Air dari shower yang hangat ini bisa sedikit meregangkan otot-otot ku. Seperti air yang luruh mengguyur seluruh tubuhku, seperti itu pula rasa beban ikut meluruh. Entah perasaan apa ini aku tidak mengerti, yang jelas rasanya sangat ringan dan melegakan. Eumm lega? Entahlah aku tak tahu.
Aku tak tahu rasa yang mungkin disebut melegakan ini berasal dari mana, mungkin jika tebakanku benar, rasa ini ada setelah aku mendengar rentetan cerita dari tante Mila. Tak ada lagi rasa bersalah yang begitu besar, ya rasa bersalah ini tidak mungkin hilang seratus persen setelah mendengar penjelasan itu, karena seperti kata tante Mila aku rasa akupun juga bersalah disini.
Selain rasa bersalah, yang lebih dominan menghilang adalaha rasa kecewa pada Papaku. Rasa kecewa hilang tapi rasa penyesalan dan rindu muncul, hahah begitu banyak rasa yang hadir dalam hidupku, semoga semua rasa yang bercampur ini tidak membuat ku mati rasa, terutama rasa untuk bahagia. Dan yang kutahu sekarang aku ingin bertemu dengan Papa. Tapi yang jadi masalah, aku tidak tahu dimana dia sekarang, sudah kubilang bukan kalau aku sudah tidak melihatnya lagi setelah aku sadarkan diri.
"Kak Kay mandinya masih lama? Cepetan dong Kak, Bella udah nggak sabar liat frozennya!"
Lamunanku terhenti ketika mendengar Ken berteriak diluar, tak hanya berteriak kini Ken menggedor-gedor pintu kamar mandiku dengan sekuat tenaga. Tak ingin bertamabh gaduh akhirnya aku mematikan shower dan menyambar handuk kimono yang kugantung.
"Iya Ken iya, ini udah selesai kok, kamu nonton aja dulu sama Bang Rivan, nanti Kak Kay nyusul." Balas ku sambil sedikit berteriak di dalam kamar mandi.
"Yaudah, Ken nonton dulu ya sama Bella. Kak Kay ditungguin Bang Rivan buat makan malam." Jawab Ken, dan setelahnya ia pergi karena aku mendengar suara pintu kamarku tertutup.
......🍁........
"Udah mandinya?" Itu adalah kata pertama dari Rivan setelah melihatku menuruni anak tangga.
"Menurut anda?" Jawabku malas sambil menggeser kursi di meja makan tepat disebelah Rivan.
"Nggak kurang bentar mandinya?" Aku hanya menanggapi sindiran Rivan itu dengan mendengus sebal.
"Tau gitu tadi gue bawain kembang tujuh rupa buat lo,"
"Buat apa?" Tanyaku bingung.
"Ya biar sekalian lo semedi di kamar mandi, trus keluar-keluar lo udah berubah jadi Ariana Grande." Jawab Rivan sambil terkikik geli. Rupanya dia masih belum berhenti buat menggoda ku.
"Yeuyy kampret!!" Tak ingin bertambah sakit hati untuk menanggapi ocehan Rivan, aku segera mengambil piring dan menyendok nasi serta lauk yang sudah terhidang.
"Kamu belom makan?" Tanya ku pada Rivan yang juga ikut mengambil nasi sepertiku.
"Menurut lo aja gimana?"
"Udah sih tapi kamu lagi nambah aja,"
"Yeuyy gue nungguin lo lagi biar nggak makan sendirian." Ucap Rivan sebal.
"Waww so sweet," ucap ku sambil memasang wajah innocent.
"Udah buru makan!" Jawab Rivan semakin sebal dan aku hanya tertawa geli.
Aku dan Rivan makan dengan khidmat, mungkin kita sama-sama lapar sampai sangat menikmati makanan ini. Setelah selesai meneguk air putih, aku bertanya pada Rivan yang sedang bermain ponsel.
"Van, kamu tau Papa aku dimana nggak?" Tanyaku antusias.
Rivan menoleh padaku sambil mengangkat salah satu alisnya, ekspresi dia ketika bingung.
"Enggak," jawabnya sambil menggeleng lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ser Feliz
Teen FictionCerita ini mungkin sudah sering ditulis oleh banyak orang, dan mungkin terlihat sangan klise untuk diceritakan kembali. Tapi dicerita ini aku berusaha untuk menyampaikan apa yang terfikirkan dan menceritakan apa yang memang sudah aku rasakan. Apa in...