Part 8 - Two Shattered Hearts

14.8K 2.4K 176
                                    

Catatan: Menyambut libur lebaran, update dikit (padahal cuma copy-paste dari blog) dan bagian terakhir dari novella Meet Cute. Happy holidays semuanya! Salam buat keluarga di rumah.


---------------------------------


"Udah mau pulang?" suara Ilham yang berat membuyarkan pikiranku yang sempat terfokus melihat cewek yang barusan dikenalin. Siapa tadi namanya? Syiana? Ia kini sedang berjalan mengarah ke pintu keluar ballroom.

"Iya. Kayaknya." Walaupun membayangkan nyetir sendiri pulang ke rumah, malas juga.

"Naik apa?" nada suara Ilham terdengar sincere. Terdengar perhatian. Mungkin nggak sih, kalau dia nggak tertarik kepadaku, dia akan seperhatian ini?

"Bawa mobil, kok." Jawabku sambil tersenyum. "Kamu udah mau pulang juga?"

Ilham mengangkat pergelangan tangan kirinya, melirik sekilas jam tangannya. "Sebentar lagi, kayaknya."

Lalu kami berdua terdiam. Ada keheningan yang canggung. Di mana aku nggak tahu harus berkata apa untuk bisa terus ngobrol dengannya.

"Kamu tinggal di mana?" pertanyaan Ilham berikutnya seperti basa-basi, tapi aku nggak keberatan sama sekali untuk menjawabnya. Apa pun asal bisa lebih lama ngobrol dengannya, deh.

"Di Bangka. Nggak terlalu jauh, kok. Kalau nggak macet."

Ilham tertawa. "Di Jakarta sih, kalau nggak macet kemana-mana dekat."

"Kamu sendiri rumahnya dimana?"

Ilham mengusap wajahnya, kelihatan agak letih. "Pejaten. Nggak jauh-jauh amat juga dari Bangka." Kemudian ia tersenyum lebar. "Ngomong-ngomong, apa alasannya kamu mau ikutan speed dating, Vix?"

Aku agak terkejut.

Pertama, karena dia menanyakan hal yang aku tahu jawabannya, tapi aku malu memberitahu dia.

Kedua, karena dia memanggilku 'Vix'. He remembers.

"Errrr—" aku bergerak gelisah. "—Apa ya? Mungkin sama seperti cewek-cewek lainnya?"

Ilham mengangkat kedua alisnya, bertanya tanpa bersuara.

"Di Indonesia itu jarang ada speed dating, Ilham. Jadi ketika ada, apalagi dengan dalih untuk charity, kurasa nggak ada salahnya untuk dicoba. Siapa tahu sukses, kan? Dapat pasangan beneran gitu?"

Ilham tertawa. Ia menggelengkan kepalanya dengan nggak percaya. "Seriously?" lagi-lagi ia mengusap wajahnya yang semakin terlihat letih. "Gue sendiri sih, kalau bukan karena dipaksa sama orang-orang kantor, nggak akan ikut acara kayak gini."

Aku memandangnya dengan tertarik. "Kenapa?"

"Karena Victoria, buat gue jatuh cinta nggak kayak masak indomie. Nggak bisa instan tahu-tahu jadi."

Aku melongo. Kata-katanya barusan terdengar kontradiktif dengan image-nya di mataku.

Ilham tertawa ketika melihatku melongo. "Tapi gue seneng bisa ngobrol dengan banyak orang di acara tadi." Tambahnya.

"Ada yang bikin kamu tertarik?" aku bertanya dengan nada kasual. Seolah-olah nggak penasaran. Dan aku masih ber-aku-kamu ketika Ilham shifting menyebut dirinya dari 'aku' menjadi 'gue'.

Ia tampak berpikir sebentar, lalu mengangkat bahu. Tapi nggak menjawab pertanyaanku.

Aku nggak memaksanya lebih jauh. Ini aja udah untung bisa ngobrol sama Ilham padahal nggak ikutan speed dating.

Meet CuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang