Ser Feliz 9

25 2 0
                                    

Kamu memang orang asing
Yang datang tanpa permisi dan mengetuk, yang tanpa ragu untuk aku terima dan kusambut.
-Kayra-

Rion membawaku ke arah taman di belakang masjid rumah sakit ini, tanpa perotes aku hanya terus mengikuti langkahnya dan membiarkan begitu saja saat tanganku digenggam erat olehnya.

Saat sampai di taman aku di ajak Rion duduk dibangku taman yang letaknya sedikit jauh dari keramaian, tempatnya cukup teduh karena ada pohon yang berdiri kokoh untuk menghalangi terik matahari, benar-benar tempat yang strategis untuk ku menangis.

Rion diam saja, dia membiarkanku menumpahkan segalanya yang ingin aku keluarkan, tanpa berusaha menenangkan dan bertanya macam-macam, entah apa yang sedang dia lakukan aku tak begitu memperdulikan, aku hanya fokus pada dadaku yang semakin ngilu, merasakan goresan disetiap perkataan kak David.

"Kamu punya tisue?" Tanyaku setelah aku merasa sedikit lebih tenang.

Rion mendengus menatapku dengan geli, mungkin karena suara ingusku.
"Berhubung bokap gue nggak punya pabrik tisue tapi punya pabrik kain tekstil, jadi gue cuman punya sapu tangan," ucap Rion sambil merogoh sakunya mengambil sapu tangan. "Nih pake buat lap ingus lo." Lanjutnya lagi sambil menyerahkan sapu tangannya.

Aku hanya menyengir lebar tanpa dosa sambil menerima uluran sapu tangan itu. "Kamu tutup kuping dulu dong," pintaku.

"Ngapain?" Tanyanya bingung.

"Aku mau ngeluarin ingus, biar kamu gak kedenger suaranya." Jawabku jujur sambil tertawa.

Dia malah ikut tertawa, malah lebih lebar dan keras suaranya, dan dia tetap menurut juga untuk menutup telinganya.

"Udah lega?" Rion bertanya padaku setelah aku selesai melipat sapu tangan yang sudah aku gunakan.

"Lega banget," jawabku sambil nyengir polos.

"Gue bukan nanya ingus lo ya," jelas Rion.

"Hahaha iya aku tau,"

Rion menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ku tertawa.

"Kenapa?" Tanyaku padanya.

"Gue heran aja, tadi lo nangis-nangis kejer kaya orang lagi ditinggal kawin, sekarang lo ketawa kaya nggak ada apa-apa." Jawabnya kemudian.

Aku semakin tertawa mendengar perkataannya, ternyata Rion tidak seirit itu saat bicara, kosa katanya malah lebih banyak yang aneh.

"Aku juga heran sama kamu," kataku padanya.

"Kenapa?" Jawab Rion.

"Tadi kamu iriiiit banget ngomongnya, sampe aku kira kamu pas TK nggak belajar banyak kata, tapi sekarang kok jadi cerewet ya," jawabku jujur dan Rion membalasku dengan pelototan tak terima, aku malah dibuat tertawa lebih lebar lagi melihat ekspresinya itu.

Setalah puas menertawainya, aku dan Rion kembali terdiam, sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kamu nggak mau nanya ke aku?" Tanya ku kemudian, jika tebakanku benar, Rion tadi pasti tau semua percakapan ku dengan kak David, mungkin tadi dia tidak benar-benar pergi, makanya tadi dia bisa langsung menarikku pergi.

Rion menggeleng sambil menatapku.

"Kenapa?" Tanyaku padanya.

Dia menghembuskan nafas kasar, " karena kondisi lo sekarang lagi gak mendukung buat gue tanyain macem-macem, dan juga, itu semua berkaitan sama privasi lo, gue nggak berhak ikut campur." Jawab Rion

Entah mengapa mendengar jawabannya dadaku yang tadinya ngilu kini terasa lebih mendingan dan menghangat, aku merasa bahwa ada yang bisa memahami kondisiku saat ini.

Ser FelizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang