19

430 19 0
                                    


Typo bertebaran mohon di maklumi

Bel pulang sekolah tadi sudah berbunyi dan kini quin sedang berada di parkiran mobil.
Quin melihat kara yang sedang berdiri entah sedang menunggu jemputannya atau apapun itu.

Quin memutar mobilnya dan entah doringan dari mana quin berhenti di depan kara. "Kak, mau bareng ngga?"Tanya quin. Quin hanya merasa iba pasalnya para siswa tidak ada yang memberikan tumpangan, ada tapi semua para lelali buaya dan dapat di pastikan kara menolaknya.

"Ngga usah nanti malah ngerepotin"Ujar kara menolak ajakkan quin

"Ngga papa kak"Jawab quin

Kara masuk kedalam mobil quin dan langsung mengucapkan terimakasih.
"Nama lo quinkan."Tanya kara

Quin mengangguk sambil tersenyum

"Hubungan lo sama ben apa?"

"Ken-kenapa nanya gitu kak"Tanya quin terbata

"Ngga soalnya gue liat-liat lo sama ben dekat juga, terutama saat ben belain lo di depan umun waktu itu"

"Oo itu mungkin karena namanya jelek aja di lihat teman-teman di sekolah mungkin mau konfirmasi"Alibi yang sangat sempurna

"Iya sih ben juga ngomongnya gitu"

Deg.

"Lo sama ben kok bisa kenal gitu?"Tanya kara

"Oh itu, kakak aku sama kakaknya ben teman baik"Jelas quin

"Ehh belok kanan"

Quin mengangguk dan memutar stur mobiknya menuju arah yang di katakan kara.

"Jadi hubungan lo sama ben gitu aja?"Tanya kara dan di angguki quin dengan pelan.

Setelah itu mobik menjadi hening. Tidak ada yang memulai bicara hingga akhirnya mobil quin berhenti di depan rumah minimalis dengan taman bunga yang indah di depannya.

Kara keluar lalu mengucapkan terima kasih pada quin dan tak lula melambaikan tangannya.

Quin memutar mobilnya dan melajukan mobilnya menuju rumah. Entah kenapa air mata quin jatuh hingga membuat quin dengan gerakkan cepat mengusapnya. Sudah sejak tadi ia menahan agar air matanya tidak jatuh di depan kara. Dan ia berhasil.

"Sabar"Ucap quin pada dirinya sendiri.

Quin menghentikkan mobilnya di depan rumah sakit yang tidak jauh dari rumah kara. Quin hanya ingin mengetahui sesuatu yang salah sama pinggangnya.

Akhir-akhir ini ia sering mengalami mual, hilangnya nafsu makan, perasaan lemah dan lesu, sesak nafas, sering sakit pada bagian perut, sering buang air kecil pada malam hari, kesemutan pokoknya semacam itu.

Quin sudah mengalami hal ini sejak empat bulan yang lalu, namun waktu itu belum separah ini, dulu ia sama sekali tidak merasakan sesak nafas namun sekarang sudah tidak bisa di katakan lagi.

Quin menyembunyikan hal ini pada keluarganya karena tidak ingin membuat mereka khawatir.

Quin masuk kedalam rumah sakit dan menghampiri resepsionis untuk mengatur jadwalnya dengan dokter.
Wanita cantik itu memberikkan browsur pendaftaran pada quin dengan senyumnya.
"Mohon diisi dulu"Ucapnya.

Quin mengangguk dan mendaftarkan namanya beserta keluahannya.

Setelah selesai quin memberikan browsur pada wanita cantik itu lalu kembali duduk.

Budak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang