Pagi yang indah. Cuaca yang cerah. Udara yang sejuk dan tidur yang berkualitas. Semua terasa sempurna selain Jan yang berada di bawah atap yang sama dengannya. Meghan merasa jenuh harus menghadapi hari lain bersama Jan McKinley, terlebih lagi setelah Jan melihatnya berciuman dengan Bryce kemarin malam. Tatapan lelaki itu seakan mengatakan kalau ia tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk merendahkan Meghan.
Turun dari ranjang Meghan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemarin malam masih menjadi tanda tanya besar yang menghantui pikiran Meghan. Akan tetapi, gadis itu tidak mau memusingkan hal yang tidak menjadi urusannya. Dia ada di sini untuk melayani Bryce Meyers dan Jan McKinley walaupun keduanya tak kunjung 'menikmati' tubuh yang telah mereka beli. Jan bahkan tidak tidur di kamar yang sama dengan Meghan. Dia tidak tahu di mana lelaki itu menghabiskan malam, mungkin di kamar lain atau di ruang kerja yang menjadi tempat Jan bersembunyi sepanjang hari.
Setelah selesai membersihkan diri, Meghan keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Tapi sebelum itu ia tidak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, parfum miliknya sendiri yang jauh lebih Meghan sukai aromanya.
Setibanya Meghan di bawah ia disambut oleh Lois yang sedang berada di dapur. Pelayan itu menyapa Meghan dengan ramah, bertanya apa yang Meghan inginkan sebagai menu sarapannya. Meghan memilih pancake dengan sirup maple saja kemudian ia duduk manis di meja makan sambil menunggu Lois datang dan menghidangkan sarapannya.
Yeah, beginilah hidup sebagai orang kaya. Meski dilayani tapi Meghan tidak menikmatinya. Dia lebih suka mengolah makanannya sendiri, berkutat di dapur adalah sesuatu yang menyenangkan dan cukup Meghan rindukan semenjak ia tinggal di rumah ini. Tapi apa boleh buat, ia tidak diizinkan menginjakkan kaki di dapur. Mungkin Bryce dan Jan khawatir tubuh yang telah mereka beli akan terkena cipratan minyak panas atau terluka oleh goresan pisau yang tajam.
Melirik ke segala arah, diam-diam Meghan mencari keberadaan Jan yang tidak kunjung muncul di depan mata. Walaupun lelaki itu terus menghindarinya tapi mereka selalu makan bersama. Baik itu sarapan, makan siang, dan makan malam, Jan McKinley pasti duduk di meja makan yang sama dengan Meghan. Tapi kali ini batang hidung Jan tidak terlihat sama sekali sehingga Meghan tidak bisa berhenti melirik ke arah ruang kerja Jan sampai Lois datang untuk menyajikan sepiring pancake dan segelas susu kepada Meghan, "Di mana Mr McKinley?" Meghan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
"Mr McKinley pergi mengurus pekerjaannya dan akan kembali sore hari, Ms Ryan"
Meghan manggut-manggut padahal ia tidak peduli. Ia mulai menuangkan sirup maple di atas pancake-nya dan hendak mengambil suapan pertama ketika suara hujan yang turun terdengar dan Lois yang tampak panik hendak meninggalkan meja makan, "Astaga, kelincinya!" pekik gadis itu.
Sontak Meghan bertanya sehingga Lois berhenti melangkah, "Kelinci apa Lois?"
"Mr McKinley membeli dua ekor kelinci untuk Anda, ada di halaman belakang"
"Oh?" Meghan cukup terkejut mengetahui Jan McKinley, pria yang selalu bersikap dingin, membeli dua ekor kelinci untuknya.
"Permisi Nona, saya harus memasukkan kelinci ke dalam kandang—"
"Biar aku saja" sela Meghan.
"Tapi—"
"Tidak apa, Lois" Meghan bangkit dari duduknya, "Bukankah kelinci itu adalah milikku? Jadi biarkan aku yang mengurusnya"
Lois mengangguk dan membiarkan Meghan pergi menuju ke halaman belakang. Di sana Meghan menemukan dua ekor kelinci sedang berlindung di bawah pohon palem palas payung, satu berwana abu-abu dan yang satunya lagi berwarna putih. Meghan segera datang menghampiri dua ekor kelinci itu dan membawa mereka menuju ke kandang yang telah disediakan di halaman belakang.
Setelah dua ekor kelinci itu aman berada di dalam kandang, Meghan masih mengamati mereka tak peduli hujan yang deras membasahi tubuhnya. Meghan sangat menyukai binatang, apa pun jenisnya. Dulu kakeknya adalah seorang dokter hewan sehingga Meghan tahu banyak tentang binatang. Meghan juga pernah punya kelinci saat ia berusia 7 tahun, tapi itu hanya kelinci rex biasa, bukan seperti kelinci lucu yang ada di depan matanya sekarang.
