Everything Has Changed

257 21 1
                                    

"Pak Gandhi, apa benar tidak apa-apa saya tinggal di sini, Pak?" tanya pak Mario yang mengantarnya sampai ke depan UCLA, kampus lama Gandhi yang hanya berjarak kurang lebih satu setengah jam dari San Diego.

"Iya Pak, nggak pa-apa. Bapak balik ke hotel aja, soalnya Bapak kelihatan capek sekali dari kemarin. Saya mau ketemu temen saya dulu di sini."

"Baiklah kalau begitu. Saya tinggal dulu ya, Pak."

"Hati-hati, Pak."

Sepeninggal pak Mario, Gandhi menyusuri jalanan setapak kampusnya yang rindang. Sembari berjalan, ia menyempatkan diri untuk menelepon kekasihnya. Ingin memberi kabar sekaligus ingin meminta maaf atas pertengkaran mereka pagi tadi.

"Halo?" jawab Florence dari seberang.

"Halo, Sayang."

Meski masih merasa kesal dengannya, Florence tahu ada yang tidak benar dari nada suara Gandhi.

"Hei. Gimana hasilnya?"

Florence melunakkan suaranya, bertanya tentang hasil pencarian kekasihnya. Sebagai pacar yang baik, Florence tidak ingin menambah masalah dengan mengungkit pertengkaran mereka sebelumnya. Ia tahu bukan saat yang tepat untuk membahas masalah itu sekarang.

"Kami bertemu dengan orang yang salah." jawab Gandhi dengan nada kecewa.

"I'm so sorry, Sayang." tanggap Florence menyampaikan simpatinya.

"Harusnya aku yang minta maaf, Sayang. Sorry, I'm being selfish."

"It's okay, Sayang. Jadi kapan kamu pulang?"

"Besok rencananya."

"Flo! Ngapain sih? Ayo udah mau mulai meeting-nya!"

Pembicaraan mereka terpaksa terhenti karena Lala, teman satu kantor Florence memanggilnya.

"Maaf Sayang, aku mau meeting dulu sama Lala. Nanti kabar-kabarin aku lagi, yah. Love you."

"Oke Sayang, see you."

Gandhi pun menutup teleponnya. Ia bersyukur kekasihnya itu sudah memaafkannya. Dan mereka sudah kembali berbaikan seperti sedia kala.

Di saat yang sama, ia mengangkat kepalanya. Memperhatikan suasana kampus tempatnya berdiri sekarang. Kampus ini cukup ramai dengan mahasiswa yang berlalu-lalang, mungkin karena ini waktunya pergantian kelas. Namun langkah Gandhi tiba-tiba terhenti begitu melewati sebuah ruangan yang membuatnya tidak dapat berhenti tersenyum.

Ruangan itu adalah tempat perkumpulan para mahasiswa UCLA asal Indonesia yang juga menjadi tempat dimana ia pertama kali bertemu dengan Florence, kekasihnya.

***

Musim dingin di bulan Desember, tiga tahun yang lalu. Gandhi berniat menghadiri undangan pertemuan Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di UCLA, yang biasanya diadakan setiap Selasa pukul delapan malam.

Hari ini adalah tahun pertamanya di UCLA sekaligus pertama kalinya ia datang ke pertemuan ini. Gandhi sudah berdiri di sebuah ruangan yang penuh dengan puluhan kursi kosong di hadapannya. Tapi herannya, tidak ada siapa-siapa di sana.

Kebingungan, Gandhi lantas merogoh saku celananya. Berniat mengambil ponsel untuk menghubungi sesama mahasiswa asal Indonesia di UCLA yang dikenalnya.

Namun baru saja akan memencet tombol dial, ia sudah dikejutkan dengan pekikan gadis cantik yang setengah menjerit begitu melihatnya.

"Ya ampuun! Syukurlah! Ternyata aku nggak sendirian di sini, hahaha."

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now