7

4.5K 367 13
                                    

See you in 15 days, sweetheart!

Itu adalah catatan yang Bryce tinggalkan di atas meja nakas bersama segelas susu hangat. Menghela nafas panjanh, Meghan merasa tidak bersemangat untuk memulai hari tanpa Bryce yang akhir-akhir ini menemaninya. Tapi baiklah Meghan tidak dapat mengeluh, setelah lima belas hari sialan bersama Jan berlalu Meghan akan kembali bertemu dengan lelaki itu.

Turun dari ranjangnya yang nyaman Meghan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Dia tidak tahu dan tidak peduli kapan Jan akan datang, Meghan juga tidak tertarik untuk menyambut Jan apalagi menjalin hubungan akrab bersama lelaki bermulut tajam itu. Hubungannya dan Jan McKinley tidak akan menjadi seperti hubungannya bersama Bryce. Mereka tidak akan pernah menjadi teman.

Aroma yang menyengat itu lagi-lagi mengusik indra penciuman Meghan saat gadis itu menyemprotkan sebotol parfum yang harus ia gunakan selama ia tinggal di sini. Terlalu mahal, pikirnya. Parfum ini sangat tidak cocok dengan dirinya dan mengusik indra penciumannya. Terkadang Meghan bertanya-tanya, apa yang Bryce sukai dari aroma ini?

Setelah selesai bersiap-siap Meghan turun ke bawah membawa gelas susu yang telah kosong di tangannya. Ia berharap Lois memasak sesuatu yang manis untuk sarapan, seperti waffle cokelat atau brownies. Tapi saat Meghan menapaki anak tangga terakhir nafsu makan gadis itu mendadak hilang ketika ia melihat punggung lebar Jan McKinley yang sedang duduk di ruang tengah. Lelaki itu sedang berkutat dengan pekerjaannya, memandangi layar laptop dengan sangat serius sehingga tidak mendengar suara langkah kaki Meghan dari arah belakang.

Meghan berhenti melangkah dan merutuk pelan, uh dia berharap Jan tidak datang secepat ini tapi jelas lelaki itu tidak akan membiarkan Meghan hidup dengan tenang. Lima belas hari seperti di neraka akan dimulai sebentar lagi dan Meghan sama sekali belum mempersiapkan diri.

Mengendap-endap Meghan hendak kembali ke kamarnya demi menghindari Jan McKinley yang duduk di ruang tengah. Akan tetapi kesialan tampaknya menjadi teman karib Meghan sejak hari ini, sebab saat ia hendak  melangkah suara dehaman Jan terdengar jelas disusul dengan teguran yang membuat Meghan mengumpat pelan.

"Kau pikir siapa dirimu Meghan Ryan?"

Sial dan sial!

"Come here" titahnya. Meghan menggenggam pegangan tangga erat, menghembuskan nafas perlahan, hingga akhirnya ia memberanikan diri menghampiri Jan. Lelaki itu masih menatap lurus layar laptopnya saat Meghan datang, dan tanpa melirik wajah Meghan sama sekali Jan melemparkan perintah yang lain, "Letakkan gelas itu di meja lalu duduk."

Meghan meletakkan gelas susunya di meja kemudian duduk di sofa yang berseberangan dengan Jan. Mereka terhalang di antara meja kaca yang tidak terlalu besar yang cukup menjadi jarak aman bagi Meghan.

"Di sisiku, Meghan Ryan"

Meghan menggigit pipi bagian dalamnya sebelum ia berpindah ke sisi Jan. Lelaki itu menutup layar laptopnya, menatap Meghan kemudian bertanya, "Bagaimana lima belas harimu bersama Bryce?"

Sontak sepasang alis Meghan terangkat naik, ia tidak menduga pertanyaan itu meluncur dari bibir Jan McKinley, "A-aku menikmatinya, Bryce adalah pria yang menyenangkan"

"Di ranjang?" sahut Jan. Tubuh Meghan membeku saat Jan mendekat dan tatapannya jatuh pada bekas kemerahan yang Bryce tinggalkan di sekitar leher Meghan, "Apakah dia memuaskanmu, Meghan?"

Mata Meghan terpejam sesaat, berusaha mengontrol emosi yang mulai mendidih.

"Jawab aku Meghan, apa dia berkata manis sambil bercinta denganmu dan kau menikmatinya?"

"Maaf, aku pikir itu bukan urusanmu Mr McKinley—"

"Tentu saja menjadi urusanku, jangan lupa aku juga orang yang membelimu Meghan Ryan" cetus Jan.

Sialan.

Meghan benci Jan McKinley dan mulutnya yang tajam! Dia juga benci kebenaran yang Jan ucapkan lewat kalimatnya yang kejam. Tak mampu lagi menahan diri untuk mendengar lebih banyak kata-kata pedas dari bibir lelaki itu, Meghan bangkit dari duduknya dan hendak meninggalkan Jan tanpa mengatakan apa-apa. Namun di langkah pertama Jan dengan cepat meraih pergelangan tangan Meghan kemudian menarik gadis itu dengan kasar sehingga Meghan jatuh terduduk di atas pangkuannya.

Tubuh Meghan membeku, tidak dapat bergerak sedikit pun di atas pangkuan Jan yang memeluk erat pinggangnya. Mendadak otaknya merespons dengan sangat lambat, berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Jan membuat pikiran Meghan menjadi lumpuh,  "Jangan berharap kau mendapatkan semua itu saat bersamaku Meghan, aku bukan Bryce. Aku akan menghancurkan tubuhmu hingga berkeping-keping apabila kau berani bersikap lancang kepadaku"

Meghan terdiam. Bukan karena dia tidak berani melawan, namun lidahnya mendadak terasa kelu dan bibirnya tak mampu mengucap sepatah kata pun saat deru nafas Jan yang memburu berhembus menerpa permukaan wajahnya. Mata lelaki itu masih menatapnya tajam. Dagunya berada di atas dada Meghan dan bibir mereka akan bertemu apabila Jan bergerak maju sedikit saja.

Hening...

Senyap menyelimuti keduanya hingga alis Jan tiba-tiba saja bertaut bingung dan hidung lelaki itu mengendus dalam aroma yang tercium dari tubuh Meghan. Jan tampak tidak menyukainya dan ketika matanya kembali bertemu dengan mata Meghan dia dengan ketus bertanya, "Parfum apa yang kau pakai?"

"Parfum yang kalian berikan. Lois mengatakan aku harus memakai parfum ini selama tinggal bersama kalian" jawab Meghan dengan hati-hati.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah Jan menjadi sangat marah. Lelaki itu menggeram dan sesuatu yang menyeramkan Meghan lihat di balik kedua bola matanya. Meghan menelan ludahnya dengan susah payah, memikirkan apa kesalahan yang telah ia lakukan sehingga memancing sisi menyeramkan Jan.

"Bryce sungguh berpikir kau dapat menggantikan posisinya" Jan mendengus, "Jangan pernah pakai parfum ini saat kau berada di sekitarku, apa kau mengerti?"

Dengan wajah yang kebingungan Meghan mengangguk paham. Jan mendorong gadis itu dari pangkuannya lalu pergi dan meninggalkan Meghan yang masih kebingungan di ruang tengah begitu saja. Meghan tidak mengerti mengapa Jan menjadi sangat marah hanya karena sebuah parfum, sementara Bryce sangat tergila-gila akan aroma ini. Sungguh, apa yang salah dengan Bryce Meyers dan Jan McKinley?

— TBC —


Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

Sold To Them (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang