Jangan lupa tekan bintang, ya!
2 jam yang lalu rombongan anak Ambalan juga aku dan Oliv sampai di bumper Bandung. Setelah melaksanakan upacara pembukaan kini mereka sedang sibuk mendirikan tenda dan mempersiapkan perlengkapan lainnya.
Lalu bagaimana denganku? Aku beruntung karena aku bersama Oliv. Oliv bilang tugas kami hanya menjepretkan kamera dan mengabadikan setiap momen dalam rangkaian kegiatan perkemahan ini. Untuk urusan tenda dan yang lainnya itu menjadi tanggungjawab panitia.
"Kak Oliv!"
"Emm."
"Kak Oliv nggak capek?"
Oliv diam dan lebih memilih fokus dengan kamera di tangannya.
Jika Oliv fokus dengan kameranya maka aku fokus dengan penampilan gadis itu. Satu kata yang terlintas dibenakku 'cantik'. Dia cantik dengan rambut yang dipotong pendek, busana casual berupa jins biru dongker, kaos putih polos dan jaket parka berwarna maroon.
Aku pikir Oliv tampak cocok dengan rambut panjang kuncir kudanya selama ini tapi, ternyata rambut pendek pun dia tetap cantik.
Pertama kali melihat gaya rambutnya aku benar-benar merasa bahwa kecantikan seorang Olivia Sandara semakin bertambah. Sayangnya, dia tidak tersenyum sama sekali. Wajahnya selalu dingin dan datar.
"Kak?"
"Emm."
"Sejak kapan suka fotografi?"
"Lama."
"Terus sejak kapan mulai irit bicara?"
Yes! Kali ini perhatian Oliv terpecah. Dia berhenti menjepretkan kameranya dan beralih menatapku. Kedua alisnya bertaut diiringi gestur mulut yang seolah siap berucap.
"Kok diem?"
"Bukan urusanmu!"
Tapi ternyata jawabannya jauh dari perkiraanku. Masih dengan nada yang rendah, ekspresi datar dan dingin sama seperti kemarin.
"Eh, mau kemana kak?"
Oliv mempercepat langkahnya dan melewati beberapa murid yang sedang sibuk membangun tenda. Aku pun mengikuti langkahnya dengan agak tergesa.
Ternyata dia menghampiri ketua panitia yang sedang mengawasi peserta kemah.
"Hai, Cleo!"
"Eh, hai Oliv! Widih, jurnalis handal udah beraksi nih."
Dia Cleo atau lengkapnya Cleandro Ardiansyah. Cowok blasteran Indonesia-Jerman yang menjabat sebagai anggota Ambalan dan ketua panitia di acara perkemahan ini.
"Siapa nih?"
"Anak baru."
Cleo mengulurkan tangannya padaku diiringi senyum ramahnya.
"Cleo."
"Dannis."
Setelah itu Cleo kembali fokus mengawasi para peserta sambil sesekali menjawab beberapa pertanyaan yang kulontarkan.
Selama satu jam kami asyik berkeliling, menjepretkan kamera dan mengajukan berbagai pertanyaan. Selama itu pula kami terlarut hingga tak sadar kalau hari sudah beranjak malam.
Kini satu persatu dari para peserta mulai melakukan giat pribadi. Termasuk Oliv yang tadi pamit padaku untuk pergi mandi dengan salah satu panitia.
Beberapa menit kemudian Oliv kembali. Gadis itu berjalan melewatiku begitu saja menuju tendanya.
"Kak Oliv!"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Jurnalism to Love
JugendliteraturAku pikir kamu istimewa, karena kamu nggak suka aku.