Sebenernya ada nggak sih riset yang meneliti seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melupakan seseorang? Seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh hati untuk recovery dari patah hati?
Maybe scientists have to start thinking about that.
Gue nggak bermaksud menjadi mellow, and a guy would take a knife to his tongue before admitting he's being mellow. Tapi ketika bangun pagi, keluar kamar, turun tangga masih dengan rambut berantakan, muka berminyak dan mata setengah terpejam tiba-tiba menemukan cewek yang menjadi secret crush gue selama beberapa tahun terakhir ada di ruang makan sedang mengunyah roti sambil tertawa bersama nyokap, saat itu gue menyadari kalau gue belum sembuh dari patah hati.
"Halooo." Dia menyapa gue ketika melihat gue berdiri bodoh sambil mencoba merapikan rambut gue yang awut-awutan dan di saat yang sama mencoba terlihat—well, layak untuk dilihat. Walaupun kayaknya dia udah melihat gue dalam berbagai macam keadaan. Secara dia itu menghabiskan waktu banyak banget di rumah ini selama tujuh belas tahun terakhir. Dia bahkan melihat betapa dorky-nya gue waktu masih mengenakan celana pendek biru waktu SMP.
"Hei, Yan." Gue membalas sapaannya sambil menjaga jarak. Morning breath, people. Gue nggak butuh dia menjadi lebih ilfil kepada gue dibandingkan sekarang. "Pagi banget udah disini."
Sucks. Gue selalu kehabisan kata-kata kalau ada dia dalam radius lima meter. Mungkin nggak sih dia punya kemampuan menyerap kemampuan otak untuk berpikir? Well, itu atau gue nggak punya otak.
Most likely yang terakhir.
"Iya nih, Edyta minta dijemput. Nggak mau nyetir katanya." Ia meraih cangkir teh dan menyesapnya perlahan.
Spoiled brat, you my lil sister. Kemarin minta dijemput dan disetirin, sampai gue ninggalin motor di kantor. Sekarang minta dijemput sahabatnya dan nggak mikirin gue naik apa ke kantor?
"Kok elo belum rapi, sih?" Ia memandang gue dari atas ke bawah. "Emangnya nggak terlambat?"
Pagi ini dia mengenakan rok selutut warna cokelat gelap dan kemeja krem garis-garis pas badan—ketika gue bilang pas badan, it really, really, fits her body. Dengan dua kancing teratas dibuka dan kalung perak menghiasi lehernya yang jenjang. Membuat gue berpikir kemana-mana. Damn you, imagination.
"Errr, nggak sih." Gue berjalan ke arah pintu kaca yang memisahkan ruang makan dan halaman samping. Dengan cepat gue mengambil handuk dan kembali berjalan masuk. "Gue mandi dulu ya."
Dia hanya mengangguk dan gue langsung menaiki tangga untuk mandi.
Lima belas menit kemudian, ketika gue sudah selesai mandi dan mengenakan pakaian kerja rapi, saat membuka pintu kamar, gue menemukan wajah Edyta yang sedang tersenyum lebar. Tangan kanannya memegang jas abu-abu milik gue sementara tangan kirinya menyodorkan kunci mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Cute
Lãng mạnVictoria adalah cewek yang hopeless romantic. Selalu berharap bahwa suatu hari bisa mengalami momen 'meet cute' seperti di film rom-com. Dan ketika meet cute itu terjadi, apakah akan seperti di film-film rom-com juga? Berakhir dengan happily ever af...