"Thanks, Ky." Gue mengambil secangkir kopi yang diletakkan Kiky, barista Alaska, di counter depan gue. Saking seringnya gue kesini, sehari bisa dua kali, hampir semua baristanya udah hapal sama pesanan gue. Gue yakin, kalau dilihat secara statistik, salah satu penyumbang pembelian terbesar untuk Alaska cabang PetroWorld Tower adalah Ilham Fauzi.
I should've been awarded gold medal for being the most loyal customer.
Sayangnya nggak ada.
"Tadi pagi ketumpahan kopi, ya, Ham?" di luar dugaan Kiky bertanya.
"Kok tahu, sih? Bukannya tadi pagi lo nggak ada?" Gue balas bertanya sambil memasukkan kembali dompet ke saku belakang.
"Rio yang cerita." Kiky tertawa kecil. "Dan ngomong-ngomong si Vix sampai penasaran nanyain siapa yang dia tumpahin kopi. Dia janji buat ganti biaya laundry, kan?"
Rio? Kayaknya barista cowok yang tadi pagi. Gue mengangguk. "Terus?"
"Iya, kayaknya dia terpesona gitu sama elo." Kiky masih tertawa tertahan. "Tapi siapa sih yang nggak?" ia mengedipkan mata membuat gue ikutan tertawa.
"Haha..." Gue hanya bisa menanggapi sambil nyengir lalu balik badan untuk mencari kursi yang kosong.
Tiap sore, sekitar jam tiga, biasanya gue dan Willy (atau siapa pun yang mau) turun ke lantai dasar dan minum kopi, sambil merokok dan ngobrol-ngobrol. Hari ini semua sibuk, nggak ada yang bisa gue ajak minum kopi.
Gue menyulut sebatang rokok, mengisapnya dalam satu tarikan dalam dan mengembuskan asapnya dengan tenang. Mungkin banyak yang nggak setuju, terutama Mami dan Edyta, tapi gue merasa bahwa kalimat 'bahagia itu sederhana' sangat tepat untuk kegiatan gue saat ini.
Gue mengeluarkan ponsel dari saku kanan dan mendapati bahwa ponsel gue mati total. Udah beberapa kali kayak gini. Mungkin emang udah saatnya diganti.
Setelah menekan tombol power sambil agak sedikit cemas, akhirnya beberapa deik kemudian muncul juga logo apel di layar. Tanpa sadar gue mengembuskan napas lega.
Bukan apa-apa, membeli ponsel baru adalah satu hal. Membeli ponsel baru karena ponsel yang lama rusak dan mati tanpa sempat mem-back up sampai dengan kondisi terkini adalah totally different thing.
Saat itu juga gue menemukan ada 17 pesan dari Edyta.
Seriously, Dyt? Ngapain sih anak ini?
Gue membuka aplikasi pesan dan mulai membaca. Pesan pertama Edyta dikirim dua jam yang lalu. Kemungkinan besar ponsel gue udah mati lebih dari dua jam yang lalu.
13.05
Edyta: Ilham, nanti pulang jemput aku lagi mau nggak? Mau kan?
Edyta: Aku dan Syiana mau datang ke ulang tahun Lellie di Senopati
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Cute
RomanceVictoria adalah cewek yang hopeless romantic. Selalu berharap bahwa suatu hari bisa mengalami momen 'meet cute' seperti di film rom-com. Dan ketika meet cute itu terjadi, apakah akan seperti di film-film rom-com juga? Berakhir dengan happily ever af...