7

5.8K 560 31
                                    

"Aku hanya kecewa, karena phi mengabaikanku. Phi tak suka jika aku mengabaikanmu, tapi Phi sendiri mengabaikanku tadi. Aku hanya ingin phi melihatku, sepenting apa kertas - kertas itu dibandingkan dengan kekasihmu?!" Suara Kongpob meninggi membuat Arthit cukup terkejut.

"Kong, bukan maksudku mengabaikanmu, hanya saja..."

"Apa? Phi mengabaikanku. Bahkan tak melihatku! Kau terus saja sibuk dengan kertas sialan itu! Kau yang memintaku memperlakukanmu sebagai kekasih yang sesungguhnya! Tapi siapa disini yang tak memenuhi perjanjian awal?!" Kongpob masih berteriak penuh dengan emosi.

"Kong, tadi itu..."

"Cukup! Maaf, aku terlalu banyak berharap. Sepertinya aku terlalu lelah. Aku akan tidur dulu phi..." ujar Kongpob yang dengan segera meraih ponselnya diatas meja dan beranjak jalan menuju kamarnya.

Arthit hanya diam, terkejut mendengar luapan emosi Kongpob, Kongpob tampak begitu kecewa dengan sikap Arthit. Sepertinya Tiw dan Bright benar, Arthit terlalu jahat kepada Kongpob. Ia harus meminta maaf jika sudah seperti ini.

"Kongpob..." panggil Arthit sembari mengetuk pelan pintu kamar Kongpob

"Kongpob...." ulangnya karena tak ada jawaban.

"Kongpob, maafkan phi na...? Sungguh phi tak bermaksud seperti itu pada Kongpob, phi tadi terlarut dengan kesibukan phi dan teman - teman phi tadi." Jelas Arthit meskipun Kongpob tak menjawab.

"Yasudah jika Kongpob masih kecewa atau marah sama phi. Phi benar - benar menyesal, maafkan phi naa" ujar Arthit sebelum berbalik dan berjalan menuju kamarnya.

Belum dua menit Arthit merebahkan diri, ia merasakan ada seseorang menyusulnya kedalam selimutnya, memeluknya dari belakang dan membenamkan kepalanya keceruk leher belakang Arthit, membuat Arthit mampu merasakan hembusan nafas sang penyusul.

"Aku hanya tak ingin Phi mengabaikanku, jangan ulangi lagi ya phi?" Ujar Kongpob pelan, tangannya masih memeluk posesif perut Arthit.

Arthit membalik tubuhnya, menepis jarak antara hidungnya dan hidung Kongpob. Keduanya hanya membiarkan hidung mereka menempel, tak ada yang berniat mundur ataupun bergerak maju.

"Maafkan phi naa..." ujar Arthit,
"Kenapa terasa begitu nyaman salam posisi ini?"

"Tak apa phi, tapi jangan diulangi ya? Janji?" Kongpob memberikan senyum tampannya.

"Janji" jawab Arthit dengan sedikit berbisik namum Kongpob mampu mendengarnya.

~Cuuuppp~
Kongpob mengecup cepat bibir Arthit, ia menaikkan tubuhnya, menarik kepala Arthit keceruk lehernya.
"Ayo tidur phi!"

Arthit hanya tersenyum didalam dekapan Kongpob, tak berniat menolaknya.
.
Suara alarm sebuah ponsel terdengar nyaring sekali di ruangan ini, membangunkan sepasang kekasih yang tengah tertidur dalam dekapan.

Arthit membuka kedua matanya, mengerjapkannya sejenak untuk membiasakan dengan cahaya yang ada dikamar.

"Kukira semalam mimpi, tapi ternyata bukan. Kenapa terasa nyaman jika tidur bersamanya? Aku tidak...? Tidak tidak tidak! Tidak mungkin!" Arthit bermonolog didalam hatinya. Kepalanya menggeleng pelan mencoba menyingkirkan pikiran yang melayang - layang.

"Kongpob, bangunlah!" Kongpob bergerak karena Arthit menepuk pelan pundaknya, Kongpob masih mendekap Arthit membuat Arthit tak bisa duduk.

"Good morning phi Arthit khaa..." ujar Kongpob setelah memberikan kecupan kecil d kening Arthit membuat Arthit melebarkan matanya.

He is Mine (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang