Part 5 - Everyone Feels The Same

12.6K 2.1K 78
                                    


Aku tahu bahwa bila menggunakan common sense, semua orang yang bekerja keras dari Senin sampai Jumat, dengan jam kerja yang kadang lebih panjang dari sekadar nine-to-five, pasti mendambakan datangnya hari jumat. Sesederhana karena akan mendapatkan dua hari libur di akhir pekan--hence istilah TGIF atau Thank God It's Friday. Dan buatku, biasanya penantian akan hari Jumat itu dimulai sejak... hari Senin. Hehehe.

What? It's a normal thing, isn't it?

Dan khusus untuk minggu ini, rasa nggak sabarku supaya hari Jumat datang semakin berlipat ganda. Tripel malahan.

Apalagi karena pagi ini aku melihat poster charity day-nya PetroWorld di lobby gedung. Ada dua perempuan yang sedang berdiri sambil bergosip di depannya. Aku mengenali salah satunya sebagai Mariska—cewek bawel yang kerja di kantor akuntan satu lantai di bawah Flash Box. Tangannya menunjuk-nunjuk poster tersebut sambil ngikik genit.

Ew, ngeliatnya aja udah sebel.

"Hey, Vix!" ia melambaikan tangan ketika melihatku berjalan ke arahnya. "Udah lihat ini belum?"

Aku tersenyum dengan terpaksa. Males banget nih basa-basi dengan Mariska. Bukan apa-apa, dia seneng banget ngoceh dan ngegosip, dan genitnya minta ampun. Biasanya aku menghindari berinteraksi dengan dia kalau nggak sengaja ketemu.

"Apaan itu?" aku pura-pura nggak tahu.

"PetroWorld ngadain charity day! Tahun ini temanya—" dia melirik poster di sampingnya. "—speed date for charity."

Aku mengangkat alis. Seolah-olah nggak tertarik. "Terus?"

Dia menatapku dengan euforia yang luar biasa. Matanya berbinar-binar. "Kita bisa nge-date sama cowok-cowok PetroWorld!"

Cowok-cowok? Maksudnya plural gitu? Ini kayaknya aku harus membaca ulang terms and condition dari event ini deh. Katanya Tita ini bidding, kok bisa-bisanya si Mariska bilang nge-date dengan banyak cowok?

Aku melangkah untuk melihat posternya dengan lebih dekat dan membaca kalimat yang tertulis di poster tersebut. Posternya nggak menarik, sih. Jadi yang aku lakukan hanya mengingat-ingat contact person yang bisa dihubungi--just in case aku mau nanya-nanya.

"Lo ikutan, Vix?" Mariska menepuk bahuku dengan bersemangat. "Are you looking for love?" Mariska membaca kata-kata yang terdapat di poster tersebut lalu berkomentar asik sendiri. "YA IYALAH..!! SIAPA JUGA YANG NGGAK NYARI CINTA HARI GINI??"

Aku meng-ssshhhh-kan Mariska supaya suaranya jangan keras-keras. Ya kali, kalau memang ternyata emang beneran nyari cinta nggak usah sampai seluruh dunia tau juga kali.

"Are you in, Vix?" ia mengibaskan rambutnya ke belakang dengan percaya diri. Tanpa menunggu jawabanku, ia melanjutkan kata-katanya, "I'm so in! Lo tau nggak sih kalau ada anak PetroWorld yang memang udah gue incar dari dulu. Cuma belum kenalan aja. Tapi gue yakin kalau dia pasti bakalan ikutan acara ini. Ya Tuhan, Vix. He's soooooo hot. Kayak oven dengan suhu 250 derajat."

Aku memandangnya dengan skeptis.

Mariska nggak pernah terkenal sebagai orang yang mengatakan sesuatu apa adanya. Biasanya selalu dilebih-lebihkan. Mungkin yang dikurang-kurangkan cuma kalau kita nitip duit ke dia.

Jadi kalau dia bilang cowok ini bersuhu 250 derajat, aku yakin mungkin aslinya hanya 30 derajat.

Sambil mengangguk-angguk seolah mengiyakan, aku tersenyum tipis. "Good luck yah kalau gitu." Aku siap-siap berjalan menuju antrean orang yang akan naik lift.

"Hey Vix, lo sama Tita ikutan, kan?"

Aku terdiam sesaat terus nyengir. "Heheheh..." dan tidak menjawab pertanyaan Mariska.

Yang membuat Mariska malah tambah bersemangat. "Lo harus lihat si cowok itu, Vix. Dia kayak cowok-cowok yang keluar dari iklan Abercrombie and Fitch."

Aku mengangkat alis. "Oh ya?" aku nggak kenal banyak orang di PetroWorld, tapi seharusnya kalau ada jenis spesies kayak gitu, pasti aku pernah melihatnya dong di gedung ini. Pas lagi ngapain gitu. Satu-satunya yang mungkin cocok dengan deskripsi Mariska ya Cuma Ilham. Itu juga karena aku cuma tahu Ilham. Dan Zakki, temannya Tita. Tapi Zakki jauh lah dari deskripsi tersebut.

"Iya. Waktu itu gue ketemu di Starbucks. Awww, dia keren bangettt. Sengaja gue duduk di depan dia, penasaran liat ID Cardnya."

"Terus?"

"Namanya—" ia menarik napas dengan dramatis. "—Ilham Fauzi."

Rasanya kayak ada bom yang dijatuhkan di kepalaku.

Meet CuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang