Prolog

234 11 0
                                    

"Panas banget gila" ujar seorang gadis sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Eh sini lo!" perintah gadis tersebut.

"Lo juga sini!" perintah gadis sekali lagi.

Gadis ini pun mengatur seseorang yang ia panggil tadi untuk menutupinya dari panas matahari.

"Pembina upacara meninggalkan lapangan upacara" ucap Protokol Upacara tersebut.

"Upacara selesai" lalu berhamburlah para siswa-siswi dari lapangan yang panasnya sudah seperti neraka.

Disaat siswa-siswi lain sempit-sempitan, dorong-dorongan dan himpit-himpitan untuk masuk ke dalam sekolah. Gadis yang satu ini hanya dengan jalan santai sudah bisa sampai kekelas dengan aman.

Dialah Nafisa. Tak ada yang bisa mengatur-atur dia. Karna yang dia inginkan hanya mengatur orang lain.

"Minggir lo semua!" perintah Nafisa dan terbuka lah jalan lebar, yang tadinya lautan manusia.

"Nafisaaa" teriak Fara dari belakang.

Nafisa tetap melanjutkan langkahnya menuju kekelas tanpa menggubris teriakan sahabatnya. Toh mereka akan bertemu dikelas.

"Sa, target lo sebentar siapa?" tanya Stella lalu duduk disebelah Nafisa.

"Gue tadi liat anak cupu pas upacara, mau itu ga?" ujar Fara bersemangat.

"Menurut gue sih yang cupu gitu udah biasa, gimana kalau yang cabe? Kan seru main jambak-jambakan" ujar Della sambil membayangkan dirinya saling jambak dengan cabe sekolah.

"Gila lo ya" ujar Nafisa sambil menggelengkan kepalanya.

Inilah kumpulan geng dari Nafisa. Seperti hobinya, mereka ini di cap sebagai geng yang suka mencari masalah disekolah.

"Kita liat aja sebentar. Kalo dikantin ada yang menarik berarti itu sasaran kita" ujar Nafisa.

"Boleh juga" setuju Fara dan Stella.

Sementara satu temannya ini sibuk mengkomat-kamit.

"Semoga cabe, semoga cabe, semoga cabe..." pinta Della.

Teman-temannya hanya bisa menggelengkan kepala.

"Lo mau botak dijambakin?" tanya Fara yang tidak habis fikir dengan jalan pikiran orang didepannya ini.

"Ya ngga! Sayang banget nih gue abis ngecat warna merah"

Geng ini memang sering gonta ganti warna rambut yang seharusnya dilarang oleh sekolah. Entah karna sekolah sudah capek untuk menegur atau karna orang tua Nafisa salah satu donatur.

"Della della gue turut prihatin sama otak lo yang segede kentang" ujar Stella, ia masih cukup kaget dengan tingkah aneh Della walau sudah bertemu hampir setiap hari.

"Eh, bu dewi lagi jalan kekelas kita!" teriak salah satu siswa dikelas itu.

Dengan gaduh, siswa-siswi pun kembali kebangku masing-masing.

"Selamat pagi" salam Bu Dewi Sang Guru Biologi.

Mereka pun menaikkan buku untuk memulai jam pelajaran pertama.

***

Kring, kring

Bel istirahat pun berbunyi, siswa-siswi pun bergegas untuk kekantin untuk mengisi perut. Begitu juga dengan 4 sejoli ini.

Sesampainya dikantin, suara yang sangat berisik pun memasuki telinga mereka.

Tetapi saat mereka masuk suasana berubah menjadi tenang, beberapa dari mereka menawarkan tempat duduk untuk 4 gadis ini.

The Queen of BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang