Ser Feliz 8

28 4 8
                                    

Ternyata lo bisa gue ibaratkan kaya batu karang, dari jauh lo indah dan kokoh, tapi saat gue coba buat lihat lebih deket lagi, ternyata banyak bagian dari lo yang terkikis. Satu kenyataan baru yang gue tahu tentang lo, ternyata lo rapuh.
-Rion-

Pertanyaan kenapaku masih belum dijawab oleh Rion, dia masih saja menatapku dengan tatapan itu, mungkin siapapun yang berada diposisiku akan merasakan kebingungan yang sama denganku.

"Aku mau ke kantin buat makan siang, kalo kamu mau ngomong sesuatu sama aku ayo kesana aja," ucapku untuk mengalihkan fokus Rion, tanpa menunggu jawabannya lagi aku segera berdiri, masa bodoh dia mau mengikutiku atau tidak.

Saat aku berjalan menuju kantin tadi aku kira Rion tidak akan mengikutiku, tapi ternyata cowok itu ikut berdiri dan berjalan dibelakangku.

"Jalannya jangan dibelakang aku gitu, sini disamping aja," aku menoleh kebelakang untuk berbicara dengan Rion.

"Kenapa?" Tanyanya, tapi dia tetap saja menuruti kemauanku.

"Kamu kaya penguntit tau nggak," jawabku sambil terkikik.

Setelah sampai dikantin, aku mengedarkan pandangan untuk mencari kursi yang kosong, susana kantin sedikit penuh karena memang sekarang masuk jam makan siang.

"Disana aja yuk," ajakku pada Rion sambil menunjuk satu meja kosong di bangku belakang paling ujung. Rion tidak protes dan menurut saja.

"Mau pesen apa?" Tanyaku padanya.

"Lo mau apa?" Rion malah balik bertanya padaku.

Aku menghela nafas masih berusaha untuk sabar, "aku mau pesen somay sama es teh, kamu mau apa?" Tanyaku masih dengan nada yang lembut.

"Samain," jawabnya.

"Minumnya?" Tanyaku lagi.

"Samain."

Astaghfirulloh, lagi-lagi aku dibuat beristighfar olehnya, jawabannya benar-benar bisa buat orang naik darah, nadanya datar, kalimatnya pendek, ekspresinya sangat menyebalkan. Okeh mungkin setelah ini aku akan membuat les privat untuk Rion denganku, aku akan mengajarkan lebih banyak kosa kata padanya, agar jawabannya tidak seirit itu.

"Kenapa masih diem aja? Buruan pesen, kan katanya lo laper."  Yaps, itu suara Rion, menyebalkan bukan? Bukannya secara tidak langsung dia memerintahku? Sabar Kayra sabar. Ucapku dalam hati pada diriku sendiri.

Aku hanya membalas perkataannya dengan senyum lembut yang sangat terpaksa.

Setelah memesan makanan aku kembali ketempat dudukku tadi, kulihat Rion sedang melamun, dan benar saja dia sampai tidak menyadari kehadiranku.

"Rion," panggilku padanya, dan dia langsung mengerjap seolah sedang mengembalikan konsentrasinya.

"Udah pesen?" Dia bertanya, dan tak lama kemudian pesanan kami datang.

"Nih udah dateng," jawabku sambil tertawa, dia ikut tertawa jug. Eh tunggu-tunggu Rion tertawa? Meskipun itu sangat tipis dan dalam waktu singkat aku bisa melihat kalau dia sedang tertawa.

"Kamu bisa ketawa?" Kayra bodoh, umpatku pada diri sendiri, kenapa malah bertanya seperti itu? Aku langsung membekap mulutku sendiri. Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku, mungkin karena terlalu heran melihat cowok kaku ini tertawa.

Ser FelizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang