Stuck Part 8: Showtime

11.1K 1.8K 124
                                    

"How in the hell do I get talked into this shit?" gue bertanya kepada pantulan gue di cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"How in the hell do I get talked into this shit?" gue bertanya kepada pantulan gue di cermin. Saat itu juga muncul perasaan bahwa kemungkinan besar gue udah kehilangan akal sehat.

"Oh, cheer up, you grump," Danika menepuk lengan gue dengan agak keras sambil tersenyum menggoda. Nyebelin banget senyumannya itu. "Kalau denger gosip dari orang-orang sih, you're gonna raise PetroWorld Charity Project a crap-ton of money."

Gue memandang Danika dengan skeptis. Tapi mau gimana lagi, gue udah disini. Di ruang belakang ballroom PetroWorld Tower. Dari jam lima sore udah disuruh ikut briefing ini-itu dan sekarang gue tercekik dasi dan gerah karena harus memakai jas.

Gue nggak ingat kapan terakhir kali serapi ini. Bahkan kalau gue pergi ke resepsi pernikahan, seformal apapun, gue nggak akan memakai combo dasi dan jas. I'm not the investment banker type.

Danika memutar badan gue dan membetulkan dasi gue—menjadi lebih mencekik. Kampret.

"Lagi pula, ya, Ham. Ini pasti akan menyenangkan, kok. Gue jamin."

Gue nggak berkomentar. Definisi menyenangkan di jumat malam itu adalah trash talking sama Rio atau Billy sambil ngerokok. Beer would be an additional advantage. Bahkan nemenin Edyta nonton film romantis di tv atau dvd terdengar lebih menyenangkan daripada ikutan acara ini. Guess I took everything for granted, until now.

"Kapan lagi coba lo bisa kenalan sama banyak cewek sekaligus?"

"I don't need that."

"Eh, siapa tau ada yang potensial jadi pacar terus calon istri—" kata-kata Danika terputus ketika terdengar suara bawel yang familiar.

There she is, adik gue—rapi banget. Dia beneran niat banget datang kesini, pakai dandan segala pula.

Okay, gue ngaku dosa.

Walaupun gue nggak suka ada disini, tapi kan kenyataannya adalah gue udah ada disini. Dan apa yang bisa lebih memalukan dari saat ini? Yap. Kalau nanti nggak ada yang nge-bid pas sesi lelang dan tawar menawar. Mau dikemanain muka gue?

Makanya gue suruh si Edyta datang kesini. Kalau nanti gue nggak laku sama sekali, she will come to the rescue.

Yeah, I'm that pathetic.

"Ih! Ganteng banget sih abang akuuu..." dengan gaya kenes, Edyta menggodaku. Sama persis kayak Danika beberapa saat yang lalu. "Mungkin kamu harus lebih sering pakai jas kayak gini, Ham. Biar cepet laku."

"NAH! Cocok!" Danika, tanpa diminta, menimpali.

Gue mengabaikan keduanya.

"Masa seganteng ini takut kalau nggak ada yang nge-bid sih? Pasti laku lah." Edyta masih melanjutkan. "Tapi tenang ajaaa, ada akuuu. Eh, tapi kalau aku nge-bid kamu, aku masih boleh nge-bid yang lain gak?"

Meet CuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang