Chapter 16

2.6K 443 40
                                    

Gun kembali terbangun dengan nafas terengah-engah. Ia mengalami mimpi buruk itu lagi, mimpi dimana dirinya terus melihat seorang pria bersayap hitam yang tertusuk oleh panah. Dia sudah tidak tahan lagi, ia ingin menghentikan mimpi buruk yang ia alami tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.

Langit diluar masih terlihat gelap dan kerongkongannya terasa kering karena tertidur begitu lama. Ia menyingkap selimut dan turun dari kasur untuk mencari segelas air. Gun tidak tahu dirinya ada dimana saat ini, ia berjalan melewati lorong yang gelap dan menuju ke dapur. Ia menemukan pria sedang duduk dimeja makan, dia menutup buku dan melepas kacamatanya saat melihat Gun berdiri.

"Sudah merasa lebih baik?" Tanyanya, Gun menganggukan kepalanya padanya. "Aku Mek, suaminya Mild."

"Aku Gun, Gun Atthaphan."

"Kau pasti haus ya. Duduklah, aku akan mengambil air untukmu."

Mek berdiri setelah tersenyum pada Gun, dia duduk dikursi dan memperhatikan buku yang baru saja dibaca olehnya tadi. Gun melirik sebentar ke arahnya, setelah meyakinkan ia tidak melihat, Gun melihat tulisan dibuku itu namun Gun tidak mengerti karena buku itu ditulis dengan bahasa yang tidak ia kenal.

"Itu bahasa Spanyol." Ucapnya, Gun kembali menjauhkan kepalanya dari buku itu dan mengambil gelas air lalu meminumnya. "Kau terlihat seperti baru melalui waktu yang sulit." Katanya lagi.

"Hmm." Jawab Gun. Ia menaruh gelas diatas meja dan memandang pria itu. "Apa kau pernah mengalami hal seperti deja vu? Seperti saat kau mendengar nama seseorang dan kau merasa mengenalnya meski tidak pernah bertemu dengannya, atau kau pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya dan kau pernah melakukan sesuatu dengannya, pernah?"

"Aku tidak pernah mengalaminya. Mungkin karena aku selalu mengingat kejadian dihidupku tahun-tahun sebelumnya." Jawab Mek, ia bisa melihat tanda tanya besar di wajah Gun saat ini. "Apa kau baru saja mengalami deja vu?"

"Iya, saat aku melihat Tay dan New. Dan saat aku mendengar nama seseorang."

"Nama seseorang?"

"Off namanya." Jawab Gun, ia memainkan jarinya dibawah meja, berusaha untuk tidak terlihat gila di depan Mek. "Itu terasa aneh, mendengar nama seseorang untuk pertama kalinya dan aku bisa merasakan kesakitan yang begitu dahsyat didadaku. Kenapa dengan hanya mendengar namanya membuatku merasa seperti aku pernah menjalani kehidupan dengannya? Bagaimana bisa aku merindukan seseorang yang bahkan wajahnya saja tidak aku ingat?"

"Aku merasa ditinggalkan, aku merasa sendirian, kosong, hampa. Satu-satunya orang yang bisa aku andalkan justru mematahkan harapanku. Aku tidak tahu harus bicara dengan siapa, tidak tahu cara membuat lukaku sedikit berkurang, aku tidak tahu harus minta tolong pada siapa." Ucap Gun lagi. Mek terdiam dan itu membuat Gun merasa bersalah karena sudah banyak bicara. "Maaf sudah bicara soal omong kosong seperti tadi. Anggap saja aku tidak bercerita seperti itu, sungguh tidak masuk akal. Aku minta maaf sekali lagi."

"Itu masuk akal, segala yang kau katakan barusan itu terdengar masuk akal ditelingaku."

"Thanks, kau orang pertama yang menganggap itu semua masuk akal." Ucap Gun, ia tersenyum kecut pada Mek.

Mek melihat Gun duduk di seberangnya, ia ketakutan, tatapan tidak ada harapan terpancar dari wajahnya, jari tangannya bergetar, raut wajah yang terlihat sedih, guratan frustasi terlukis diwajahnya, ia bisa merasakan kepenatan dari setiap hembusan nafas Gun, tatapan kosongnya dan ia terlihat begitu kesepian.

Mek sudah mengetahui segalanya dari istrinya, soal pemburu, soal Gun yang melupakan calon suaminya, bagaimana ia terjatuh dari atas tebing hingga ia yang hampir mati jika tidak segera diselamatkan oleh Tay. Mek menganggap segala yang terjadi padanya sungguh tidak adil, menghapus ingatannya dan membuatnya merasa sendirian sangat tidak adil untuknya.

The Devil's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang