Yang Sebenarnya Terjadi

1K 226 17
                                    

[!!] Trigger Warning: Depression; suicide thoughts.

-

Malam saat pengajian menuju perkawinan itu, Alana dan Bayuaji janjian buat ketemu lewat chat. Bayuaji bilang kalo Kamis dia santai, Alana setuju. Dan di sinilah mereka sekarang.

Alana yang milih restonya, alasannya:
1. Deket sama kantor Bayuaji
2. Dia kenal sama kepala restonya.

Oke deh.

Di sela makan sampai habis, Bayuaji dan Alana ngomongin banyak hal yang mereka saling lewatkan di lingkarannya. Resepsi Alitha Sabtu kemarin, Gira yang menetap di kotanya dulu, Fazrin dan Calvin yang masih bersahabat baik bahkan berdekatan dengan Bayuaji.

"Iya lah kan bro before hoe," sombong Bayuaji,

"Hidih,"

"Terus lo selama ini kemana aja?" Tanya Bayuaji, lalu menyedot es sodanya. Alana mengelap bibirnya sambil tersenyun tipis.

She saw this question coming kok.

"Hm, mulai dari mana ya gue..." ucap Alana, mikir.

"Btw temen gue lihat lo di RS X waktu itu," sambung Bayuaji mengingat testimoni Jusuf.

"Ah, iya iya... sering sih gue waktu itu di RS X. Awalnya adik gue kan operasi gitu di ususnya, sebulan kemudian gue ke psikiater gara-gara treatment depresi," ucap Alana.

"Depresi?" Ulang Bayuaji mengkonfirmasi, Alana mengangguk.

Lho, bukannya Alana waktu itu baik-baik aja? Sering banget nongkrong sama dia dan lingkaran kelasnya juga beberapa kali.

"Gue kelihatannya waktu itu baik-baik aja ya Bay padahal?" Ucap Alana seakan bisa membaca pikiran lelaki di hadapannya. Bayuaji mau nggak mau mengangguk.

"Something happened?"

Giliran Alana yang mengangguk.

"Kalo gue inget, awalnya gue cuma susah tidur, terus lama-lama gue gak tenang setiap tidur, apalagi kalo keinget masalah keluarga gue dan semua harapan yang mereka gantungin ke gue," ucap Alana sambil memainkan es pada minumannya.

"Terus sekitar semester 6, gue sempet cek ke dokter. Gejala depresi ringan, masih bisa ketolong sih waktu itu sama aktif di luar atau mikirin hal-hal lain. Terus.. yah, puncaknya awal semester 7 itu. Setiap balik ke rumah, bawaannya gue beban meskipun orang tua gue udah resmi cerai. Setiap tidur gue kayak mimpi buruk, terus kepala gue rasanya mau meledak," lanjut Alana. Bayuaji cukup kaget kalau ternyata Alana waktu itu sebegitu 'parah' keadaannya.

"Kalo inget itu rasanya gelap banget. Akhirnya gue treatment deh, setahun ada kali," pungkas Alana.

Ya, gelap. Satu hal yang Bayuaji syukuri (diam-diam tentu saja) bahwa gadis itu tidak menyerah pada kegelapan itu, dan gadis itu sadar untuk mengobati dirinya.

Bayuaji masih menatap Alana, nggak nyangka aja sih Alana yang dia kenal ternyata ngalamin itu semua nyaris sendirian. Apalagi dia anak pertama, nggak punya seseorang untuk lean on selain Tuhan dan dirinya sendiri dengan keadaan keluarga yang sama kacaunya.

"Glad you are alive, sorry gue gak bisa support lo di masa itu." Respon Bayuaji, Alana terkekeh pelan.

"Thanks. Hey, don't feel sorry, Bayuaji. I am okay now"

"Korbannya handphone gue itu, gue lempar waktu masih treatment" sambung Alana lagi, ngomongnya sambil ketawa tapi Bayuaji malah gemes.

"Gila ya lu beneran" Bayuaji geleng-geleng takjub.

"Ya kan emang hampir waktu itu," Alana ketawa lagi

"Terus lo gimana kabarnya? Masih gamon sama Rosa apa Salsa?"

Bayuaji mengumpat. Terus cerita apa yang berubah selama 5 tahun ini.

Alana tepuk tangan kecil untuk Bayuaji waktu cerita dia sudah berbaikan sama kakaknya. Alana paham dengan segala harga diri yang lelaki itu punya, Bayuaji paling anti buat reach up duluan ke siapapun itu, kalau bukan lelaki itu yang salah.

Mereka terus berbincang hingga waktu menunjukan pukul hampir setengah 10 malam. Itu pun Bayuaji duluan yang sadar pas lirik jam tangannya.

Oh iya, selama ngobrol, Alana ngerasa gak ada yang berubah dari lelaki itu selain sekarang lebih dewasa.

"Bawa kendaraan gak lo?" Tanya Bayuaji saat Alana udah mulai mengemasi barang-barangnya.

"Nggak, buru-buru gue tadi pagi."

"Ayo balik,"

Sempet debat dulu sih ini siapa yang bayar tapi akhirnya Bayuaji ngalah gara-gara Alana keukeuh terus alasan kalau dia kenal sama kepala restonya.

"Udah lo ntar lagi aja yang lebih mahal,"

Bayuaji mengumpat pelan.

Yaudah akhirnya Bayuaji nunggu di pintu keluar. Gak lama Alana dateng, lalu ketemu sama seseorang yang menyapa Alana.

"Eh, Mbak Alana," sapa lelaki yang Bayuaji duga ini yang dia maksud kepala restonya.

Hm, cukup muda.

"Hei, habis istirahat?" Pemuda itu mengangguk.

"Eh iya, Bay kenalin ini Zian, Zian ini Bayu" Bayuaji tersenyum dan menyambut uluran tangan Zian.

Oh, bukan Darrell.

"Nggak nyari Mas Darrell, mbak?" Tanya Zian lagi, Alana menggeleng.

"Titip aja, bilang jangan pulang larut."

Zian mengangguk lalu izin buat ke belakang lagi.

Pernah dengar atau baca ungkapan cara paling mudah untuk menguji sampai dimana seseorang sayang padamu adalah dengan membuatnya cemburu?

Nah, sekarang Bayuaji boleh kelihatan fokus nyetir tapi kepalanya sekelebat mikir ini Darrell siapa... pacar Alana apa gimana... kok nggak cerita... tapi kok mesra amat salamnya... mau nanya tapi gengsi...

Alah, bodoamat.

"Lu punya pacar nih sekarang?" Tanya Bayuaji.

"Darrell maksud lo?" Tanya Alana balik, yang ditanya mengangguk.

"Panjang ceritanya, bukan pacar tapi gimana ya. Dia dijodohin sama gue. Percaya gak lo anjir udah tahun dua ribu dua puluh sekian gini gue masih dijodohin?"

Bayuaji ngetawain Alana sih emang, tapi sekali lagi kepalanya kalang kabut.

"Terus?"

"Yaudah gue iyain aja. Lumayan gak sepi-sepi amat handphone gue,"

Bayuaji mengumpat lagi.

"Yaudah jangan dibanting lagi handphonenya,"

Alana terkekeh puas atas sarkas Bayuaji.

Habis denger penuturan Alana tadi, Bayuaji nggak ngerti kenapa kok tiba-tiba jadi mellow gini.

Iya, itu namanya cemburu, Christopher Chandra Bayuaji.

Iya, itu namanya cemburu, Christopher Chandra Bayuaji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---
A/N

MIROH keren banget sumpah gak ngerti lagi.

Anyway, saya nggak tahu apakah dari kalian ada yang ngerasain kayak Alana apa enggak (BUT I HOPE YOU ARE NOT. NEVER.) yang jelas stay strong! Seek and reach for help if you need to. Jangan sungkan!

[4] Getting Closer; Bang ChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang