Kak kinan menatapku dengan lekat, kemudian bergantian menatap Rivan dan Gara, kak Kinan menghembusakan nafasnya kasar.
"Kay.." ucap Kak Kinan sambil memegangi bahuku.
"Apa menurut kakak, orang itu adalah kak David?" Tanyaku pada kak Kinan dengan pasti.
Dan kak Kinan mengangguk setuju atas tebakanku tadi.
Sontak aku mengerutkan kening tanda aku sudah mulai bingung dengan situasi rumit ini."Lo kenapa Kay? Bingung?" Tanya Gara yang menangkap ekspresiku.
"Gue juga setuju sama Kinan Kay, kalo yang ngehamilin Nara emang bukan Vikiy, dan gue juga curiga sama David." Sahut Rivan sambil menatap ku dengan tatapan yang berusaha meyakinkan ku.
"Gue juga curiga sama David." Timpal Gara.
"Tunggu-tunggu," ucapku ingin menjelaskan pemikiranku.
"Kalian nggak ngelupain kejadian dimana Viky mengakuinya sendiri waktu itu kan? Dan okeh, kalau kalian nggak percaya sama pengakuan itu, apa kalian juga nggak percaya tentang ceritaku yang menangkap basah saat kak Nara minta Viky buat tanggung jawab?"
Aku menatap mereka semua, dan kulihat kak Kinan, Rivan, dan Gara juga saling beradu pandang.
"Aku percaya sama dugaan kak Kinan tentang Viky yang nggak mungkin ngelakuin itu cuman buat balas dendam, dan kak Nara pun nggak mungkin sejahat itu sama aku, tapi kalau kak David adalah ayah anak kak Nara, aku masih sulit percaya itu,"
"Dia juga keliatan mencurigakan Kay menurut gue," imbuh Rivan
"Gelagat dia emang mencurigakan Van, aku juga yakin ada sesuatu yang disembunyiin sama kak David, tapi aku juga nggak mungkin salah denger waktu itu kan? Waktu kak Nara minta pertanggung jawaban sama Viky."
"Teka-teki kak Nara tambah rumit gini ya, gue jadi pingin nyelidikin ini lebih lanjut. Gue kira semua udah clear setelah si Viky mau tanggung jawab dan pergi sementara keluar negri, dan disini kita tinggal nunggu kak Nara sadar aja, tapi setelah munculnya David gue jadi melihat suatu peluang penyelesaian baru." kata Gara
"Kita harus selesai kan ini," ucap kak Kinan.
****
Setelah obrolan tadi, aku memutuskan keluar ruangan untuk mencari udara segar, segala tanya tentang kak Nara bergantian muncul dalam otakku, aku masih merasa semuanya terlalu rumit untuk bisa ku terima.
Aku sedang duduk di taman rumah sakit, sambil mendongak menatap langit malam dan taburan bintang serta lengkap dengan pemanisnya yaitu bulan sabit. Saat aku tengah sibuk menatap ke atas, tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang ikut duduk disebelahku, reflek aku menoleh kesamping dan mendapati Rion dengan dua Kaleng Milo di tangannya.
"lo ngapain disini? Gak ngerti dingin apa?" ucap Rion padaku, aku menatapnya dengan satu alis terangkat.
"kamu juga ngapain kesini? Udah tau dingin malah minum es milo." tanyaku balik sambil menunjuk dua kaleng milo yang berembun ditangannya.
"ditanyain juga malah nanya balik," jawabnya sambil melengos
"nih buat lo, Gue tau otak lo lagi ngepul makanya gue kasih yang dingin biar padam," ucapnya sambil menyerahkan satu kaleng milo padaku."cihh," desisku padanya sambil menerima kaleng milo itu.
"ada bonus buat lo," ucap Rion lagi
"apaan?"
Rion malah tersenyum lebar, sampai matanya tinggal segaris, persis kak Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ser Feliz
Teen FictionCerita ini mungkin sudah sering ditulis oleh banyak orang, dan mungkin terlihat sangan klise untuk diceritakan kembali. Tapi dicerita ini aku berusaha untuk menyampaikan apa yang terfikirkan dan menceritakan apa yang memang sudah aku rasakan. Apa in...