💞
💞
💞
*Ali POV*Semua kini tak sama lagi. Aku bukanlah lagi, aku yang dulu. Jika Ali yang dulu tidak menyukai dan tidak merasa nyaman berada didekatnya. Maka Ali yang sekarang malah merasakan hal yang sebaliknya.
Sebulan yang lalu, tepat saat kami ingin pulang dari Maldives, kota yang mempunyai sejarah berkesan bagi hidupku hanya selama lima hari disana, Shawn menyakinkan perasaan ini. Perasaan yang dulu aku sangkal dan mengira hanyalah sebuah rasa kasihan.
Saat itu aku sedang mengemasi semua pakaianku ke dalam koper. Shawn tiba - tiba datang dan duduk dikasur, seolah - olah dialah sang pemilik kamar. Memang begitulah sepupuku itu. Suka seenaknya saja.
" Apakah sepupu gue ini udah menyadari perasaannya? " Entah itu pertanyaan atau pernyataannya, yang pasti aku langsung menoleh dan menghentikan aktivitasku.
" Apa maksudmu?. Perasaan apa? " Tanyaku heran. Sungguh, aku tidak mengerti maksudnya.Shawn menepuk jidatnya dan menatapku tak percaya? " Lo masih gak nyadar sama perasaan lo ke Prilly?! " Jadi dia sedang membahas soal Prilly?. Apa maksudnya ini?!. Perasaan!. Prilly?. Jangan bilang kalau Shawn mengira perhatianku selama ini pada gadis itu adalah karena cinta?!.
" Kalo maksudmu perhatianku selama itu pada Prilly karena cinta. Kau salah Shawn. Aku hanya merasa ingin melindunginya dan tidak ingin menyakitinya. Ya, aku hanya kasihan dengannya " Jelasku agar dia tidak salah mengartikan perasaanku pada gadis itu lagi.
Shawn segera beranjak " Gue harap lo gak akan pernah menyesal mengatakan ini semua Li. Pikirkanlah lagi, bedakan antara rasa kasihan dan rasa cinta. Gue gak mau lo berakhir menyakiti diri sendiri " Ucapnya menepuk - nepuk pundakku setelah itu berlalu pergi.
Gue harap lo gak akan pernah menyesal mengatakan ini semua Li. Pikirkanlah lagi, bedakan antara rasa kasihan dan rasa cinta. Gue gak mau lo berakhir menyakiti diri sendiri
Perkataan Shawn saat itu selalu terngiang - ngiang di telingaku. Sampai pada saat Prilly hampir tertabrak dua minggu lalu. Aku baru menyadari perasaanku itu. Aku merasa benar - benar sangat khawatir dan ketakutan. Bagaimana jika saat itu Prilly benar - benar tertabrak?!. Aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku.
Ya, aku takut kehilangannya. Aku takut dia pergi jauh. Aku tidak bisa membayangkan hari - hariku tanpanya. Karena akupun selalu memikirkannya. Gadisku itu selalu mengabari lewat telpon ataupun pesan saat kami berjauhan.
Hariku sudah terbiasa dengan kehadirannya. Jadi aku tidak sanggup membayangkan jika sehari saja aku tidak mendengar suaranya maupun melihatnya. Rasa rindupun sering kali menyulitkanku saat ingin memejamkan mata. Dia segalanya untukku.
Bukan hanya kenyataan tentang perasaanku ini, yang aku terima. Namun juga kenyataan tentang Prilly yang sudah tau semuanya. Ya, dua hari setelah kejadian Prilly hampir tertabrak. Gadisku itu tanpa sengaja mengatakan Rida adalah tunanganku.
Saat itu aku, Prilly, Shawn, Alya dan Mario ada di kantin, karena jam makan siang sudah tiba. Namun acara makan kami terhenti dengan kehadiran Rida yang tiba - tiba ada disana. Aku tentu merasa khawatir, kalau Prilly merasa curiga dengan kedatangannya.
Jika dulu, sebelum aku tau tentang perasaanku. Aku merasa takut hanya karena tidak ingin dimarahi olehnya maupun menyakitinya. Namun kini aku takut karena tidak ingin kehilangannya. Bisa saja kan, kalau saat itu Prilly meninggalkanku?!.
" Maaf mengganggu, aku hanya ingin memberikan ini pada Ali. Aku bawain dia makan siang " Jelas Rida yang aku yakin merasa tidak enak mengganggu kami.
Akupun segera beranjak dan mengambil bekalnya. Maksudku ingin menghargainya. Tidak enak jika aku menolaknya bukan?. Karena Rida sudah repot - repot membawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine 1
Fiksi Penggemar#Repost Prilly Mahisa yang begitu membenci marga Alanza ini adalah penghancur hati para pria. Semua itu dimulai sejak ia membenci enesial A, karena dulu sang ayah yang bernama Aron Dalif Alanza, pergi meninggalkannya. Hingga ibunyapun ikut pergi dar...