Nagato telah meninggalkannya dari puluhan menit yang lalu. Bermula dari satu pesan singkat yang didapatkannya, anak itu segera berlari tanpa mau repot berpamitan kepadanya. Sasuke awalnya ingin peduli, namun ucapan Yahiko seolah menari dalam benaknya. Mengambil alih perhatiannya, sehingga ia menyusun banyak kemungkinan. Ia mengingat Fuu sebagai salah satu kawan main Naruto selain Ino. Terakhir ia bertemu dengan gadis itu sekitar enam tahun lalu, dan tidak ada lagi.
"Aku tidak mengerti, mendapatkan seekor pengganggu harus menguras seluruh kesabaranku" dengungnya sembari mengusak rambut. Mengacak tatanannya lalu merusak simpul dasi yang mengikat lehernya. Tangannya sigap menarik ponsel untuk melakukan satu panggilan. Sasuke tak perlu lebih banyak waktu, panggilan itu segera masuk dengan bunyi berisik dari buku yang sedang dibereskan.
"Kau masih ditempatmu?"
Terdengar seperti tawa yang tertahan, kemudian decakan lidah diiringi nada bicara terdengar mengejek. "Berterima kasih pada seseorang yang melepas tanggung jawab. Kau tahu, aku sangat sibuk"
"Maafkan aku" gumamnya mendengung.
"Ck, ada apa? Aku ingin pulang"
"Aku ingin kontak Fuu" tanpa tedeng aling-aling ia segera mengutarakan maksudnya. Ia menjelaskan, "Wanita itu mungkin menjadi kunci tentang Naruto. Hari ini aku bertemu Yahiko. Gila, dia tidak berubah"
"Wah sikap persistenmu benar-benar menjengkelkan ya" sarkastisnya, "kau masih belum menyerah juga?"
"Shikamaru" desaunya dengan nada yang lelah. Ia memijat pangkal hidungnya. Serangan sakit kepala membuatnya enggan memikirkan ejekkan sahabatnya.
"Bagaimana aku mendapatkan nomor Fuu? Kenal saja tidak!"
Sasuke juga bertanya pada dirinya bagaimana ia mendapatkan kontak wanita yang sudah lama tak ditemuinya? Akrab saja tidak. Dalam jeda sayup-sayup ia mendengar suara Sakura, ia bisa menebak wanita itu pasti merebut ponsel Shikamaru.
"Sasuke, kau mencari kontak Fuu? Untuk apa?" baru saja Sasuke angkat suara, Sakura buru-buru menginterupsinya, "untuk Naruto?"
Tak punya pengelakkan, ia mengangguk, "Yeah, kau benar"
"Aku akan membantumu. Tapi sebaiknya kau temui Ino saja. Bukankah mereka berteman?"
"Ah, sial! kenapa tidak terpikirkan olehku!" pekiknya sembari meninju udara. Enggan membuang banyak waktu, ia segera menyambar jasnya yang terkulai lemas di atas meja. Melangkah lebar-lebar setelah memutuskan sambungan telpon.
Tujuannya adalah kantor firma hukum tempat Ino bekerja, namun ia harus memastikan wanita itu sedang berada di sana. Dengan membagi fokusnya ia menghubungi Ino. Sambungannya tersambung setelah mendengarkan tiga bunyi beep menyebalkan. Sasuke harus menahan pekikannya.
"Ya Sasuke!"
"Astaga! Kau lama sekali" decaknya setelah melepas rem tangan.
"Salahmu mengganggu seseorang yang hendak menikah. Ada apa?"
Sasuke meringis. Merasa bersalah atas nada jengkel Ino. "Kau memiliki kontak Fuu?"
"Ha? Maksudku untuk apa kau meninginkannya?"
"Entahlah, mungkin beberapa hal ingin kutanyai tentang Naruto"
Sasuke melirik ponselnya, memastikan sambungannya masih terhubung karena Ino tak kunjung menyahut. "Ino?"
"Aku baru ingat Fuu dan Naruto mendaftar di kampus yang sama"
"Nah! Makanya aku ingin tahu apa yang terjadi dengan Naruto setelah hari kelu―
YOU ARE READING
G O L D
Fiksi Penggemar[FANFICTION] Label dunia dari Naruto adalah arogansi. Seolah telah menjadi kalung rantai untuk ia miliki. Sasuke tak salah menilainya. Sasuke hanya ingin menepati janji pada Ino, tanpa sadar ia malah menceburkan dirinya dalam kehidupan Naruto yang...