Ini sudah tiga hari sejak Arthit pulang malam hari itu, Kongpob hanya berbicara jika Arthit bertanya, bahkan ketika pagi, Kongpob akan menyiapkan sarapan untuk Arthit kemudian pergi sekolah lebih dulu, dan ketika pulang sekolah ia akan langsung masuk kamar dan menguncinya. Bahkan ketika siang tadi Kongpob memenangkan pertandingan basket finalnya, ia tak memberitahu Arthit, atau hanya untuk menoleh saja tidak. Arthit sadar ada yang aneh dengan Kongpob, tapi ketika ia bertanya apa yang terjadi, Kongpob hanya bilang tidak ada dan kemudian pergi meninggalkannya.
"Anak itu sebenarnya kenapa sih?" Ujar Arthit berniat monolog sendiri tapi ia lupa jika ia sedang bersama teman - temannya.
"Siapa?" Tanya Tiw.
"Kongpob?" Bright
"Hmmm, dia seperti menghindariku"
"Sejak kapan?" Kini Prem yang bertanya.
"Minggu saat kita pergi bersama, apa karena aku melarangnya ikut dengan kita?"
"Mungkin dia merasa kesal, kau mengabaikan ponselmu hari itu, dan pulang larut, padahal kau berangkat pagi. Katamu kan dia memaksa tinggal denganmu? Mungkin dia merasa tak ada bedanya tinggal bersama jika kau tetap mengabaikannya?" Jelas Knot.
"Apakah dia semacam merajuk?"
"Mungkin bisa jadi seperti yang diucapkan Knot" jawab Tiw.
"Sebaiknya kalian bicarakan baik - baik" ujar Prem.
Arthit hanya mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan teman yang lain.
"Sepertinya teman kita mulai jatuh cinta?" Ujar Bright.
"Dia sudah lupa jika dirinya dijadikan bahan taruhan?" Ujar Tiw.
"Sepertinya begitu" Knot menganggukkan kepalanya.
"Apa dia juga lupa jika anak itu adalah mainannya saja?" Tanya Tiw lagi.
"Cinta itu benar - benar buta, Tiw" jelas Bright.
"Tenang saja Tiw, jika anak itu menyakiti teman kita, kita hanya perlu menghancurkannya. Itu semudah membalik telapak tangan kita. Oke?" Prem tampak tersenyum licik.
"Oke" Tiw mengangguk mengerti.
"Kita akan menjaga teman kita. Itulah gunanya teman" tambah Knot yang di jawab dengan anggukan oleh teman yang lainnya.
.
Disisi lain, Arthit tengah berjalan menuju Kongpob yang tengah duduk ditepi lapangan basket, mengatut nafasnya."Auw, Kong, lihat siapa yang mencarimu" panggil Wad.
"Kita pulang bersama" Ujar Arthit yang langsung pergi setelah memberikan kunci mobilnya.
"Dia itu mengajak atau memerintah?" Tanya Wad.
"Keduanya" Kongpob tersenyum tipis hingga membuat Wad tak mampu melihatnya.
.
Arthit memasuki apartemen lebih dulu, dan Kongpob mengikutinya dari belakang. Tak ada pembicaraan di antara mereka mulai dari masuk mobil, didalam perjalanan, hingga sampai di apartemen. Keduanya sama - sama bungkam, sepertinya bibir keduanya sedang di lakban saja.Setelah masuk kamar masing masing, keduanya sama - sama membersihkan diri. Arthit yang sudah selesai dengan acara mandinya berjalan menuju kamar Kongpob, pintu kamar yang tak terkunci membuat Arthit bisa langsung masuk dan mendudukkan diri di tepi ranjang Kongpob. Kongpob yang baru saja selesai dengan acara mandinya dan segera keluar kamar mandi langsung menemukan Arthit yang tengah bermain dengan ponselnya sendiri.
"Apa yang phi lakukan di kamarku?" Tanya Kongpob.
"Ingin mengajakmu bicara, mumpung moodku tengah bagus. Jadi katakan apa yang terjadi. Jangan mengelak!" Ujar Arthit tidak menerima penolakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (SK) (END)
Fiksi PenggemarGw ga mau deskripsiin #4- Sing 5.4.19 #3- sing 7.4.19 #2- sing 9.4.19 #4- SingKrist 9.4.19