Jan McKinley membelikan Meghan sepasang kelinci Lop. Yang berwana putih dan berukuran lebih kecil adalah betina dan yang abu-abu dan berukuran lebih besar adalah jantannya. Keduanya tampak menggemaskan bagi Meghan, dengan bulu yang lebat dan bentuk telinga yang menggantung dari bagian atas kepala sampai ke pipi membuat Meghan sempat berpikir untuk membawa dua ekor kelinci ini ke kamarnya.
Terlalu bersemangat dengan peliharaan barunya membuat Meghan tidak menyadari Jan yang datang bersama payung di tangannya. Keberadaan lelaki itu baru Meghan sadari setelah ia merasakan tubuhnya tidak lagi diguyur oleh air hujan. Meghan mendongak dan menatap langsung Jan yang berdiri dengan wajah datar sambil memayunginya.
"Masuk" titah lelaki itu.
Meghan tidak peduli dengan sikap ketus Jan. Ia terlalu bahagia dengan kelinci barunya sehingga senyumnya mengembang, "Terima kasih untuk kelincinya!"
Jan terdiam, untuk yang pertama kalinya lelaki itu melihat Meghan Ryan tersenyum saat bersamanya.
"Kau menyukainya?"
Meghan mengangguk, "Mereka sangat lucu!" sahutnya, "Bolehkah aku memberikan mereka nama?"
Jan mengangguk, "Tentu, itu adalah kelincimu"
Meghan kembali memandang dua ekor kelinci yang berada di dalam kandang sambil memikirkan nama yang cocok untuk binatang yang menggemaskan itu. Sementara Jan berjongkok di sisinya dan memperhatikan Meghan yang sedang berpikir keras. Dalam jarak yang begitu dekat Jan dapat mencium aroma parfum yang berbeda dari tubuh gadis itu, aroma yang Jan pikir jauh lebih cocok untuk Meghan.
"Yang itu," dengan penuh semangat Meghan menunjuk kelinci berwarna putih, "Bagaimana jika aku menamainya snow? Aku pikir itu nama yang cocok karena warna bulunya yang seputih salju"
Meghan melirik Jan yang hanya diam sambil menatapnya, "Oh, kau tidak suka?"
Jan menggeleng, "Aku suka" sahut Jan, meski pada kenyataannya ia sama sekali tidak peduli, perhatiannya kini hanya terpaku pada senyum manis yang senantiasa terlukis di bibir itu.
"Bagus" gumam Meghan, "Dan kelinci yang berwarna abu-abu bagaimana jika.....Apollo?"
Sepasang alis Jan terangkat naik menatap gadis itu, sementara Meghan juga terkejut karna nama itu meluncur dari bibirnya begitu saja.
Dalam sekejap tatapan Jan berubah, lelaki itu mengintimidasi Meghan dengan sorot matanya yang dalam sehingga Meghan tak mampu memalingkan wajah, "Kenapa Apollo?" tanya Jan sambil mengikis jarak di antara mereka.
"A-aku tidak tahu" Meghan menggigit bibir bawahnya merasa gugup.
Jantung Meghan berdebar semakin kencang. Jan menekan dagunya dengan ibu jari lalu berbisik di permukaan bibir Meghan, "Kau benar-benar pintar menjebakku dengan keluguanmu Meghan"
Nafas hangat lelaki itu menerpa wajahnya. Membuat Meghan bergejolak akan gairah yang tidak pernah ia rasakan saat bersama Jan sebelumnya.
"Mr McKinley...." Meghan memejamkan mata merasakan telapak tangan yang besar itu menyapu pipinya dengan sentuhan yang sangat lembut. "Jan, honey. It's Jan."
Mata Meghan kembali terbuka menatap manik gelap Jan. Gadis itu mencoba mencari jawaban di sana, jawaban mengapa ia merasakan sesuatu yang indah bersama pria yang ia benci sebelumnya.
"Something feels different" bisik Meghan.
"I know"
"How can one little moment, one tiny touch, and one quickening breath....change so much?"
"I don't know, Meghan" tatapan Jan jatuh pada bibir Meghan yang basah dan terbuka untuknya, "Aku juga mencari jawaban atas pertanyaan yang sama, but before that let me kiss you"
Meghan meneguk ludahnya kasar. Dengan sorot mata yang sayu ia meremas otot lengan Jan dan berbisik dengan suara yang sangat halus dan pelan, "Do it..., Jan"
— TBC —
Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold To Them (Completed)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Demi memperjuangkan hidup sang adik Meghan Ryan tidak punya pilihan selain menjual diri di dalam sebuah pelelangan. Sebelumnya Meghan tidak tahu kalau dirinya terjual kepada dua orang pria yang akan meng...