LEVA

188 62 20
                                    

Kalau part sebelumnya menceritakan mengenai kisah Dirga, sekarang terfokus sama kisah Leva.

Leva Aracellia

Anak tunggal dari pasangan Hans Bramasta dan Maurin.

Leva, sejak kecil memang hidupnya selalu berpindah-pindah rumah karena tugas ayahnya dalam mengurus perusahaanya yang tidak menetap. keadaan itu membuat Leva sulit untuk berkomunikasi. Memang, Leva orang yang kaku untuk berkenalan, ia tak pandai mencari teman maka dari itu Leva jarang sekali main karena dia hanya punya teman sedikit.

Usia 12 tahun saat akan menginjak SMP keluarga Leva pindah ke jakarta, disini Leva baru tau arti Teman ataupun Sahabat, disini Leva mulai membuka lembaran barunya ia tidak mau terus terusan dibully hanya karena penampilanya yang kumel dan juga kaku dalam berkomunikasi. Sejak SMP Leva berubah menjadi sosok perempuan remaja seusianya, ia tak lagi pendiam ia tak lagi kesepian karena ia telah menemukan sahabat yaitu Shafira Valerina dan Oneta Annelsa. Kedua orang itu mampu mengubah hidup Leva menjadi lebih berwarna, lebih terbuka, lebih bermakna karena Leva seringkali menghabiskan waktu bersama kedua sahabatnya itu bahkan ke2 sahabatnya itu sudah tak malu lagi ketika menginap dirumah Leva, ya karena Orang Tua Leva jarang ada di rumah jadi mereka diminta untuk menemani Leva.

Flashback On

5tahun lalu,

Leva tidak sengaja menabrak Shafira saat sedang mencari kelasnya, dan setelah Shafira tanya ternyata Leva teman satu kelasnya, dan dijalan mereka dicegah oleh gadis yang dilihat sepertinga Hiperaktif, terlihat dari gerak tubuh dan gaya bicaranya, ia adalah Oneta atau yang sekarang lebih sering dipanggil Onet. Dan ternyata mereka satu kelas, disana mulai terjalin komunikasi antar 3 orang ini. Mereka mempunyai sikap yang berbeda, kalau Leva ia lebih pendiam dan kaku, kalau Shafira lebih terbuka dan tidak suka sesuatu yang rumit apapun yang diceritakan Shafira selalu to the point, kalau Onet ia lebih hiperaktif, mudah bergaul, ia juga terlihat pemberani dan suka bercerita.

Persahabatan mereka terjalin lama sampai akhirnya kelas 3 SMP mereka pernah membuat pertemuan yang khusus hanya untuk saling jujur diantara mereka.

"gimana nih mulainya siapa dulu yang mau jujur?" ucap Onet antusias, ia memang paling antusias dalam bercerita maupun mendengarkan cerita.

"Lo aja deh, kayanya lo juga nih disini yang paling semangat." ucap Leva sambil terseyum menatap Onet

"Ok gue deh, gue mau cerita tentang rasa suka gue sama temen satu angkatan kita. Gue suka sama salah satu temen lo pada juga sih, dia baik, dia nyambung sama gue dan ya walaupun gue tuh gedeg sama dia tapi gatau darimana gue tiba suka deh sama dia, ternyata pas gue liat liat lagi dia ketawanya itu bikin gue tenang dan natap wajahnya tuh bikin gue adem aja gitu dan perasaan ini baru gue rasain sama dia doang. Udah nih cerita gue, gue gabakal kasih tau namanya nanti lo pada ngetawain gue lagi" ucapnya sambil cengengesan

"dan tambahan nih, jangan terlalu benci sama orang nanti kalo lo sayang itu ribet. lo mau nyatain tapi gengsi kalo ga dinyatain ya masa dia cenayang yang bisa tau perasaan lo hahaha. Udah nih Lev lo dong yang cerita!" tambahnya dengan nada ceria mungkin Cerita yang ia tunggu tunggu adalah cerita dari Leva.

" oke, gue mau cerita jujur" ucap Leva sembari tersenyum malu

"gue suka sama anak sekolah sebelah, dia itu kaya kriteria gue banget dia jadi ketua team basket angkatan kita, dia pinter juga kayanya waktu gue Olimpiade Matematika gue kalah dan gue kalah sama dia jarang banget kan ada laki laki gitu, dari sana gue Kagum sama dia, tapi gue denger dari anak- anak sekolah sebelah ternyata dia itu anak BAD sontak dong gue kaget masa sih anak secerdas itu ternyata anak BAD yang bahkan berani berurusan langsung sama kepala sekolah. Dan sayangnya, gue gabakal SMA disini gue harus pindah ke Semarang karena bokap lagi fokus urus kemajuan perusaahan disana, padahal gue pengenya satu sekolah sama anak itu. Sama kaya lo Net, gue juga gabakal kasih tau dong siapa namanya nanti kalian kepo dan suka deh sama dia." ucapnya dengan nada serius namun diiringi dengan tawa namun terdengar tawa itu hampa, kosong, seperti ada kesedihan yang ditutupi.

DIRGALEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang