5

6.6K 594 49
                                    

"Kau bisa membuktikannya?"

Kongpob hanya tersenyum, tangan kirinya meraih tengkuk leher Arthit, sedangkan tangan kanannya mengusap lembut kening dan pelipis mata Arthit, membuat Arthit memejamkan matanya karena merasa nyaman. Dengan perlahan Kongpob memajukan tubuhnya dan dalam hitungan detik, bibirnya sudah menempel dengan lembut pada bibir Arthit.
.
Hanya menempel, tidak lebih, tidak menuntut pula. Terasa begitu lembut meskipun hanya menempel, untuk beberapa saat keduanya seperti terhenti karena waktu, hingga Kongpob memundurkan sedikit kepalanya sebelum mengulang hal yang sama, mengecup bibir Arthit sekali lagi.

"Apa itu cukup membuktikan jika aku benar tak ada masalah jika menjadi kekasihmu?" Tanya Kongpob kepada sesosok yang masih bertatap muka dengannya.

"Hmmm.... Kurasa cukup"

"Aku bisa lebih jika phi mengijinkan" goda Kongpob.

"Dasar mesum!!" Arthit mempoutkan bibir merahnya dan bergegas turun dari mobil.

"Sepertinya aku jatuh cinta"
.
.
.

Arthit tengah duduk di tepi lapangan basket, tampak beberapa anggota OSIS yang lain sedang duduk, ada juga yang sedang membereskan perlengkapan sebelum pulang. Persiapan lomba besok sudah selesai, sisa perlombaan hari ini juga sudah dibersihkan, jadi anggota OSIS sebentar lagi bisa pulang. Disisi lain, tampak tiga orang pemuda tengah berjalan bersama dengan sekantong plastik besar ditangannya, mereka berjalan menuju anggota OSIS yang tengah duduk.

"Ini ada sedikit makanan untuk anggota OSIS" Ujar Em memecah keheningan yang ada.

"Wah nong, kau serius?"

"Jika aku tak serius aku akan memakan ini sendiri" timpal Oak

"No no no. Biarkan kami makan nong! Sepertinya ketua OSIS tengah kasmaran hingga melupakan kami anggotanya yang kelaparan" sindir Bright yang melihat Arthit terus melihat Kongpob, padahal yang dilihat sedang fokus dengan pembagian nasi kotaknya.

"Percuma phi, kau tak akan didengar!" Ujar Em setelah menengok Arthit.

"Aku masih mendengar!" Bentak Arthit hingga membuat Kongpob mengalihkan perhatiannya.

"Kenapa berteriak? Heum?" Tanya Kongpob yang sudah duduk didepan Arthit. Arthit hanya menjawab dengan gelengan pelan kepalanya.

"Mau makan diluar?" Tanya Kongpob.

"Boleh" Jawab Arthit lirih.

"Hey hey, ada kami disini" Ujar Bright yang dibalas death glare dari sang pria cantik. Kongpob hanya tersenyum melihat kekasihnya.

Kongpob dan Arthit pergi bersama meninggalkan Em dan Oak yang berbisik.

"Sepertinya kita kalah" ujar Em mengawali pembicaraan dengan Oak.

"Ku rasa begitu, mereka terlalu dekat" Jawab Oak yang menganggukkan kepalanya, Bright yang tak sengaja mendengar pembicaraan kecil itu hanya tersenyum tipis.
.
Disisi lain Arthit dan Kongpob yang sudah berada di dalam mobil hanya ada keheningan, belum ada yang memulai pembicaraan.

"Phi, mau makan apa?" Tanya Kongpob.

"Apa saja Kong, kau yang memilih" jawab Arthit dengan kedua ibu jarinya yang sibuk memainkan ponselnya.

"Hahhh~"
"Haruskah aku berubah menjadi ponselnya saja?" Kongpob bermonolog membuat Arthit menoleh.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Iya, aku bilang aku lapar dan ingin memakan kura imut disebelahku"

"Mana? Kau membeli kura - kura?"

"Ini" jari telunjuk Kongpob sedikit menekan pundak Arthit.

"Maksudmu aku kura - kura? Imut? Tidak! Aku TAMPAN!" ujar Arthit dengan penuh penekanan di akhir kalimat.

"Tidak, kau imut phi!"

"Aku tidak!"

"Kau iya"

"Tidak!"

"Kau iya"

"Aku tid.." sebuah benda kenyal sudah menempel penuh dibibir Arthit membuat Arthit tidak mampu melanjutkan kalimatnya.
Sekali lagi Kongpob mengecupnya, tepat setelah mobil sudah berhenti di area parkir rumah makan yang ditujunya.

"Apa yang kau lakukan?" Arthit mendorong Kongpob supaya Kongpob melepaskan bibirnya yang menempel.

"Mencium kekasihku"

"Kau gila!" Arthit segera turun dari mobilnya, ia merasa jika didalam sana ia merasa mulai panas. Sepertinya cuaca malam ini akan panas sekali, pikirnya.
#iya ini yang nulis juga mulai panas euy#

"Ya, sepertinya aku memang gila" lirih Kong dengan sebuah senyum tipis terukir dibibirnya.
.
"Phi yang traktir ya?" Kongpob mulai menunjukkan puppy eyes nya. #tau sendirilah, dia kalo nongnya gimana ekspresinya#

"Auw, kau yang mengajak malah aku yang bayar?" Tanya Arthit.

"Hahaaa, bercanda phi ku sayang..."
"Phi, boleh aku menginap lagi? Aku sudah membawa beberapa pakaian, sudah aku masukkan kedalam mobil juga tadi waktu phi sibuk disekolah." Ujar Kongpob dengan santainya kemudian meminum segelas air putih yang sudah ada di meja mereka.

"Kenapa? Apa kau tak punya rumah hingga meminta menginap ditempatku?" Tanya Arthit sinis.

"Punya, tapi aku sudah bilang pada mae, jika tiga minggu kedepan aku akan tinggal bersama kekasihku dan belajar hidup mandiri. Mae setuju dengan itu, Pho juga mendukung. Katanya Pho itu bisa membantuku menjadi lebih mandiri. Tidak bergantung pada orang tua saja."

"Kau gila? Tiga minggu? Memangnya aku sudah mengiyakannya? Kenapa kau mengambil keputusan sendiri? Dan apa apaan itu? Kau bilang pada mereka kau menginap di tempat kekasihmu? Kau gila Kong?!"

"Kenapa Phi marah? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Kau tau hubungan kita hanya sebuah permainan, kenapa kau sampai mengatakan akan menginap selama itu pula?!"

"Phi saja juga mengenalkanku pada Phi Guy, kenapa aku tak boleh bilang pada Mae dan Pho kalau kau kekasihku?"

"Phi Guy juga memiliki kekasih pria, dia pasti menerima aku dengan seorang pria juga. Lalu kau? Apa orang tuaku menerimanya? Maksudku, hubungan kita ini tidak benar, kita sama - sama pria, Kong"

"Aku tau, aku sudah menjelaskan pada mereka, dan itu juga yang membuat mereka mengijinkanku menginap. Jadi mereka tak takut aku menghamili anak gadis orang. Hehehee"

"Kau..."

"Sudahlah phi, terima saja aku di tempatmu, aku akan menjadi kekasih yang baik. Sungguh..."

"Haahhh... terserahlah, kau dan ego mu itu memuakkan"

"Seperti phi tidak begitu saja" Kongpob mulai memakan makanan yang baru saja tiba setelah mengucapkan itu, tanpa memperhatikan ekspresi Arthit dengan mata yang bulatnya.

"Pletak!!" Arthit memukul ujung kepala Kongpob dengan sendok yang sudah ada ditangannya.

"Kenapa phi memukulku? Phi kan bisa menciumku saja?" Tawar Kongpob sembari mengusap usap kepalanya, lumayan sakit juga rasanya, ingatkan Kongpob untuk membalasnya nanti.

"Astaga mulut mesummu! Diamlah!"

"Meskipun aku mesum, kau tetap mau jadi kekasihku phi! Dan bagaimana aku bisa diam jika aku sedang makan sekarang?" Senyum nakal mengembang dibibir Kongpob #ugh sungguh so sexy#

"Lebih baik aku bicara dengan tembok"

"Apa phi? Phi bilang apa?"

"Tak ada"

Kongpob hanya mengangkat bahunya saja mendengar jawaban Arthit, karena Arthit sudah mulai fokus dengan makanan yang ada didepannya.

"Kau benar - benar menggemaskan, aku pasti akan betah dirumah setiap hari jika kita tinggal bersama, dan tentu saja aku tak akan menyia - nyiakan waktu tiga minggu itu."
.
.
.
.

TEBECEH

He is Mine (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang