Malibu

262 22 1
                                    

"Matt, ini tempat apa?" tanya Gandhi curiga begitu melihat papan neon berwarna pink menyala yang bertuliskan Malibu Show Girls di depan matanya.

"Sudahlah ikut saja, Mate! Kamu pasti tidak akan menyesal," bujuk Matt sembari mendorong tubuh Gandhi yang masih ragu-ragu, di antara teman-teman lama mereka yang datang setelah Matt menelepon mereka semua.

Mereka pun memasuki tempat hiburan malam itu bersama-sama. Atmosfer Malibu Show Girls dipenuhi dengan warna merah dan hitam. Pencahayaannya cenderung gelap dan redup. Tapi keberadaan lampu neon di sekitarnya menyemarakkan suasana karena berkilat-kilat dan menyilaukan matanya.

Di panggung utama yang tingginya hampir sedada orang dewasa, tiang-tiang tinggi terpancang di tengah-tengah. Lima gadis cantik menari di sekelilingnya. Sementara di bawahnya, puluhan kursi dipenuhi oleh para lelaki paruh baya. Bersorak-sorai dengan wajah yang memerah karena menenggak minuman keras.

Setelah menyaksikan semua itu, barulah Gandhi tersadar. Astaga, rupanya Matt membawanya ke sebuah strip club atau klub penari telanjang di Los Angeles.

Kalau boleh jujur, sebetulnya ini bukan pertama kalinya Gandhi datang ke tempat seperti ini. Gandhi bukan malaikat tanpa dosa yang tidak pernah berbuat liar di masa mudanya dulu. Waktu masih berkuliah di Inggris, teman satu asramanya pernah mengajaknya dan Gandhi mengiyakannya karena iseng bercampur penasaran saja.

Tapi pemandangan ini tidak lagi menarik baginya sekarang. Ia justru merasa agak sedikit tidak nyaman karena pergi ke tempat semacam ini tanpa mengabarkannya pada Flo terlebih dahulu.

Sempat terpikir olehnya untuk menghubungi kekasihnya itu via chat, tapi Gandhi mengurungkannya. Kekasihnya yang pencemburu itu pasti akan mengamuk kalau Gandhi memberitahunya sekarang. Padahal mereka baru saja berbaikan. Jadi Gandhi memilih untuk tidak melakukannya.

Sudahlah. Sudah kepalang basah, jadi Gandhi terpaksa mengikuti kawan-kawannya. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri kalau akan berada di sana sebentar saja, sebelum pamit pulang ke tempat penginapannya.

Rrrr...

Di saat yang sama, Gandhi mendengar telepon genggamnya bergetar. Ia berharap bukan Flo yang sedang meneleponnya, karena bisa runyam kalau kekasihnya itu tahu apa yang sedang dilakukannya sekarang. Tapi setelah membaca nama di layar ponselnya, Gandhi bersyukur melihat nama pak Mario tertera di sana.

"Ya, Pak Mario?"

Gandhi heran karena pak Mario tiba-tiba meneleponnya. Harusnya pak Mario sedang beristirahat di hotel mereka sekarang.

"Pak Gandhi... saya mendapatkan informasi... baru... Pak...."

"Kenapa Pak? Maaf Pak saya tidak dengar karena di sini ramai sekali!" teriak Gandhi meninggikan suaranya agar tidak kalah dengan dentuman musik.

"Bukan nanny atau housekeeper Pak, tapi call girl..."

"Apa, Pak!?"

"Informan saya menyebutkan... Nona Senja mungkin berada di tempat ini, Pak... Malibu Show Girls!"

"Apa...!??" jerit Gandhi putus asa sebelum tersadar akan kalimat terakhir yang diucapkan oleh pak Mario.

Malibu Show Girls.

Sebentar.

Kalau Gandhi tidak salah dengar, bukankah itu nama tempat ini?

Telepon dari pak Mario terputus. Gandhi lantas menoleh ke papan neon bertuliskan kalimat yang sama yang terpampang di depannya. Bersamaan dengan datangnya gerombolan gadis penari yang melewatinya.

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now