Taksi gue berhenti di depan sebuah salon di jalan Gunawarman sesuai dengan petunjuk yang Edyta kasih barusan. Setelah membayar, gue turun namun nggak langsung masuk ke dalam.
Makasih. Mendingan nunggu disini sambil ngerokok dan ngobrol sama—tukang parkir?
Terdengar lebih menarik dibanding masuk ke dalam salon.
Gue mengirimkan pesan kepada Edyta memberitahu bahwa gue sudah sampai. Dibalas dengan cepat dan bilang kalau mereka sudah mau selesai. Tapi saat gue hendak menyalakan rokok, Edyta menelepon dan meminta gue untuk masuk mengambil kunci mobil Syiana.
Toyota Harrier Syiana terparkir rapi persis di hadapan gue. Dari dulu gue nggak habis pikir, kenapa Syiana bawa mobil segede ini. Bukannya biasanya cewek lebih suka mobil yang kecil dan compact, ya? Kayak mobilnya si Edyta. Si pipi tembam—cocok lah sama yang punya. Pipinya chubby dan lengannya kayak daging wagyu.
Gue mendorong pintu salon dan mendapati Edyta tersenyum lebar sambil menyodorkan kunci mobil. Dia udah rapi banget, dengan dress warna hitam dan rambut yang entah diapain. Ujung-ujungnya mencuat ke luar. Heran, ke salon bukannya bikin rambutnya lebih rapi malah makin kayak buntut bebek.
"Ini rambut diapain?" gue menjawil ujung rambutnya sambil nyengir.
"Bagus, kan? Kan?" tanyanya dengan ekspresi berharap.
Gue menahan tawa. "Kayak buntut bebek."
Ekspresinya langsung berubah menjadi cemberut dan menepis tangan gue. "Muji dikit kek gitu. Aku kan udah mahal-mahal, nih, nge-blow rambut."
"Iya. Cantik." Gue nyengir. "Udah, kan, dipuji?"
"Pelit amat sih, ngasih pujian." Dia merengut lagi. "Sana keluarin dulu mobilnya. Kayaknya di belakang mobilnya Syiana ada yang parkir ya. Tapi tadi aku udah bilang ke karyawannya kalau mobilku mau keluar. Lagi dicariin siapa yang punya mobil itu."
Gue mengangguk. "Eh, memangnya harus serapi ini ke acaranya Lellie? Aku gini aja gapapa?"
Edyta tersenyum lebar dan gantian menjawil dagu gue, "Iya. Gini aja udah ganteng, kok." Senyumannya makin lebar saat ia berkata, "Tapi apalah gunanya ganteng kalau masih jomblo. Hihihi..."
Sialan.
Tanpa berkomentar terhadap pernyataannya barusan, gue mengambil kunci mobil dari tangannya. "Gue ke toilet dulu, deh. Mana sih toiletnya?"
Edyta, masih nyengir lebar, menunjuk ke arah samping. Gue berjalan mengikuti petunjuknya.
Nggak sampai lima menit kemudian, gue udah berada di luar salon dan memencet tombol unlock pada remote mobil Syiana. Sebelum membuka pintu mobil, gue mengecek ke mobil belakang. Ini mana sih yang punya? Kok belum dipindahin juga?
Dan saat itulah gue melihat sosok cewek yang numpahin kopi ke jas gue tadi pagi sedang berdiri di sisi mobil itu sambil melambaikan tangan dan tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Cute
RomanceVictoria adalah cewek yang hopeless romantic. Selalu berharap bahwa suatu hari bisa mengalami momen 'meet cute' seperti di film rom-com. Dan ketika meet cute itu terjadi, apakah akan seperti di film-film rom-com juga? Berakhir dengan happily ever af...