4

7.1K 627 84
                                    

"Apartemen Sotus nomor 0062" bisik Arthit sesaat sebelum kesadarannya benar - benar menurun.

-
Dan disinilah sekarang Arthit dan Kongpob, di kamar pribadi Arthit. Aku tak akan menceritakan bagaimana proses Arthit dan Kongpob berpindah tempat dari diskotik menuju kamar Arthit, atau bagaimana bisa Arthit sudah menduduki tubuh Kongpob, karena itu bisa mengganggu "halu" kita 😝 selain itu, seseorang yang mabuk bisa dengan lenggangnya melakukan banyak hal tanpa pikir panjang.

"Phi Arthit?" Panggil Kongpob mencoba menyadarkan Arthit yang tengah duduk diatasnya dan mencoba melepaskan kemeja yang ia kenakan.

"Eung, ini sangat panas..." Arthit masih sibuk melepas kancing kemejanya yang terasa sulit sekali dilepas, atau mungkin Arthit yang sudah tak sanggup menahan kesadarannya.

" Baiklah phi, tapi bisakah phi turun dari atas tubuhku. Eum, ini sedikit...." Kongpob mencoba menahan kalimatnya, tak ingin ucapannya terdengar fullgar. Ia sudah merasakan sesuatu yang aneh dengan juniornya yang tertindih Arthit. Sedangkan Arthit masih sibuk dengan kancingnya, ia terus saja bergerak tak nyaman di atas tubuh Kongpob.

"Kong, aku menyukaimu" ujar Arthit setelah berhasil melepaskan pakaiannya.

"Ha?" Kongpob terkejut dengan ucapan Arthit yang didengarnya.

Arthit hanya tersenyum, senyum yang begitu lembut membuat Kongpob tak menyadari Arthit yang sudah mencondongkan tubuhnya membuat kedua hidung mereka saling bersentuhan.

"Kau tampan ketika terkejut" Arthit tersenyum tipis dengan kedua matanya yang menyipit.

"Bruk!!!" Arthit tertidur di atas tubuh Kongpob.

"Hampir saja." Kongpob menghela nafas panjangnya,
Kongpob segera memindahkan tubuh Arthit yang sudah terekspos oleh mata indahnya ini kesamping kirinya, merebahkannya sebelum Kongpob beranjak mencari kaos milik Arthit yang berada didalam almarinya. Kongpob mencarikan kaos yang sekiranya ringan dan nyaman untuk Arthit supaya Arthit tidak lagi merasa gerah atau ia akan melepasnya lagi. Boleh saja jika Arthit melepas didepannya tapi bagaimana jika Arthit melepaskannya di depan orang lain? Enak saja! Tak akan dibiarkan Arthitnya itu melepaskan pakaian di depan sembarang orang.

Setelah menggantikan pakaian Arthit, Kongpob masih terduduk ditepi ranjang. Matanya mengamati pemandangan indah didepannya, wajah Arthit yang memerah mungkin karena alkohol, rambut lembut yang mengganggu kening Arthit, bibir merah yang memberikan senyum manisnya, benar - benar indah. Arthit bergerak menyamping ketika tangan Kongpob mulai menyingkirkan rambut yang menutupi kening Arthit itu. Kedua mata Arthit sedikit terbuka, tangan kirinya menghentikan aktifitas Kongpob yang masih mengelus ria rambut Arthit yang menutupi keningnya ketika Arthit mengucapkan, "Jangan pergi naa?"

Dan dengan itu senyum Kongpob menghiasi wajah tampannya, "Dia sungguh manis".
.
.

"Akh, kepalaku" Arthit berdecih pelan ketika merasakan pusing di kala pertama membuka mata.

"Auw, dia disini? Kukira semalam hanya mimpi" Arthit menyadari kehadiran sesosok pria tampan diatasnya ranjangnya, meskipun semalam mabuk, itu tak membuat Arthit hilang ingatan yesss...

Arthit tersenyum tipis ketika mengingat yang terjadi semalam, sebelum ia beranjak keluar dari kamarnya. Tenggorokannya benar - benar kering saat ini, membuatnya mengabaikan pusing kepalanya dan berjalan menuju dapur, namun seseorang yang tengah duduk di kursi ruang tamunya membuatnya menghentikan sejenak langkahnya menuju dapur.

"Sepertinya semalam ada yang bersenang - senang?" Ujar pria yang tengah sibuk membaca koran itu.

"Bisakah Phi tak membuatku terkejut? Hampir saja kukira kau itu hantu" Arthit mengabaikan ucapan pria itu dan segera mengambil minuman dingin di lemari esnya.

He is Mine (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang