Bagian 9

644 117 10
                                    

G O L D; Bring Me To Life





Bagian 9.

Selepas senja bergantung di horizon Nagato didudukkan paksa pada sebuah bangku taman. Sepi melingkupi, dingin telah mengigit setiap jengkal kulitnya, namun netranya tak gentar pada wanita yang berjongkok dihadapannya.

"Aku tidak akan meminta maaf ataupun menyesal" katanya terlebih dahulu. Sementara terlihat dipenglihatnnya Naruto tengah menghela napasnya kasar.

"Nagato Uzumaki, siapa yang mengajarimu berkelahi?" tanyanya pelan-pelan. Mengusak kedua tangan sang adik lalu menglingkupi telapak tangan besar itu dengan kehangatan kulit tangannya sendiri.

"Aku tidak berkelahi" elaknya dengan keyakinan yang pasti. Matanya mengatakan ia tak sedang mengucapkan kebohongan.

"Kau memukul seseorang tepat di depan mataku. Masih mengelak?"

"Kau mau aku tetap diam saat kau dilecehkan?" Nagato menaikkan nada bicaranya, memandang marah kakaknya tanpa merasa mau untuk peduli bagaimana reaksi wanita itu. "Kita boleh saja miskin, tapi aku enggan diinjak harga dirinya oleh bajingan seperti dia"

"Hush!" Naruto tiba-tiba mendelik tajam saat mendengar adik kecilnya berbicara kasar.

"Kakak!" decak Nagato sembari mengusak gusar raut wajahnya yang keruh. Pemuda kecil itu lalu memperbaiki deru napasnya, "aku hanya ingin melindungimu"

Naruto tak bisa untuk tak acuh jika adiknya sudah merendahkan nada bicaranya. Mata anak itu yang bulat kini menyayu. Maka ia mengembalikan senyum hangatnya, mengusap rahang sang adik untuk menarik perhatiannya.

"Terima kasih" katanya pelan, "tapi aku tak ingin kau terluka sedikitpun"

Nagato menyela cepat, "itu wajar untuk laki-laki"

"Tidak!" suara Naruto menegas dengan gelengan kepala. "Aku tidak mendidikmu menjadi premen."

"Aku bangga dengan apapun yang kau lakukan, Nagato. Kau tak perlu menjadi superhero untuk membuatku tersenyum. Jadilah Nagato Uzumaki yang duduk tenang di dalam kelas, lalu begitu mempesona saat bermain basket"

"Kakak, aku ..."

.

.

.

.

.

"Jiraya-san, tolong aku!"

Malam itu setelah berpisah dengan Naruto, Nagato segera bergegas pergi ke moonlight untuk merengek pada pemilik bar untuk tetap membiarkannya bekerja. Sementara Jiraya masih tetap teguh dengan keputusannya untuk mendepak bocah itu.

"Aku tidak mau mengambil risiko anak muda" ujar Jiraya sembari menyusun gelas-gelas yang telah mengkilap. Saat ia beranjak untuk mengelap meja counter, Nagato segera merampas kain yang di pegang Jiraya untuk mengantikan pekerjaan pria itu.

"Jangan keras kepala Nagato" erang pria itu dengan dengusan nyata. Jengah juga diikuti anak setan semacam Nagato. Wajahnya saja yang polos, aslinya Nagato adalah pribadi yang keras kepala. Sama seperti kakaknya.

Nagato menghentikan kegiatannya, wajahnya mendadak murung. "dua kali seminggu ayah cuci darah. Kakakku seperti kutu yang loncat sana loncat kemari mencari uang. Aku ingin mendapatkan uang untuk biaya operasi ayah"

"Oh ayolah, jangan seperti ini" decak pria itu dengan menggosok-gosokkan rambutnya frustasi. Kekeras kepalaan anak itu memang menyebalkan, namun melihat anak itu murung seperti melihat mimpi buruk saja.

G O L DWhere stories live. Discover now