An Unexpected Encounter

74 4 10
                                    

AN UNEXPECTED ENCOUNTER
☆●□☆●□☆●□☆●□☆●□☆●□☆

"Roger emang gitu orangnya," suara Freddie sedikit mengejutkan aku yang masih terdiam sejenak setelah kepergian Roger.

"Ya.., gue tahu kok." Jawabku sedikit heran dengan melontarkan tawa kecil akan kelakuan Roger yang mungkin suka menggodai setiap perempuan yang Ia temui.

"Tapi dia anaknya asik. Jadi, gak usah  dianggap serius kalau dia suka genit. Soalnya itu cara ramahnya dia kalau pengen kenal orang baru." Ujar Freddie menjelaskan. Aku tertarik dengan cara Freddie berbicara yang tidak biasa seoalah Ia sedang bersandiwara. Dia ramah dan sedikit flamboyan. Terkadang Ia suka menutupi bibirnya ketika sedang berbicara, mungkin untuk menutupi giginya yang tampak maju? Entahlah.

"Roger juga pernah ngajak gue jalan karena emang kita akrab banget," ucap Jill padaku. "Tapi, semenjak ketahuan sama ceweknya yang ngeselin itu dia jadi agak kesulitan kalau hang out bareng teman-teman ceweknya." Lanjutnya.

"Oh.., overprotective gitu, ya?" Ucapku.

Jill mengangguk sambil menghisap rokoknya. "Ya.., cemburuan gitu,  padahal sih ceweknya..,"

"Jill!" Tegur Mary sedikit memelototi Jill. Wanita itu segera menghentikan ucapannya.

"Kenapa?" Tanyaku dengan kening berkerut. Seolah mereka menyembunyikan sesuatu.

"Ceweknya tuh kayak gak suka gitu kalau Jill dekat-dekat Roger." Ujar Mary yang melanjutkan omongannya Jill. Aku sedikit tidak yakin jika itu yang tadinya ingin disampaikan Jill.

"Padahal, gue gak ada hubungan apapun sama Roger. Dia tuh tipikal orang yang seru buat dijadiin teman daripada pacar kalau buat gue." Ungkap Jill yang masih asik meniup asap rokoknya.

"Walaupun dia orangnya genit sama cewek..?" Kataku.

Jill tertawa kecil. "Tergantung genitnya gimana. Kalau emang kelihatan serius mungkin dia emang beneran tertarik sama orang itu."

"Hmm.. gitu." ucapku yang tidak mau lebih lanjut mengenal pria yang bernama Roger Taylor itu. Karena menurutku dia masih meninggalkan kesan menyebalkan di awal perkenalan kami tadi.

"Oh ya, lo disini kuliah atau.. gimana?" Kini Brian yang bertanya padaku.

Aku menoleh ke arahnya. "Gue sebenarnya kerja disini buat beberapa bulan aja sampai gue balik kuliah ke Birmingham." Jawabku lantang. Padahal aku sendiri bingung dengan keberadaanku saat ini. Tapi, setidaknya aku harus meyakinkan mereka kalau aku bukan dari masa depan.

"Oh, jadi lo pindah sama kerja disini cuma buat ngisi waktu luang di libur semester lo gitu bukan sih?" Tanya Mary memastikan.

"Iya." Jawabku sambil mengangguk.

"Kerja dimana?" Tanya Brian langsung.

"Optik Claire. Lusa baru mulai kerja."

"It's cool! Sunglass yang gue beli dari sana. Well, itu salah satu Optik terbaik dengan harga yang kurang baik," Ucap Freddie dengan nada canda.

Aku tertawa mendengarnya. "Maksudnya mahal?" Ucapku.

Pria itu tertawa sambil menutup mulutnya lagi. "Bisa dibilang begitu. Makanya gue datang kesana cuma beberapa kali aja, hmm.. mungkin dua kali." Ucap Freddie.

TraveLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang