Sembilan

46.2K 3.9K 53
                                    

🚫Plagiator minggir🚫

Hera mendesis saat sakit kaki baru dirasakannya setelah bel pulang berkumandang. Mungkin ini karena aksi lari-larinya tadi sepanjang jalan yang lumayan jauh dari sekolah. Memang sih, dijalan tadi dia sempat hampir tergelincir, mungkin karena itu juga kaki dia sekarang sakit seperti terkilir.

Sambil menggendong tas dibahu kanannya, Hera meraih ponsel sambil terus berjalan keluar kelas. Lalu lalang orang yang berdesak-desakan ingin keluar membuat Hera mau tak mau ikut terdorong kuat juga. Gadis itu hampir saja mengumpat saat matanya mendapati kursi panjang yang biasa ada didepan kelas dan langsung memaksakan kakinya menorobos orang, lalu duduk disana sembari meringis.

Tangannya langsung berselancar diponselnya. Memberi kabar pada para abang, karena seharian ini dia tidak bertemu abangnya di sekolah.

Hera: Yuhu~ abangqu. Gak ada yang mau menjemput princessmu ini?

Gadis itu terkekeh membayangkan para abangnya yang pasti mendumal jijik melihat gaya tulisannya. Tak sampai semenit balasan berturut-turut datang dari mereka.

Suga: Sibuk ra.

Jekey kuki: Gue lagi ngapel nih

Jiminshee: Duh, Ra. Gue lagi mojok ini Ra.

Jin: Sory ra. Cafe abang rame.

Jhope: Gue ada latiham dance ini Ra.

Taetet: Lagi mabar dirumah temen Ra.

Rapmon: Masih sibuk nih. Gidah minta jemput sama cowok lo ajalah sana!

Hera terdiam melihat balasan mereka semua. Gadis itu menghela napas pasrah lalu bersandar ke tembok belakangnya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, dia memilih duduk sembari melamun cukup lama. Langit sudah sangat gelap. Dan koridor sudah mulai sepi. Dia bingung ingin naik apa pulang ke rumah. Kata beberapa orang tadi, ada aplikasi semajam ojek online yang membantu memudahkan kita. Tangannya kembali membuka ponsel. Berniat mendonwload aplikasi itu sebelum ponselnya mendadak mati karena kehabisan baterai.

Gadis itu mengumpat pelan lalu memasukkan ponselnya ke tas. Melirik jam tangan yang mulai menunjukan pukul lima sore, akhirnya dia memilih berdiri. Dia akan pulang sendiri daripada duduk gajelas sampai gerbang sekolah ditutup.

Dengan kaki terpincang-pincang, Hera berjalan menuju gerbang. Dalam hati gadis itu berdoa semoga ada taksi yang tak sengaja lewat didepan sekolahnya gitu menyelamatkannya.

Awan akhirnya menumpahkan berjuta-juta air yang sedari tadi ditahannya. Membuat beberapa orang berlarian, memilih meneduh agar tak membasahi mereka. Gadis itu menengadah ditengah hujan. Tak seperti kebanyakan orang yang memilih meneduh, dia justru tetap berdiri ditempatnya hingga seluruh tubuhnya basah terkena hujan.

Gadis itu diam sebentar sebelum kembali berjalan menerobos hujan yang begitu deras. Langkahnya sedikit tertatih, karena sakit dikakinya. Namun bibir gadis itu menyinggungkan senyum tipis yang meneduhkan. Jika bagi beberapa orang membenci hujan. Dia justru menyukainya. Dia bukan orang yang mencintai hujan, juga bukan orang yang membenci hujan. Ditengah-tengah. Gadis itu menyukai hujan. Tidak membenci, tidak juga mencintai.

Karena menurutnya hujan bisa mejadi momen yang sangat menakutkan bagi beberapa orang yang mempunyai masa lalu yang pahit dengan hujan. Makanya dia tidak mencintainya, karena dia termasuk salah satu itu. Hujan juga bisa menjadi penyembuh dari luka itu sendiri. Hanya dengan berdiri dibawal derasnya hujan yang menampar kita keras, rasanya juga sebagian dari beban kita terbawa oleh rasa sakit itu. Makanya dia tidak membenci hujan.

Seperti saat ini. Gadis itu menegadah memejamkan matanya sembari tersenyum. Membiarkan hujan menamparnya keras. Sampai dia tak merasakan hujan yang membasahi wajahnya, dia membuka mata. Payung. Hera menatap Sehun yang memayungi mereka berdua sambil tersenyum.

Possessive Brother - BTS  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang