3

7.5K 660 56
                                    

Ini sudah tiga hari semenjak Arthit dan Kongpob berkencan di Cafe, sejak saat itu mereka berdua belum tampak bersama lagi, Arthit sibuk menyiapkan lomba yang akan  diadakan disekolah hari ini. Sedangkan Kongpob, ia sibuk berlatih basket, karena hari ini pertandingan pertama lomba adalah basket sebagai pembuka perlombaan.

"Phi Bright..." panggil Kongpob kepada seseorang yang sibuk dengan beberapa lembar kertas di atas meja.

"Ah nong, ada apa?" Tanya Bright setelah sekilas melihat Kongpob dan fokus ke lembaran kertas yang bertumpuk.

"Apa kau melihat Phi Arthit? Aku mencoba menghububginya, tapi ia belum merespon" ujar Kongpob menunjukkan ponselnya.

"Seharusnya sekarang ia ada di dekat para kepala sekolah, mengarahkan kemari. Mungkin sebentar lagi dia di kursi VIP sana." Tunjuk Bright ke arah kursi penonton yang tampak beberapa guru dan tamu undangan sudah disana.

"Ah, terima kasih Phi" Kongpob segera pergi setelah mendapatkan jawaban, ia tak ingin terlalu lama mengganggu Bright yang tampak sibuk dengan lembaran - lembaran yang entahlah apa itu.
.
.
Kongpob sudah berada dilapangan, ia melihat Arthit tengah berbincang dengan seseorang yang diketahui kepala sekolah dari sekolah lain.
"Ah, dia ada disana" batin Kongpob.

Pertandingan basket sudah dimulai, Arthit tampak menikmati pertandingan itu dengan mendengarkan komentar dari beberapa orang yang ada di sampingnya, ia ikut tersenyum bangga saat Kongpob mencetak poin.
"Dia pandai bermain basket ternyata"
.

"Apa Phi Arthit sesibuk itu hingga mengabaikanmu?" Tanya Oak melihat Kongpob yang terus menghela nafas, padahal ia sudah memenangkan pertandingan perdananya.

"Atau kalian sebenarnya tidak berpacaran?" Tew menambahkan.

"Kami berpacaran sungguh!" Kongpob mencoba meyakinkan kedua temannya.

"Kalau begitu buktikan!" Ujar Em.

"Tentu. Bagaimana kalo tempat biasa malam ini?" Tanya Kongpob.

"Kau akan mengajaknya ke diskotik?" Tanya Oak.

"Apa dia mau?" Em kembali bersuara.

"Mungkin" Kongpob tersenyum setelah mengucapkannya.
.

Dan disini Arthit sekarang, disebuah taman yang cukup ramai, dimana Kongpob memintanya menunggu disini sore tadi. Dan ini sudah lewat lima menit dari waktu yang diminta Kongpob, tetapi pemuda tampan itu belum menampakkan batangnya eh batang hidungnya.

"Phi, maaf terlambat" ujar pemuda yang sudah terlamat itu dengan terengah - engah.

"Minumlah" Arthit memberikan sebuah botol ketika melihat Kongpob yang masih mengatur nafasnya.

"Tadi... hah... aku... ban taxi yang... hah... aku naiki... hah... bocor" Kongpob tampak berkeringat dan kesusahan bicara karena terengah - engah.

"Dimlah, duduk disini dan minum itu. Atur nafasmu. Bagaimana bisa pebasket terbaik sekolah berlari begitu saja tidak bisa mengatur nafas" ujar Arthit sambil menaikkan sebelah alisnya mengejek Kongpob.

"Terserah Phi saja" Kongpob sepertinya tidak mau ambil pusing dengan perkataan Arthit.

"Ah, padahal aku ingin berdebat. Baiklah, jadi kenapa kau mengajak bertemu disini?" Tanya Arthit setelah melihat Kongpob sudah bernafas dengan teratur. 

"Mengajakmu ke diskotik tempat biasa aku dan yang lainnya" Ujar Kongpob santi, mata indahnya melihat anak - anak kecil yang sedang bermain bersama di tengah taman, tak jauh dari tempat duduk mereka sekarang.

"Diskotik? Hmmm... boleh juga, sudah lama aku tak ke tempat seperti itu karena persiapan lomba disekolah." Arthit juga menikmati pemandangan yang sama dengan Kongpob.

"Phi, berapa lama lombanya berlangsung?" Tanya Kongpob yang mengalihkan pandangannya untuk seorang pemuda manis disampingnya. 

