7. Dunia Oliv

19 2 0
                                    

#Author

Kaki jenjang gadis itu menapakki sunyinya rumah berlantai 2 yang telah ia tinggali sejak kecil. Tak ada yang menyambut kepulangannya bahkan setelah ia bepergian selama dua hari satu malam.

Hanya suara televisi di ruang tengah yang memecah keheningan menyadarkannya untuk terus abai dan terbiasa dengan kesunyian ini.

Wajahnya menyiratkan penat yang tak tertahankan. Ia lantas bergegas naik menuju lantai dua.

"Kamu nggak kebagian makan malam."

"Emm."

Sekali lagi! Oliv mendikte dirinya untuk terbiasa dengan semua ini. Dengan suara sinis ibu tirinya dan kebencian saudara tirinya.

Selalu seperti ini, tidak pernah berubah. Sejak papanya memutuskan menikah lagi Oliv tahu ini semua akan terjadi. Hidupnya tak akan sebahagia dan senyaman saat sang ibu masih mendekapnya.

Kasih sayang papanya telah terbagi untuk Arum dan Friska. Dua perempuan yang masuk dalam kehidupan keluarganya dan merampas segala hal yang Oliv impikan.

Kehadiran Arum dan Friska benar-benar membuat kisah hidup Oliv layaknya replika Cinderella. Gadis itu selalu mendapat perlakuan ketus dan acuh tak acuh dari ibu dan saudara tirinya. Beruntung Oliv masih memiliki Enggi dan Satriya. Dua pemuda yang selalu merentangkan tangan dan memberikan dekapan hangat untuk Oliv.

Setelah memasuki kamar gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Menghembuskan nafas kasar berharap rasa penatnya akan berkurang.

Manik jernihnya asyik mengedar meneliti langit-langit yang hanya didominasi oleh warna putih. Tiba-tiba sekelebat bayangan seseorang menyapa benaknya. Seseorang yang selama dua hari ini menghabiskan waktu dengannya.

Dannis, nama itu terdengar tak asing ditelinga Oliv sejak pertama kali mereka berkenalan. Oliv pikir nama itu cukup familiar. Dan kepribadiannya pun sangat mirip dengan orang yang ia kenal.

Dannis adalah tipe orang yang cerewet dan suka sekali melontarkan candaan-candaan receh yang anehnya membuat Oliv harus mengulum senyum.

"Ishh, mikirin apa sih gue?"

Gadis itu bergidik pelan saat menyadari kemana arah benaknya berkelana. Ia sadar tak seharusnya memikirkan anak kecil seperti Dannis apa lagi menanggapi segala perhatian cowok itu. Anggapan Oliv terhadap Dannis adalah cowok itu masih seperti anak kecil atau remaja labil. Dan Oliv tidak suka terlibat dengan orang-orang yang demikian.

*****

"Udah?"

"Emm."

"Berangkat sekarang?"

"Lusa aja deh."

Satriya terkekeh pelan menanggapi penuturan Oliv lantas mengacak pelan kepala gadis itu.

"Issh, Satriya!"

"Iya-iya! Maaf! Yaudah, yuk berangkat."

Hari ini Oliv sengaja meminta Satriya untuk menjemputnya. Dengan alasan tubuhnya masih lelah dan enggan menyetir sendiri.

From Jurnalism to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang