"Kau musuhnya" ujar Utakata tanpa candaan yang menumbuhkan desiran aneh di dada Sasuke. Satu hal yang menjadi sentilan untuk Sasuke mengerti. Apa yang membuatnya begitu bekerja keras untuk Naruto yang sejatinya adalah musuhnya?
Sudut mata kiri Sasuke berdenyut, sesuatu dalam kepala menyuruhnya untuk berbicara. Berbicara dengan nada paling pongah yang ia punya untuk membalas kesombongan Utakata. Tapi dirinya tak punya balasan yang sesuai.
"Jadi bisakah kau pergi? Aku tak masalah kehilangan pengunjung sepertimu" usir Utakata tanpa basa-basi. Tangan pria itu menunjuk pintu kaca di depan kafe, menunjukkan kepada Sasuke letak keluar dari tempat ini.
Sasuke mengerdip, lalu membuang wajah untuk secara bergantian mematai wajah Utakata dan pintu keluar. Ia melipat tangan diatas meja counter lalu kemudian mendecih sekali. "Kau tahu?" Sasuke menarik napas, "Kau lebih menyebalkan dari Naruto"
Utakata memperhatikan dengan matanya yang berwarna kecoklatan ketika Sasuke membelah ruangan kafenya. Mata itu tidak lepas mengekori setiap langkah lebar dari pria itu, bahkan saat sosok Sasuke sudah tak terlihat tertelan jarak. Utakata masih melihatnya dengan perasaan berkecamuk.
Utakata menarik ponsel dalam saku celemeknya untuk mendial sebuah nomor sambil menatapi kopi yang ditinggalkan Sasuke. Ingatan singkat tentang pria itu membuatnya mendesah panjang.
Pikirnya, kenapa ia harus terlibat dalam urusan orang lain?
"Halo?"
"Ini aku, Utakata" ujarnya dengan nada yang parau, sekilas ia memijat pangkal hidungnya.
"Yeah aku tahu. Apa apa kak?"
"Aku sudah melakukan apa yang kau katakan. Kurasa Sasuke tak akan datang lagi" Utakata membalik tubuhnya membelakangi meja counter, ia menyandarkan punggung lebarnya pada meja itu.
"Maaf sudah merepotkanmu"
Senyum kecil Utakata nampak segaris. Nada penyesalan dari Naruto sedikit banyak menghiburnya. "Aku menanti telaktiran bir darimu. Asal kau tahu"
Tawa lembut Naruto terasa seperti lelehan gula. Satu hal yang disukainya dari wanita itu. Jeda panjang mengambil alih menit percakapan mereka lewat telepon. Wanita itu tak memiliki hal untuk dia sampaikan meski telepon masih tetap tersambung, dan Utakata memilin ragu dengan bahasan selanjutnya.
"Kak Utakata?"
"Emm, Naruto .." pria itu menjilat bibirnya yang kering sambil mendengarkan Naruto bertanya 'apa' padanya "Bagaimana kabar paman?"
Sekali lagi jeda panjang diciptakan Naruto, yang terdengar dipendengarannya napas tertahan dari perempuan itu "Aku tak bisa mengatakannya baik, kak. Kondisinya memang tak seburuk kemarin, tapi yeah .. kau tahu, nama ayahku tertulis di daftar tunggu"
"Seandainya aku bisa membantumu .."
"Tetap mendukungku dan tidak memecatku saja sudah sangat membantu kak, hahaha"
"Naruto ... apa yang harus kulakukan untukmu? .."
.
.
.
GOLD; Bring Me To Life
.
.
.
Bagian 7.
Sakura dikejutkan oleh kedatangan Madara di depan ruangan Sasuke. Ia mengusap lehernya saat beranjak dari kursinya untuk mendekati orang paling penting dalam bisnis ini. Ia membungkuk sopan meski senyumnya masih terasa tak benar.
YOU ARE READING
G O L D
Fanfic[FANFICTION] Label dunia dari Naruto adalah arogansi. Seolah telah menjadi kalung rantai untuk ia miliki. Sasuke tak salah menilainya. Sasuke hanya ingin menepati janji pada Ino, tanpa sadar ia malah menceburkan dirinya dalam kehidupan Naruto yang...