Sasuke pergi tanpa mengucapkan selamat malam ketika Nagato keluar dari mobilnya dengan tampang seolah dirinya eksekutif yang baru saja menang tender. Meninggalkan tampang kesal Sasuke seolah dirinya si penumpuk hutang.
Nagato memperhatikan mobil yang melesat cepat itu seperti ia sedang menonton komedi. Isinya bukan adegan yang lucu, tapi sesuatu yang membuat perutnya geli. Berterima kasihlah kepada Sasuke yang secara tersirat menjadi badutnya malam ini.
Langkah kaki panjangnya terayun ringan seperti lambaian daun kelapa, bersamaan itu pula suara ponselnya mengudara, mendobrak masuk gendang telinganya.
"Hallo kak?"
"Kau dimana?"
Nagato tersenyum simpul, walau ia menyadari senyuman manisnya terbuang percuma karena sang kakak tidak bisa melihatnya "Aku baru saja meninggalkan kelas tambahan, beberapa menit lagi aku naik kereta"
"Cepat pulang dan habiskan sup tofumu. Dan ... pergilah ke rumah sakit"
"Aku mengerti. Aku akan sekalian menginap disana"
"Maaf merepotkanmu sayang .."
Nagato menghela napasnya sedikit kasar, bahunya turun "Apa yang kakak bicarakan? Ayolah ... aku baik-baik saja"
"Kau yang terbaik. Aku mencintaimu"
"Aku juga"
Nagato mengacak rambutnya yang terpotong rapi. Daripada masuk buru-buru ke dalam kereta, ia ingin sedikit bersantai di kursi tunggu untuk beberapa saat. Binar mata yang awalnya bersemangat kini redup seperti lampu kehilangan daya. Percakapan dengan kakaknya barusan selalu membuat hatinya tak enak.
"Hentikan rasa bersalahmu kepadaku, lalu berbahagialah untuk dirimu sendiri. Aku ingin sekali melihat kakak jatuh cinta dan menikahi seseorang" Lirihnya dengan rasa pilu yang terkecap di tenggorokannya. Matanya berputar pada seluit seseorang yang mengenakan setelan jas di dekat garis kuning. Entitas yang mengingatkannya pada pria berjas lainnya.
"Apakah tuan Sasuke cocok jadi pengantin kakakku?" Monolognya. Tiba-tiba perutnya tergelitik kembali "Ck, apa yang kubicarakan ini? hehehe ..."
.
.
GOLD; Bring Me To Life
.
.
Bagian 5.
"Pertama; marga wanita itu berubah menjadi Uzumaki dan kedua; dia perpacaran dengan seorang bocah 11 tahun. Naru― maksudku, wanita gila itu apa yang dia pikirkan?!"
"Lalu apa yang kau pikirkan?" Sasuke mendelik tak senang saat Shikamaru menanggapi kalimatnya dengan pertanyaan.
"Ha?"
"Yeah, kau tak perlu memikirkan ini dengan serius. Kehidupan pribadi Naruto Nami― iya, baiklah, maksudku Naruto Uzumaki bukan urusanmu" Shikamaru mengakhiri kalimatnya dengan sedikit pijitan di pelipisnya yang secara ajaib berdenyut sakit kala ia salah menyebut marga Naruto. Sasuke selalu memandang tajam dirinya dengan rasis.
Tak berselang lama, Sakura muncul di pintu dengan beberapa map di pelukannya, sementara mata wanita pink itu terpokus pada note yang tertulis di tabnya.
"Waktu istirahat 4 menit lagi berakhir" Shikamaru menyeletuk, tapi telinga Sakura tidak berfungsi untuk pria itu. Si sekretaris Sasuke itu maju mendekati bosnya dengan sikap profesional.
"Jam 2 siang ada rapat untuk pembahasan calon tranier. Jika anda bersedia, anda bisa ikut mengawasi jalannya rapat"
"Tanggungjawab itu aku serahkan kepada Ass. General Manager Nara" Tanggap Sasuke dengan anggukan pasti.
YOU ARE READING
G O L D
Fanfictie[FANFICTION] Label dunia dari Naruto adalah arogansi. Seolah telah menjadi kalung rantai untuk ia miliki. Sasuke tak salah menilainya. Sasuke hanya ingin menepati janji pada Ino, tanpa sadar ia malah menceburkan dirinya dalam kehidupan Naruto yang...