Sesampainya di rumah, aku menghela napas berat dan melangkah menuju kamarku.
"NICOLE!!!"
Lagi-lagi Nick berteriak padaku. Ia menghampiriku yang sedang duduk di atas ranjang dan menunjukan ponselnya padaku.
"Kapten tim football kami, Caleb, mengunggah video ini. Lihatlah! Kudengar ada insiden saat audisi pemain teater. Apakah itu benar?" Tanyanya.
Aku mengernyit dan mengambil ponsel Nick. Layar ponselnya menampilkan sebuah Instastory dengan latar sebuah ruangan rumah sakit.
"Hai! Kita sedang menjenguk pemain saxophone kesayangan kita yang sedang sakit!" Suara anak laki-laki yang kuduga adalah Caleb terdengar dari dalam ponsel.
Kemudian angle video-nya berubah, Nat sedang tersenyum lemah dan berbaring di atas ranjang, kakinya dilapisi oleh gips.
"Nat, say hi!" Ucap Caleb lagi.
"Hai guys!" Nat melambaikan tangannya.
Aku juga melihat Aiden dan beberapa murid senior duduk di sebelah ranjang.
"Nat mematahkan kakinya karena Aiden bilang 'break a leg', dan itu benar-benar terjadi! Pacar macam apa kau, Aiden?!" Seru seorang anak laki-laki berambut coklat.
"Shut up, Michael!" Jawab Aiden dengan semburat merah di pipinya, disusul oleh tawa murid senior yang lain. Ia mengerucutkan bibirnya.
"Aiden, kau harus tanggung jawab!" Seru gadis cantik berambut hitam di sebelah Michael.
"Good, Maria! Tell him!" Ucap Michael lagi. Ia melakukan high five dengan gadis yang bernama Maria, lalu keduanya tertawa renyah.
Aiden mengubur wajahnya di atas ranjang, "Aku tidak bermaksud begitu! 'Break a leg' kan artinya 'good luck'--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Riflettore [END]
JugendliteraturDi hari pertamanya bersekolah, Nicole Jenkins mendaftarkan diri untuk bergabung dalam ekstrakurikuler teater atas saran Rory Silva, cinta monyet masa kecilnya. Selain dapat menghabiskan waktu bersama Kesatria Berkuda Putih yang tampan, ia juga harus...