VOTE
Rintik hujan diluar tidak menghentikan gerakan tangan Ale yang tengah menyapu cafenya, ini belum waktunya untuk buka, jadi gadis itu menyibukkan dirinya dengan membersihkan cafe sedangkan Anna memeriksa bahan masakan.
"Seperinya akan hujan lebat ya" Anna datang dari dapur sambil memberikan mug berisi coklat hangat pada Aleisya, gadis itu menerimanya dengan senyum.
"sepertinya iya mbak" gadis itu meneguk coklat hangat itu, sambil tersenyum, "minuman yang mbak buat punya cita rasa tersendiri yaa" pujinya pada Anna yang kini duduk dikursi tempat pertama kali ia dan Ale berkenalan.
"iya dong" Anna terkekeh pelan, diikuti Ale yang juga ikut duduk disebelah Anna, mereka berdua diam sambil menatap keluar jendela cafe yang lebar.
Aleisya menatap langit yang dibungkus awan hitam, tidak ada celah untuk melihat matahari pagi ini. Masih pukul 9;45 pagi,masih ada kisaran empat jam lagi untuk cafe buka. Tapi kenapa rasanya hari ini perasaan Ale tidak enak ya.
"mbak, apa hari ini cafenya kita tutup aja ya?" Ale melirik Anna yang tengah mengaduk teh hijaunya.
"kenapa?" Anna bertanya tanpa menatap wajah Ale.
"hanya saja hari ini gelap sekali, aku rasa tidak akan ada pembeli" Aleisya menyesali ucapannya tadi.
Karena tepat setelah kalimatnya selesai, seorang pria masuk ke cafe. Membuat lonceng pintu berbunyi nyaring. Anna langsung berdiri diikuti Aleisya yang berada lebih dekat dengan pintu masuk sontak menatap pria itu.
"maaf tuan, tapi cafenya belum buka" Aleisya berucap lembut
Tapi pria itu tak bergeming dan lebih memilih untuk duduk disudut ruangan dekat rak buku. Anna berlari kebelakang untuk mengambil daftar menu dan kembali menghampiri Aleisya
"tidak baik menolak rezeki dipagi hari" bisiknya lalu tersenyum dan berjalan kearah pembeli pertama hari ini. Pembeli yang datang lebih awal dari jadwal sebenarnya.
Sedang Aleisya berjalan kedapur dengan tanda tanya dikepalanya. apa pria itu tidak lihat tanda close dipintu? rutunya sebal, harapan untuk tutup hari inipun jadi sirna.Ia bukan tipe gadis yang pemalas, hanya saja hari ini terasa sedikit berbeda.
Gadis itu membuka kulkas dan memperhatikan beberapa bahan yang baru saja ia beli masih terlihat segar, seakan tak sabar untuk segera dimasak. Ale membalikkan tubuhnya saat mendengar telapak kaki Anna berlari mendekatinya.
"ada apa mbak?" Ale bertanya
"pria itu aneh" Anna menjawab sambil mendudukkan tubuhnya dikursi terdekat. Wajahnya pias akan kegelisahan.
"loh kenapa?" Ale terus memperhatikan gerak gerik Anna
"kamu kenal pria itu Ale?" Anna balik bertanya,wajahnya menatap Ale menyelidik.
"tidak, kenapa?" Ale kembali bertanya. Ada apa dengan Anna
"mbak kenapa sih?" Ale bertanya lagi karena Anna hanya diam.Membuat Ale bersikap was-was.
"ini aneh, pria itu tahu nama kamu loh!" Anna memegang tangan Ale
"kamu yakin nga kenal dia?" tanya nya lagi
"untuk apa aku bohong mbak, lagian dia bilang apa? kok sampai nyebut nama aku?" Ale semakin bingung dengan tingkah Anna.
"aku nga tau, dia cuma bilang ingin ketemu Aleisya"
Aleisya menatap wajah pias Anna, kemudian mencoba mengingat-ingat wajah pria itu. Dan kenapa pria itu mencarinya, sedangkan mereka tadi sempat berpapasan. Aneh
Tanda tanya makin besar dikepalanya membuat Aleisya dengan enggan berjalan menghampiri pria asing itu. Dari jarak 100meter, ia bisa merasakan aura menakutkan itu, pria asing itu menatapnya dengan sorot tajam!
"tuan, anda mencari saya?" gugup, Aleisya menahan tangannya yang kini bergetar tak menentu.
"apa kau Aleisya?" bariton beratnya keluar menusuk gendang telinga Ale. Gadis itu menelan salivanya berat.
"iya, saya sendiri" Aleisya mempertahankan suaranya agar tak ikut gemetaran seperti tangannnya.
Kali ini, sorot tajam pria itu seolah akan mengulitinya, Ale tercekat saat pria itu menarik pergelangan tanganya.
"kenapa gemetar? kau takut Aleisya?"
"apa maksud tuan?!" Ale menarik tangannya. Mundur dengan teratur menjauhi pria asing itu.
"jangan takut, aku hanya ingin tahu sesuatu kebenaran dari bibir manis itu" pria itu tersenyum licik.
"kurang ajar! tuan tolong jaga kata-kata anda!" Ale menekankan setiap kata dalam kalimatnya. Membuat pria itu terkekeh pelan.
Suara beratnya mendominasi, aura kelamnya melingkupi tubuh Aleisya
"ya, sepertinya ini tidak akan mudah" pria itu bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati Ale yang terpaku melihat dengan jelas wajah itu. "sampai bertemu lagi, Aleisya" bisiknya tepat ditelingan Ale.
Lalu pria itu menghilang dibalik pintu, lonceng pintu masih berbunyi diikuti dengan hujan lebat yang turun begitu saja. Meninggalkan Aleisya yang terpaku ditempatnya.
"Ale!" Anna mengguncang tubuh Aleisya. Membuat gadis itu kembali tersadar.
"Ada apa? mana pria itu?" Anna bertanya
"entahlah, aku tidak kenal dia siapa, tapi... "
Aleisya menahan kalimatnya
"tapi apa?" Anna memperhatikan wajah Aleisya yang memerah
"apa Ale!"
"pria itu" Aleisya berucap pelan, membuat Anna menatapnya dengan serius.
"pria itu sangat aneh mbak! dan pria itu juga..."
"ahg! Ale kau membuatku mati penasaran! katakan ada apa dengan pria itu?"
"pria itu sangat tampan" sambung Aleisya yang berhasil membuat Anna terdiam tak percaya dengan pendengarannya sendiri.
Gracias...
Dont forget to VOTE, COMMENT, and SHARE
KAMU SEDANG MEMBACA
La La Land
General Fiction-"Jika menggenggam tangan mu adalah sebuah kesalahan besar, maka biarkan aku terus berdosa" -"My heart is telling you how much that I need you" Hidup seorang diri dipinggir kota metropolitan bermodalkan sebuah cafe klasik yang jauh dari kata mewah m...