Don't Give Up

905 207 54
                                    

Ketika melihat Addara sudah bisa kembali ke rutinitasnya dan Saddam yang pulang dalam keadaan bugar, membuat Alana lebih tenang akan kepulangannya ke rutinitas esok siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika melihat Addara sudah bisa kembali ke rutinitasnya dan Saddam yang pulang dalam keadaan bugar, membuat Alana lebih tenang akan kepulangannya ke rutinitas esok siang.

Siang ini, Alana rela memotong waktu istirahatnya untuk membantu Nyonya Cendani di dapur menyiapkan makan. Addara sedang siap-siap menuju kampusnya sementara Saddam asik menonton serial kartun di televisi bersama Om Rudi, sanak saudara yang menjemput Saddam di rumah sakit bersama Nyonya Cendani.

"Kamu kenapa sama Bayu?" Tanya Nyonya Cendani yang sedang mengaduk sup tanpa basa-basi membuat Alana membisu sesaat.

"Keliatan ya Bu?"

Nyonya Cendani tertawa kecil.

"Terakhir Bayu ke rumah, kayaknya nempel banget. Kok sekarang enggak."

Hah. Ibunya benar. Sikon Alana dan Bayuaji sejak duduk di ruang tamu beberapa jam lalu memang terlihat kaku.

"Lagi gak enak aja Bu, biasa."

Nyonya Cendani paham. Kemudian memasukan seledri yang tadi dipotong Alana.

"Jangan sampe dibawa pulang lagi marahnya,"

"Iya Bu."

"Kesalahan kamu sama Fabian kemarin jangan diulangi."

Alana mengangguk atas nasihat Ibundanya kemudian menghela nafas tertahan. Mungkin nanti jika Bayuaji sudah bangun dari istirahatnya, Alana akan mencoba bicara lagi.

"Serius banget kayak lagi rapat,"

"Berisik, Saddam."

-

Agenda hari ini benar-benar cuma istirahat baik buat Alana atau Bayuaji. Cuaca kota Malang begitu segar jadi nggak masalah buat mereka kalau harus di rumah dulu.

Terlebih, perasaan Alana yang udah nggak karuan dari berhari-hari lalu makin nggak karuan sejak siang- ralat, sejak pagi tadi. Pilihan untuk stay di rumah udah paling tepat.

Hingga selesai makan malam dan pulangnya Om Rudi, nggak ada interaksi berarti antara Alana dan Bayuaji. Maka sekarang saatnya untuk melanjutkan percakapan mereka yang tertunda karena besok siang adalah kepulangan mereka.

Alana membawa dua cangkir cokelat hangat menghampiri Bayuaji yang sedang berdiri di balkon lantai 2 sambil memainkan smartphonenya.

"Bayu," panggil Alana pelan membuat lelaki dengan kaus hitam itu menoleh dan memasukan smartphonenya ke dalam saku celana. Alana memberikan secangkir cokelat hangatnya pada Bayuaji.

"Terimakasih,"

Alana tersenyum sebagai balasan. Tidak ada kata selanjutnya. Mereka hanya diam berhadapan sambil menyesap cokelat hangatnya.

"Yang kemarin, aku minta maaf," ucap Alana sedikit menunduk, menghindari mata Bayuaji. Membuat lelaki itu menghela nafasnya kencang dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Harusnya aku yang minta maaf, Lan."

"Maaf aku udah diemin kamu, maaf aku anggep kamu gak serius. Maaf aku bahkan gak minta maaf duluan,"

"Aku ngerti. Tapi dengerin aku dulu." ucap Alana. Duh, kali ini Alana sedikit bergetar karena lagi-lagi Bayuaji menatapnya tepat pada mata.

"Mungkin kamu bener, aku takut ketemu Tante karena sekarang aku pacar kamu, dan aku takut Tante ngerasa aku ngga pantes sama kamu. Tapi aku bener-bener nggak ada maksud menghindar,"

Bayuaji menatap Alana lembut.

"Kamu harusnya bilang sama aku, dan aku janji Mamah pasti terima kamu,"

Alana ragu sambil memainkan air dalam cangkirnya yang tinggal separuh.

"Aku nggak mau kamu anggep pengecut yang terus-terusan pakai alasan trauma buat sembunyi, Bay."

Bayuaji menyesap cokelat hangatnya, lalu meletakan cangkirnya di meja yang berada tidak jauh dari mereka.

"Aku tahu itu susah Lan, lain kali kamu bilang atau cerita sama aku. Kayak yang biasa kita lakuin."

Alana tersenyum tipis.

"Aku nggak mau kamu keganggu,"

"Lan, kita kenal bukan satu atau dua hari." balas Bayuaji tegas, kemudian menyisir rambutnya kebelakang dan menghela nafasnya. Tanda ia sedikit frustasi.

"Nggak, kamu pasti kayak gitu karena aku diemin kamu. Aku minta maaf,"

Alana dapat mendengar nada serius dalam ucapan Bayuaji.

"Jangan diulangin ya. Aku beneran nggak suka." Ucap Alana lembut. Bayuaji balas menatap Alana dalam.

Bayuaji kemudian mengambil alih gelas yang dipegang Alana dan menaruhnya di meja.

"Here, have my hug." Bayuaji membuka kedua lengannya rendah.

Alana terkekeh geli namun masih diam di tempat, Bayuaji yang begini masih sering buat Alana kaget.

"Apaan, sok ganteng," Alana salah tingkah.

Bayuaji tertawa namun tetap membuka lengannya, lega akhirnya suasana mereka mencair.

"Serius. Sini. Ah, kamu lama."

Bayuaji nggak punya pilihan selain menarik Alana sendiri untuk dipeluk. Alana nggak masalah dan mencari kenyamanan di sana.

"Please don't give up on me." Bisik Alana pelan.

"I won't." Balas Bayuaji sambil mengeratkan pelukannya.

" Balas Bayuaji sambil mengeratkan pelukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/N
Asik bgt yg udah baikan

[4] Getting Closer; Bang ChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang