"Rumah Baru"

30 7 0
                                    

"Assalamualaikum," ucap keluarga itu.
Daniyah melihat sekelilingnya dengan cermat. Ia seperti tidak terlalu asing dengan rumah ini.

"Mi, ini rumah siapa?" Tanyannya.

" Ini rumah peninggalan temennya Abi kamu itu loh Niy, yang dulu kamu sering main ke sini," jawab Umi.

"Emangnya siapa Mi?" Tanyanya lagi.

"Masa kamu gak ingat si Niy," balas Umi.

"Enggak," balasnya dengan polos.

"Aduh Niy, ini rumahnya si Wafi temen main kamu kecil dulu itu, mungkin sekarang dia udah kelas 2 SMA," jelas Umi.

"Ohh..., Si Wafi toh," balasnya, padahal ia tak ingat sama sekali dengan nama itu hanya tidak asing saja.

Setelah beberapa saat berbincang dengan Uminya Daniyah langsung pamit ke kamar lalu membereskan barang-barangnya.

"Huftt.. capek banget nih," ucapnya sambil tiduran di atas ranjang dengan gaya terlentang.

Tak lama kemudian ia mengingat kembali kejadian saat ia ditabrak oleh seorang lelaki di restoran.

"kok aku mikirin kejadian tadi terus yah?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Em.. yaudah lah gak penting juga, mending aku tiduran dulu deh sebelum Umi manggil lagi".


***

"Daniyah!" Panggil Umi.

"Iya Mi,"jawabnya sambil menuruni tangga dengan cepat.

"Kamu lama banget si Niy," ucap Abi.

"Tadi abis mandi sama beres-beres barang gitu dulu Bi makanya lama," jawabnya.

"Kamu mau makan apa Niy, biar Umi ambilin sekalian sama punya Abi?" Tanya Umi.

"Niyah mau makan sayurnya aja sama lauk Mi, gak usah pake nasi," jawab Daniyah.

"Loh kenapa Niy?" Tanya Umi lagi.

"Mau diet Mi," balasnya.

Keluarga itu makan dengan tenang, kadang sesekali Abi membuka pembicaraan mengenai rencana hari esok.

Dalam sebuah riwayat Ibnul Muflih mengatakan bahwa Ishaq bin Ibrahim bercerita,

"Suatu ketika aku makan malam bersama Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hanbal ditambah satu kerabat beliau. Ketika makan kami sedikit pun tidak berbicara sedangkan Imam Ahmad makan sambil mengatakan alhamdulillah dan bismillah
setelah itu beliau mengatakan, "Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam." Tidak aku dapatkan pendapat lain dari Imam Ahmad yang secara tegas menyelisihi nukilan ini. Demikian juga tidak aku temukan dalam pendapat mayoritas ulama pengikut Imam Ahmad yang menyelisihi pendapat beliau di atas. Kemungkinan besar Imam Ahmad berbuat demikian karena mengikuti dalil, sebab di antara kebiasaan beliau adalah berupaya semaksimal mungkin untuk sesuai dengan dalil."
(Adab Syariyyah, 3/163)

***

Setelah selesai makan bersama, Daniyah meminta izin pada Umi dan Abinya untuk segera naik ke atas.

"Mi Bi, Niyah naik ke atas duluan yah Niyah ngantuk nih," izinnya.

"Iya, tidur gih sana," balas Uminya.

"Oke deh, makasih Mi," jawabnya.

Setelah izin tadi Niyah langsung naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.

Sebelum naik ke atas ranjang, Niyah sedikit menengok ke arah balkon rumah tersebut, ia tertarik untuk melihat sebentar bagaimana suasana malam di kota Jakarta ini.

"Masya Allah, indah banget ini bintang-bintangnya." Ucapnya kagum pada suasana malam ini.

Daniyah merogok kantung baju gamisnya untuk mengambil HPnya.

"Foto dulu ah,"ucapnya. "Emm, posting gak yah di ig?" Tanyanya pada dirinya.

Setelah berfikir sebentar akhirnya ia memposting keindahan malam tersebut sampai akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya dan mengambil wudhu lalu tidur.


Maaf kalo kurang jelas kata-katanya soalnya pemula:-)

DANIYAH (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang