Membaca buku di pinggir kolam dengan setengah kaki yang tenggelam adalah hal yang menyenangkan bagi Meghan. Ini juga menjadi cara ampuh menghindari Jan McKinley yang baru saja datang pagi ini. Tapi alih-alih melupakan Jan, Meghan justru teringat kepada lelaki itu sebab yang ia baca adalah kisah tentang Apollo. Ya, buku yang Bryce belikan untuknya dan Meghan selalu berharap kalau Bryce adalah pria di balik nama samaran Apollo, pria yang memilihnya dalam pelelangan.
Namun tidak, lelaki itu adalah Jan McKinley. Hingga detik ini sulit bagi Meghan untuk percaya bahwa Jan adalah pria yang memilihnya sebab terlihat dengan jelas Jan sangat membencinya. Karena kebencian itu Meghan tak ingin berada di sekitar Jan. Dia jenuh menghadapi sikap Jan yang kejam dan tidak pernah melewatkan kesempatan untuk merendahkannya.
Meghan juga tidak habis pikir mengapa kedua lelaki yang membelinya tak kunjung membawanya ke ranjang? Pertanyaan ini terus menghantui benak Meghan. Bryce memang sudah mengatakan dengan jelas kalau dia menginginkan jalinan emosional yang kuat di antara mereka terlebih dahulu sebelum bercinta dengan Meghan, akan tetapi Jan? Meghan tidak mengerti apa yang lelaki itu inginkan darinya sehingga rela menghabiskan banyak uang hanya untuk melihat Meghan bersantai dan bermalas-malasan di dalam asetnya?
Tapi baiklah, ini menjadi sebuah keberuntungan bagi Meghan sebab dia juga tidak ingin disentuh oleh Jan McKinley. Meghan bisa membayangkan bagaimana jika lelaki itu membawanya ke ranjang, dia pasti sangat kasar dan tidak sopan.
Berhenti memikirkan Jan, Meghan kembali membaca bukunya. Ia memasuki bab tentang kisah cinta Apollo dan Daphne, putri dari dewa sungai peneus. Kisah cinta ini berawal dari kutukan dewa cinta yaitu Eros, yang merasa kesal kepada Apollo sehingga memutuskan untuk menembakkan beberapa anak panah ke arah mereka.
Panah yang pertama mengenai Apollo dan membuatnya jatuh cinta kepada Daphne. Sebaliknya, panah yang kedua mengenai Daphne dan membuatnya menolak Apollo padahal kenyataannya Apollo tidak dapat ditolak oleh para gadis berkat kegagahan serta ketampanannya. Akan tetapi Apollo tidak akan membiarkan cintanya pergi dan mulai mengejar Daphne, tanpa henti, Apollo mengikuti gadis itu melalui hutan tempat Daphne dibesarkan sepanjang hidupnya. Dia terus mengejarnya dan membuat Daphne merasa tidak nyaman tentunya.
Ketika Meghan tenggelam begitu jauh di dalam kisah itu, tiba-tiba saja Bryce muncul dengan nafas yang berkejaran. Lelaki itu tampak panik, menghampiri Meghan dengan tergesa-gesa kemudian bertanya, "Apa kau baik-baik saja?"
Dengan air muka yang diselimuti oleh kebingungan Meghan mengangguk, "Ya"
Bryce merangkum wajah Meghan, memeriksa setiap sudut wajah gadis itu seakan ingin memastikan kalau tidak ada luka di sana kemudian Bryce menghembuskan nafas lega dan mencoba untuk membuat dirinya kembali tenang.
"Apa yang terjadi?" tanya Meghan, menatap ke dalam manik cokelat Bryce.
Bryce menggeleng pelan lalu menarik tubuh Meghan ke dalam dekapannya. Ia memeluk gadis itu erat dan dahinya berkerut dalam mencium aroma yang berbeda dari tubuh Meghan sehingga ia ingat akan sesuatu.
"Di mana Jan?"
"Di ruang kerjanya" jawab Meghan, "Mengapa kau datang?"
"Aku punya beberapa urusan dengan Jan"
Meghan mengangguk paham. Sepasang manik cokelat Byce menyorotnya sendu, dia mengusap lembut pipi Meghan seakan ia masih mencemaskan keadaan gadis itu, "Kau yakin kau baik-baik saja? Jan tidak melakukan sesuatu yang buruk kepadamu 'kan?"
Meghan menggeleng pelan, "Tidak, kami hanya berdebat tadi pagi"
"Apa dia mengatakan sesuatu yang buruk?"
"Yeah, dia bilang dia tidak suka dengan parfum yang kupakai dan dia juga mengatakan kalau kau berpikir aku dapat menggantikan posisi seseorang. Jujur aku tidak mengerti mengapa Jan berkata demikian?"
Bryce menghembuskan nafas pelan, "Jangan terlalu dipikirkan, Jan adalah pria yang rumit terkadang apa yang dia katakan memang sulit untuk dipahami" ucap Bryce.
Mengangguk, Meghan menatap Bryce sendu lalu berbisik, "Aku merindukanmu"
Bryce tersenyum lembut, "Aku juga, cantik" sahutnya sebelum ia menarik tengkuk Meghan dan meredam kerinduan itu lewat ciuman yang dalam. Sepasang mata Meghan terpejam, ia menikmati lembutnya bibir mereka yang bertemu dan kehangatan tubuh Bryce Meyers yang mengalir pada tubuhnya.
Di pinggir kolam di malam hari mereka saling melepas rindu. Lewat satu ciuman yang sederhana namun mesra Meghan dan Bryce tenggelam di dalam romantisnya suasana yang menyelimuti mereka. Tapi api yang menyala seakan padam begitu saja saat keduanya mendengar suara dehaman Jan McKinley yang datang dan merusak suasana. Meghan segera menarik diri dari Bryce yang juga berhenti mendekapnya. Keduanya sama-sama membeku di bawah tatapan tajam Jan, terutama Meghan yang entah mengapa merasa canggung setelah Jan menyaksikannya bermesraan dengan pria lain.
"Jan" sapa Bryce. Jan menatap Bryce dingin dan tanpa berbasa-basi dia bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"
"A-aku ingin bertemu denganmu" jawab Bryce tergagu, ia melirik Meghan sejenak lalu berkata, "Ada hal yang harus kita bicarakan"
"Datang ke ruangan kerjaku"
Bryce mengangguk kemudian mengecup punggung tangan Meghan sebelum meninggalkan gadis itu di tepi kolam renang. Dia melewati Jan yang masih berdiri di tempatnya sambil menatap Meghan tajam seperti pembunuh bayaran. Meghan merinding ketakutan dan memikirkan kesalahan apa lagi yang telah ia perbuat sehingga Jan menatapnya seperti demikian.
Namun syukurlah, Jan dan tatapannya yang membunuh tidak berlangsung lama. Lelaki itu pergi menyusul Bryce yang ingin bicara berdua dengannya. Nafas Meghan kembali berhembus tenang. Ia merasa lega setelah Jan McKinley lenyap dari pandangannya meskipun ada satu hal yang masih mengusik pikirannya, Meghan merasa heran dengan kedatangan Bryce yang mendadak dan juga kecemasan berlebihan yang lelaki itu tujukan akan dirinya. Ketegangan yang terjadi di antara Bryce dan Jan sejak hari pertama juga menimbulkan kecurigaan di benak Meghan. Memang kedua hal ini tidak saling berhubungan, tapi mungkinkah Bryce dan Jan bertengkar karena dirinya? Bisa saja salah satu dari mereka tidak menyukai Meghan dan tidak menginginkannya ada di sini.
Jika dugaannya itu benar, maka satu-satunya orang yang tidak menginginkan keberadaan Meghan hanyalah Jan, sebab lelaki itu menunjukkan kebencian yang begitu nyata kepadanya.
— TBC —
Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold To Them (Completed)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Demi memperjuangkan hidup sang adik Meghan Ryan tidak punya pilihan selain menjual diri di dalam sebuah pelelangan. Sebelumnya Meghan tidak tahu kalau dirinya terjual kepada dua orang pria yang akan meng...