Chapter 6 (S2)

1.1K 172 20
                                    

Tiga jam.

Sudah tiga jam sejak Gun mengurung dirinya di dalam kamar. Lampu dimatikan dan Off tidak tahu jika istrinya itu sedang tertidur atau menangis, ia tidak tahu.

"Sayang." Ia mengetuk pintu kamar dengan teh hangat di tangannya. Namun tidak ada jawaban, "Gun, please." Katanya lagi dengan begitu putus asa.

Ia menghela nafasnya, memutar tubuhnya dan meninggalkan kamar untuk yang kesekian kalinya tanpa hasil.

Ia menaruh teh hangat tadi di atas counter, dan pergi untuk tidur di kamar lain. Saat itu Mild datang dengan koper yang ia seret di tangannya.

"Bagaimana, apa dia sudah mau bicara padamu?" Tanya Mild.

"Ia tetap tidak membukakan pintunya untukku." Off menjawab. "Kau sudag mau pergi ke Spanyol?"

"Hmm, aku harus pergi ke kota dulu sebelum ke bandara." Ia menjawab seraya mengeluarkan kunci rumah dari dalam tasnya dan memberikannya pada Gun. "Aku dan Mek sudah merapikan rumah. Kau dan Gun bisa menempatinya besok pagi."

"Thanks, Mild."

"Tidak masalah."

"Apa kau akan pergi sekarang?" Tanya Off lagi, Mild mengangguk.

"Tapi aku harus bertemu dengan Gun dulu. Aku akan berada di Spanyol untuk waktu yang lama dan aku akan mati karena merindukannya, jadi aku harus menemuinya terlebih dahulu." Jelas Mild. Ia menepuk bahu Off. "Aku akan mencoba bicara padanya."

Off mengangguk, ia menggaruk belakang lehernya. Ia terlihat begitu kelelahan dan Mild mengerti. Karena Gun terkadang adalah seorang yang keras kepala, "Ya, coba bicaralah padanya. Aku akan berada di kamar tamu, panggil aku jika ada sesuatu."

Off menguap seraya berjalan melewati Mild. Mild menaruh kopernya di lorong dan berjalan cepat ke arah kamar Gun, ia harus segera bertemu dengan Gun karena harus mengejar pesawat. Jika saja penyihir punya kekuatan untuk menghilang dan muncul kembali di negara yang ia mau, mungkin ia akan menggunakan kekuatan itu untuk bisa sampai disana lebih cepat.

Mild mengetuk pintu kamar Gun, "Gun, ini aku Mild. Aku mau pergi ke Spanyol, aku datang untuk bertemu denganmu sebelum aku pergi."

Hening.

"Gun, aku akan masuk ke dalam. Kuharap kau tidak sedang memegang pisau."

Mild mendorong pintu kayu besar di depannya hanya untuk menemukan kegelapan total tanpa satupun cahaya di dalam kamar. Ia memanggil nama Gun lagi, namun tidak ada suara. Hujan diluar, sautan antar guntur dan kilat membuat kamar itu terlihat menyeramkan. Mild meraba-raba untuk mencari saklar lampu, dan menekannya ketika sudah menemukannya.

Saat lampu menyala, ia tidak menemukan Gun di dalam kamar. Seprai terlihat seperti bekas ditiduri, dengan bantal kepala yang basah karena Gun terus menangis. Ia melihat ke arah pintu balkon yang terbanting-banting karena angin dan perasaannya menjadi buruk.

"Tidak, tidak...Gun..."

Mild berlari mendekati balkon, menemukan sisa robekan baju yang menempel pada kawat di sepanjang tembok.

Gun melarikan diri dengan turun melewati kawat tumbuhan. Dia sudah gila.

Mild menarik rambutnya, ia menutup pintu balkon. Mengambil kertas yang ada di atas nampan makanan dan membaca satu persatu tulisan disana dengan wajah horor.

The Devil's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang