Arthit tengah duduk ditepi ranjangnya, kepalanya terasa pusing karena Kongpob tidak main - main dengan ucapannya. Pria itu kini tengah menata pakaiannya di lemari kamar tamu yang berada disebelah kamar Arthit.
"Apa dia semacam orang yang posesif? Ini kan hanya sebuah permainan, kenapa dia begitu serius? Sebenarnya aku atau dia yang jadi mainan?" Arthit kesal sekali karena Kongpob yang ngotot tinggal bersama dengannya selama tiga minggu kedepan.
"Aaaakkhhhh! memuakkan! Sebaiknya aku segera tidur. Dan berdoa jika ini hanya mimpi." Arthit menggeser tubuhnya, merebahkan diri lalu memejamkan kedua mata bulatnya itu.
Disisi lain, Kongpob tengah menata pakaiannya,
"Tiga minggu bukan waktu yang sebentar, bukan juga waktu yang lama, apa semua pakaian ini cukup? Euummm jika tidak, aku bisa meminjam pakaian Phi Arthit"
.
.
"Phi Arthit khab..."
"Phi ayo bangun..."
"Phi tak ingin bangun heum?"
"Phi kita bisa kesiangan...""5 menit lagi Kong, pergilah! Kau berisik sekali"
"Jika aku tak berisik, Phi Arthit tak akan bangun..."
"Haruskah aku membantumu mandi?"
"Bagaimana jika kuhitung hingga 2?""Kongpob?!" Arthit membentak Kongpob, kesal dengan kekasihnya yang sungguh mengganggu tidur nyenyaknya.
"Bagaimana kau bisa masuk kamarku?" Tanya Arthit yang sudah duduk dengan menatap kesal Kongpob.
"Aku membuka pintu itu lalu aku masuk" ujar Kongpob kelewat polos dengan menunjukkan pintu kamar Arthit yang tengah terbuka.
"Lalu kenapa menghitungnya hanya sampai dua? Biasanya kan sampai tiga?"
"Biar jadi luar biasa saja"
"Kau gila!"
"Ya, aku memang gila, gila karenamu phi" ujar Kongpob sebelum berlari pergi keluar kamar Arthit, karena ia melihat Arthit yang sudah melebarkan kedua bola matanya, dan bersiap melemparkan bantal yang berada didekat tangannya.
"Kongpob!?" Arthit berteriak frustasi namun hanya terdengar tawa renyah Kongpob yang seperti nada mengejek.
.
Kongpob membelikan sarapan untuk mereka berdua didekat apartemen Arthit, bahkan ia sudah menyiapkannya di piring."Phi, kemarilah..."
"Kau membelinya?" Tanya Arthit sebelum mendudukkan kursi di ruang makannya.
"Eum, aku tadi ingin masak untukmu, tapi..." Kongpob membuka lemari es yang ada di ruang makan itu.
"Ini kosong phi..." ujar Kongpob selanjutnya."Eum, besok hari libur, bagaimana jika nanti kita pergi belanja?" Tawar Arthit, sebelum ia meminum segelas air putihnya.
"Seperti sepasang suami istri yang tengah berbelanja keperluan bulanan?"
"Ya, dan kau istrinya..." jawab Arthit yang kemudian memasukkan sendokan pertamanya kedalam mulut.
"Aku tak yakin jika aku pihak penerima, bukankah Phi Arthit terlihat lebih pantas sebagai...." ucapan kongpib terpotong karena suara dering ponsel Arthit yang mengganggu.
"Sepagi ini sudah ada yang menelfon? Sepopuler apa sih dia ini?" Kongpob menghela nafas beratnya ketika Arthit hanya tersenyum dan menjawab panggilan diponselnya.
"Ya...? Sekarang? Kenapa...?"
"Euyyy... oke aku pergi sekarang!" Arthit tampak kesal sebelum memutus panggilannya."Siapa phi?" Tanya Kongpob yang menyadari perubahan raut muka ArthitNYA.
"Mainanku yang lain"
"Phi yakin?"
"Tentu"
"Apa aku juga boleh punya mainan lain?"

KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (SK) (END)
FanfictionGw ga mau deskripsiin #4- Sing 5.4.19 #3- sing 7.4.19 #2- sing 9.4.19 #4- SingKrist 9.4.19