang karena kaget.

"Dek kamu kenapa? Sakitnya di mana? Dek jawab"Ucap dea dengan khawatir.

"Baik kok kak, ini dokter mau bicara sama kakak"Ucap quin.

Dea langsung menatap dokter yang ada di depannya seraya tersenyum pasih karena sedikit malu dengan sikapnya.

"Maaf dok"ucap dea.

"Panggil saya aldo"Ucap aldo memperkenalkan diri.

Dea mengangguk. Dea akui orang yang ada di hadapannya memang tampan, hingga beberapa detik matanya dan aldo bisa terkunci kalau quin tidak bersuara.

"Kak duduk"Ucap quin menatap dea dan aldo yang sekarang sedikit kaku.

"Kak, By the way kak aldo lagi jomblo lo"Ucap quin lalu mengangkat keningnya. Quin tahu informasi itu saat quin tidak sengaja mengepoi aldo.

Dea menunduk lalu mencubit paha quin.

"Ih kakak sakit"keluh quin.

"Maaf, makanya jangan suka jail sama kakak sendiri"Ucap dea sambil menatap quin nyalang

"Tapi bener kok. kak aldo emang jombo. Eh kak aldo kak dea juga jomblo loh"Ucap quin yang terus menjahili keduanya.

Melihat raut wajah keduanya membuat quin memecahkan tawanya.

"Quin"Kompak keduanya.

"Cie yang samaan" Ucap quin lalu memegang perutnya karena sedikit sakit gara-gara tertawa berlebihan.

"Quin"Keduanya berdiri lalu mendekati quin.

Quin mengangkat tangannya pertanda ia baik-baik saja.
Quin kemudian menatap kedua orang yang berada di sisi kanan dan kiri quin. "Ngga papa kak"Ucap quin lalu menatap keduanya.

Aldo menghampiri tempatnya kembali lalu menatap kedua orang yang ada di depannya.
Aldo menjelaskan semua pada dea dengan sangat teliti. Dea yang memang pandai dalam hal seperti ini langsung menatap quin dengan iba.

"Dek gimana kalau kita beritahu bunda sama ayah?"bujuk dea.

Quin menggeleng.

"Quin, kamu harus membuat kesimpulan. Tapi, sebagaiman pintar kamu menyembunyikan penyakit kamu, semua itu akan terbongkar. Dan satu semua orang tua bakal merasa tidak pantas menjadi menjadi seorang ibu atau ayah kalau penyakit anak mereka saja tidak mereka ketahui"Ucap aldo dan di angguki dea.

"Tapi kak~"

"Ambil kesempatan paling tepat buat ngasih tahu kedua orang tua kamu"Ucap aldo meyakini quin

Quin menggeleng hingga membuat air matanya jatuh.

Dea memeluk erat quin."Kakak bakal bantu buat ngomong sama bunda dan ayah"

"Percaya sama kakak"Ucap dea.

Aldo mengangguk.
"Besok malam jam delapan gimana kalau saya pergi ke rumah kalian untuk memberi tahukan tentang informasi lebih lanjut serta pengobatan yang akan di lakukan"Ucap aldo.

Dea menatap quin yang sekarang menatap aldo sambil meggelengkan kepalnya pelan.

Dea membawa wajah quin untuk menatapnya. "Kamu bakal baik-baik saja, selebihnya kita serahin sama Allah"Ucap dea sembil mengusap air mata dea.

Quin mengangguk.

Mataku panassssss


Budak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang