Part 30-END

751 26 2
                                    

Tidak terasa kami berada disini sudah malam. Matahari sudah menyembunyikan dirinya lagi.

"Wait! Identify yourself!" Aku menginterupsi langkahnya. Ia tidak bisa bergerak. Sekali ia melangkah, kepalanya bisa pecah. Mau tak mau, ia mengangkat kedua tangannya.

"Calm down. I'm not your enemy." Ia mencoba memberi pengertian padaku.

"Why should i believe you?" Tanyaku. Dia membuka topi yang ia pakai dan membalikkan badannya.

"Elina..Birkin?!" Sontak aku menurunkan senjata. Ternyata orang yang berada di balik topi itu adalah Elina Birkin, kekasihku yang sudah lama aku cari.

"Senang melihatmu disini, babe. Oh, apa aku harus memanggilmu kapten?" Candanya.

"Siapa dia, Kapten Ken?" Tanya Glenn.

"Elina Birkin. Kekasihku. Sekaligus agen, code name: Sherry." Aku memperkenalkan Elina.

"Apa yang kau lakukan disini, Elina? Apa misimu?" Aku bertanya serius.

"Maaf Ken, aku tidak bisa memberitahumu." Ucap Elina sedikit menyesal.

"Jangan menutupinya, Elina!" Segala kemungkinan yang terpikir otakku hanya jatuh pada Elina yang membunuh orang-orang disini. Termasuk paman. Aku kembali menodongkan senjata pada Elina.

"Untuk kali ini, kita tidak sependapat. Iya kan, Ken?" Elina pun menodongkan senjatanya padaku.

"Just tell me your fu*king mission, Elina!" Aku marah. Aku hanya memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi pada pamanku. Namun, Elina tidak gentar sama sekali. Ia malah menantangku.

"I'm not accept your order, captain." Elaknya. Tidak satupun dari kami yang berani menekan pelatuk. Kami tidak bisa.

BANG!!!

"NO!" Aku berteriak saat sebuah peluru shotgun mengenai pinggang Elina. Segera aku menangkap tubuh Elina yang terhuyung.

"You bit*h in red dress! Die!" Pria itu hendak menembak lagi. Dengan segera aku memerintahkan anak buahku untuk menembaknya. Ya, menembak pamanku sendiri.

"Elina, bertahan! Jangan seperti ini! Aku mohon, bertahanlah!" Aku hendak menggendong Elina, namun tangannya menahan tanganku.

"Ken..tidak akan..sempat. Tidak apa-apa. Aku..hanya ingin..bersamamu..di saat..terakhirku." Dengan susah payah Elina berbicara.

"Tidak, Elina! Jangan bercanda! Aku akan menyelamatkanmu!" Terlihat Elina menggelengkan kepalanya. Darahnya terus mengalir di tanganku yang memeganginya. Semakin lama semakin banyak. Dengan segera aku mengeluarkan perban untuk menutupi luka tembak Elina. Pelurunya mengenai pinggang Elina dari jarak jauh sampai baju merah yang ia gunakan hilang di bagian pinggang.

"Ken, sudah. Aku..benar-benar tidak akan..selamat." Aku tidak mendengarkan ucapan Elina. Aku masih terus menekan pendarahan yang terjadi padanya.

"Kenny..."

Aku terhenyak. Kenapa Elina memanggilku seperti itu?

"Apa yang kamu katakan barusan?" Aku takut salah dengar.

"Kenny, aku mau jujur..tentang semuanya." Lagi. Dia memanggilku Kenny.

"Jangan bicara dulu! Kamu masih terluka!" Kembali aku mencoba menekan luka Elina. Elina mencengkram tanganku.

"Dengarkan aku..aku takut ga punya..kesempatan lagi..jadi, tolong..dengarkan aku." Suara Elina semakin melemah. Tangannya pun mulai dingin. Aku semakin khawatir dengan keadaannya.

Who Are You? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang