Jam istirahat kantin SMA Bhineka selalu ramai oleh siswa-siswi yang mengenyangkan perut mereka. Beberapa menyantap makan siang sembari bercanda tawa. Dan beberapa lagi tampak makan dengan tenang.
Dari gerombolan siswa itu ada Dannis dan Arfan yang telah duduk di sudut kantin dengan dua mangkuk mie ayam dan dua gelas jus jeruk. Seharusnya mereka juga menyantap makan siang seperti yang lain tapi, hal itu tak terjadi akibat mood Dannis yang hancur.
"Ck! Dan, elo mau sampe kapan melototin mereka?"
Arfan mulai jengah dengan perilaku sang sahabat. Sejak tadi mata Dannis hanya terfokus pada dua insan di salah satu meja yang sedang makan bersama dan jangan lupakan aura bahagia yang melingkupi kedua insan itu.
"Gue nyerah!"
Dannis bangkit dan membawa makanan juga minumannya. Cowok itu berjalan dengan langkah santai walau sebenarnya gugup setengah mati.
"Heeh, balik nyet! Mau kemana?"
Arfan tahu kemana langkah kaki sahabatnya itu terarah. Namun, tetap saja ia merasa khawatir. Arfan takut jika penyakit jahil Dannis akan kumat dan mengacaukan dua orang yang sejak tadi menjadi objek perhatian mereka.
"Hai!"
"Siapa?"
Dannis duduk berhadapan dengan si cewek sementara Arfan duduk menghadap si cowok.
"Satriya, ya? Kenalin gue Dannis!"
"Dan... Oh, anggota baru jurnalistik?"
"Hai, gue Satriya!"
Setelah berbasa-basi dengan Satriya kini mata Dannis beralih menatap sosok di depannya. Siapa lagi jika bukan Olivia. Gadis yang sejak tadi tak menggubris kehadirannya dan hanya sibuk memainkan ponsel.
"Oliv! Gimana? Kemarin sampe rumah dengan selamat?"
Yang ditanya hanya menengadah sekilas lalu kembali pada ponselnya. Ya, memang seperti itulah Oliv.
Kali ini Dannis harus lebih bersabar mendapat perlakuan cuek dan dingin dari Oliv. Apa lagi di depan Satriya.
"Gue ganggu, ya?"
"Iya-nggak!"
Teramat kentara betapa Oliv sebal akan kehadiran Dannis. Sebelum Dannis datang gadis itu tampak bahagia, tertawa dan banyak bicara. Namun, setelah ada Dannis dia diam seribu bahasa dan kembali menjadi Olivia yang dingin.
"Oliv, kenapa sih? Mereka kan cuma mau gabung sama kita."
"Ganggu!"
Satriya kembali mengacak pelan rambut sang kekasih. Mencoba mengembalikan mood Oliv yang mendadak rusak karena dua bocah tengil di hadapan mereka.
"Kak Oliv, maafin Dannis ya! Dia emang agak sengklek dari dulu."
Pltakk
"Aihhh, sakit nyet!"
"Makanya nggak usah banyak ngomong!"
Diam-diam Oliv memperhatikan tingkah kocak dan nyentrik dua adik kelasnya itu dan mulai merasa risih.
"Sat, aku ke kelas dulu ya."
"Lho, kenapa?"
"Nggak apa-apa! Pengen aja."
"Yaudah kalo gitu aku anterin."
"Tapi..."
"Udah. Ayok!"
Satriya berdiri lalu menggandeng tangan Oliv tak lupa mengulas senyum khasnya.
"Dannis... Arfan... Kita duluan ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Jurnalism to Love
Teen FictionAku pikir kamu istimewa, karena kamu nggak suka aku.