"Kau ikut lomba tapi tidak tau jadwal. Dasar! Seluruh lomba akan berakhir dua minggu lagi. Ini adalah perlombaan besar. Jangan sampai kalah ya!" Kedua pasang mata indah mereka bertemu ketika Arthit menengok ke sisi kanan dimana Kongpob duduk dengannya.

"Apa Phi baru saja menyemangatiku?" Goda Kongpob

"Mana mungkin! Ini kan untuk kebaikan sekolah juga" Arthit mengalihkan pandangan. Rasanya ada sesuatu yang aneh ketika melihat kedua mata Kongpob barusan.

"Hahahaaa...."
"Phi benar - benar menggemaskan!" Kongpob tertawa cukup lebar sebelum menyubit pipi Arthit yang dibalas dengan tatapan tak suka.

"Auw Kong, itu sakit!" Arthit tanpa sadar mempoutkan bibir merahnya dan tangannya mengusap pipi yabg memerah karena ulah Kongpob.

"Dia benar - benar menggemaskan! Sialan!" Batin Kongpob.
"Kita pergi sekarang Phi?" Tanya Kongpob dengan senyuman tampannya.

"Oke, kau yang menyetir, itu hukuman karena mencubit pipiku" ah Arthit dengan dendamnya.

"Baiklah" Kongpob berjalan disamping kanan Arthit, tangan kirinya menggenggam Arthit. Arthit tidak mengelak, bukankah sepasang kekasih memang sudah biasa bergandengan tangan? Peduli setan dengan beberapa pasang mata yang melihat mereka berjalan dengan bergandengan tangan.
.
"Auw Kongpob!" Panggil Em ketika melihat Kongpob sudah ada didalam diskotik tempat mereka biasa menghabiskan malam.

"Maaf, aku terlambat." Ujar Kobgpob setelah bersalaman dengan beberapa teman yang sudah ada disana.

"Bukankah dia kakak kelas kita?" Tanya Wad ketika melihat Arthit disampingnya.

"Ah iya kenalkan, dia Phi Arthit, kekasihku..." Kongpob menunjukkan senyum tampannya ketika melihat Arthit yang menganggukan sedikit kepalanya dengan senyum manis menghiasi mukanya.

"Dan mereka semua temanku Phi. Aku malas menyebut nama mereka, jadi tak perlu mengenal mereka cukup jauh ya Phi" Kongpob tersenyum sini ke arah teman - temannya.

"Auw, kau memang teman sialan Kong! Ah Phi, biar aku bantu kau mengenal kami. Aku Em, yang di ujung itu Oak, lalu Tew dan ini Wad" ujar Em mengenalkan teman - temannya yang di bantu wai oleh teman - temannya ketika nama mereka disebut oleh Em.

"Phi, mau minum apa? Jangan terlalu mabuk ya Phi. Aku tak ingin kau kenapa - napa." Ujar Kongpob mengingatkan Arthit,

"Dia mulai sok perhatian" ujar Tew.

"Berisik kau! Besok dia harus mengurus lomba disekolah. Aku tak ingin dia lelah." Ujar Kongpob menunjukkan kekhawatirannya kepada Arthit.

"Eeuuuyy... Perhatian sekali kau?" Nada bicara Em terdengar menggoda ketika mengucapkannya.

"Tidak, hanya tak ingin ada masalah dengan sekolah saja. Sudahlah, aku mau pesan minuman dulu. Bicara dengan kalian membuat tenggorokanku serasa seperti padang pasir!" Kongpob segera meninggalkan meja teman - temannya dan berjalan menuju meja bartender.  Sedangkan Arthit tampak tersenyum tipis mendengar percakapan kekasihnya itu. Ah, jangan lupakan semburat merah tipis di pipinya, membuatnya tampak lebih manis.
.
"Tadi kau bilang jangan terlalu mabuk, tapi kau membiarkan dia terus meminum alkohol itu. Sebenarnya yang gila aku atau kau?" Oak menggelengkan kepala ketika melihat Arthit sudah menundukkan kepalanya di atas meja, sepertinya dia cukup pusing.

"Diamlah! Berisik!"
"Phi Arthit khab..."
"Phi, kita pulang ya?" Kongpob mencoba mendekat ketika mengucapkannya, berharap Arthit masih mampu mendengarkan disisa  kesadarannya.

"Apartemen Sotus nomor 0062" bisik Arthit sesaat sebelum kesadarannya benar - benar menurun.
.
.
.

Tebeceh

Haiyah. Plis jangan protes nama apartemennya, cuma itu yang ada di otak gw. Aih.

He is Mine (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang